Terlalu banyak yang ditutup-tutupi atau mungkin semuanya masih awal untuk kita berbicara jujur?
OoOo
| 12 |
Masih pagi aku sudah dibuat emosi oleh Arham karena menyoreti bagian punggung seragamku dengan pulpen. Aku mengejarnya untuk membalas dendam yang sama pada baju seragamnya.
"Tunggu ya. Kalau sampai aku dapetin kamu. Bajumu itu aku coret-coret di semua bagian!"
"Ayo. Ayo. Kejar aku kalau kamu bisa." Tantang Arham.
Kami berakhir saling kejar-kejaran hingga ke luar kelas. Pokoknya ke ujung dunia pun aku akan mengejar Arham demi menuntaskan dendamku!
Tanpa sengaja, aku melihat Ardan keluar dari kelas Nina. Aku masih berusaha untuk tidak berpikiran negatif. Mungkin saja Ardan ke kelas Nina bukan untuk bertemu Nina. Namun pikiran negatif yang coba kutepis berubah menjadi nyata, Nina keluar dari kelas dan menyusul Ardan. Mereka berdua jalan berdampingan (lagi). Entah mau pergi kemana.
Sebenarnya Ardan mengganggap hubungan kami ini apa sih?. Pertanyaan yang terus menghantuiku belakangan hari ini. Namun aku tidak pernah berani ingin memperjelasnya langsung kepada Ardan. Aku takut menjadi hancur dan kembali menutup ruang-ruang di hatiku. Aku tidak mau terjebak dalam ruang-ruang itu lagi.
Ardan kamu jahat. Jahat sekali. Karena sudah membuatku segila ini denganmu.
OoOo
Aster dan Aku berencana mengerjakan tugas di rumah Dina siang ini. Kami bertiga menunggu bus di halte. Dari kejauhan terdengar suara vespa. Tanpa menoleh, aku sudah tahu suara vespa itu milik Ardan.
Dan benar, ia berhenti dan memarkirkan vespanya ke dekat trotoar. Lalu bergerak menghampiri aku, Aster, dan Dina yang duduk di bangku halte.
Aku segera buang muka pura-pura tidak menyadari kehadirannya.
"Mau pulang?" Tanya Ardan. Tidak tahu ia bertanya kepada siapa. Kalau aku sih tidak bakal menjawab pertanyaannya. Karena aku masih kesal.
"Mau ke rumah Dina." Aster menjawab.
Ardan merongoh saku depan seragam pramukanya. Mengeluarkan uang dua puluh ribu lalu diberi ke Aster. "Nih. Kamu dan Dina naik ojek saja. Biar cepat sampai. Kalau Indah, aku yang antar ke rumah Dina."
Aster bersemangat mengambil uang yang di kasih Ardan.
"Heh. Aku mau naik bus saja." Protesku. Memangnya kamu siapaku sampai kamu harus mengantarku ke rumah Dina.
"Sampai ketemu di rumah Dina ya." Sahut Aster. Lantas dia dan Dina melangkah pergi ke pangkalan ojek di depan sekolah. Dasar tidak setia kawan.
Ardan bergerak duduk ke sebelahku dan aku langsung membalikkan wajahku darinya.
"Kalau ada sesuatu yang membuat Indah sedih dan marah. Ardan selalu merasa gagal menjadi laki-laki yang bisa menjaga Indah."
"Aku nggak perlu dijaga. Kamu bukan siapa-siapaku."
Ardan menghela nafas, "Sepertinya aku sudah berbuat salah lagi sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespa, Me and You #1
Fiksi Remaja"Uang bisa dicari. Muka mungkin bisa dioperasi. Tapi Vespa-ku, takkan bisa terganti!" Seseorang yang selalu aku peluk dari belakang kala Dia mengendarai vespanya. Lalu Dia membawa langkahku ke berbagai tempat menakjubkan. Oh ya, apa kamu pernah di...