Sebenarnya senyum hadir dari hal-hal sederhana.
OoOo
| 3 |
Seperti biasa, aku selalu menunggu bus di halte jaraknya tidak jauh dari sekolahku. Sebenarnya ada angkot atau tukang ojek yang lebih praktis. Tapi aku lebih suka naik bus. Mungkin karena tempat duduknya yang hanya diisi 2 sampai 3 orang. Seperti kursi-kursi di pesawat. Tidak perlu berdempet-depetan seperti di angkot. Sementara jika naik ojek harganya mahal.
Dari kejahuan terlihat segerombolan vespa mengisi jalan raya depan sekolah, mungkin ada sekitar 10 lebih pengendara vespa. Dan yang memonitor mereka adalah Ardan.
Sebelum melewati halte tempatku berpijak. Aku segera bersembunyi di balik papan iklan yang berada di belakang shelter. Tunggu-tunggu, kenapa juga sih aku harus bersembunyi?
Suara knalpot khas itu terdengar berhenti tepat di depan halte.
"Indah?" Ardan menggapai pundakku.
Aku berbalik pura-pura tidak sadar, "Ardan? Hei."
"Ngapain kamu disini?"
"Nungguin bus lewat."
Ardan menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa dibelakang halte nungguin busnya?"
Aku memutar otak mencari alasan yang tepat, "Ini. Aku lagi lihat papan iklan ini. Bagus yah. Boleh dicoba nih."
Ardan menatap papan iklan yang sedang kutunjuk "Obat gantengin" mengatasi masalah kegantengan anda.
Entah kenapa iklan seperti itu bisa terpajang di shalter bus. Mungkin murid-murid di sekolah yang sudah sembarangan menempelnya untuk sekedar dijadikan bahan lelucon. Tapi bisa gawat kalau ada orang yang percaya, kan?
Ardan berusaha menahan tawa dan sedikit ada rasa jengah di sorot matanya, "Mau pulang ke rumah?"
Iyalah ke rumah lalu kemana lagi?! Tapi suara itu hanya tertahan sampai ke tenggorokan.
"Aku anterin ya ke rumah "
"Heh. Gak usah. Aku naik bus saja"
Lelaki itu menatap ke atas langit, "Bus-nya belum datang. Terus mau hujan. Nanti kamu kehujanan. Mending biar aku antar."
"Kan kalau naik motor malah bakalan kena hujan." sanggahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespa, Me and You #1
Fiksi Remaja"Uang bisa dicari. Muka mungkin bisa dioperasi. Tapi Vespa-ku, takkan bisa terganti!" Seseorang yang selalu aku peluk dari belakang kala Dia mengendarai vespanya. Lalu Dia membawa langkahku ke berbagai tempat menakjubkan. Oh ya, apa kamu pernah di...