🛵 15 | Alasan menyukai

776 102 8
                                    

Sebab mencintaimu membutuhkan banyak keberanian.

OoOo

Tips; Untuk mengetahui seberapa besar kamu menyukai seseorang. Tataplah matanya dalam-dalam, liatlah seberapa bahagia dirimu dalam bayangan bola matanya.

*
Benar-benar hari yang indah, kubuka jendela kamar untuk menyapa pada langit biru. Pada angin pagi ini. Pada burung-burung yang hinggap di tiang listrik, mereka berkicau seolah menjawab sapaanku. Aku berjalan ke ruang makan, setelah berberes dengan kamar juga pakaian seragamku lalu membantu bi Ima mempersiapkan sarapan.

"Senyum-senyum terus Ndah. Kenapa?" Tanya bi Ima. bahkan bi Ima pun bisa merasa aura kebahagiaanku hari ini.

"Ada deh! Oh iya, bi. Surat yang dikasih Ardan sebelum aku ke Bogor boleh aku lihat apa isinya?"

"Oh. Surat dari Ardan. Ada-ada. Sepertinya surat itu bukan untuk bibi." Jawab bi Ima cepat, lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya. Bi Ima menyengir ketika hendak memberiku surat ditangannya, "Ini. Ndah."

Aku mengambil dan membuka kertas bergaris yang disodorkan bi Ima kemudian membaca, semua huruf ditulis Ardan dengan huruf kapital.

UNTUK BI IMA,

AKU SAYANG INDAH MEDINA.

Singkat—jelas—dan bermutu, aku sumringah. Ah, jadi benar-benar surat cinta rupanya. Aku menatap bi Ima dengan malu sambil menutup setengah wajahku dengan surat.

"Jadi? Sudah pacaran?" Goda bi Ima sambil menyikutku.

Aku menyengir, "Jangan bilang-bilang sama ayah. Dia tidak boleh tahu dulu."

"Apa yang tidak boleh ayah tahu?" Ayah keluar dari kamar mandi sambil menyeka rambutnya dengan handuk.

"Ada deh, urusan perempuan."

"Dilarang main rahasia-rahasiaan."

"Nanti juga ayah paham sendiri. Indah, mau tunggu Ardan di teras." Aku langsung menyalami tangan ayah dan bi Ima. Lalu menuju teras menunggu pacarku datang menjemput.

Tidak lama aku duduk di depan teras rumah, Ardan sudah datang menjemputku. Dari radius 100 meter, aku sudah mendengar bunyi khas vespa pacarku itu.

"Hai." sapaku segera menghampirinya, di depan pagar rumah.

"Hai. Nunggunya kelamaan?"

"Enggak kok. Berangkat sekarang yuk."

"Bentar. Mau pamit dulu dengan Ayahmu dan bi Ima"

Aku mengangguk menyetujui. Ardan membalas dengan senyum tipis lalu masuk ke dalam rumah.

Sesudah berpamitan, Ardan melajukan vespa hijau menyusuri jalan menuju sekolah. Kala telah sampai di area parkir, murid-murid utamanya murid perempuan yang berada di parkiran tidak lepas menaruh perhatian terhadap aku dan Ardan apalagi ketika Ardan menggenggam tanganku di depan mereka. Karena merasa risih akan tatapan mereka, aku segera melepas tanganku dari genggaman Ardan, kemudian berbisik ke Ardan, "Aku nggak bakal hilang. Sekalipun kamu nggak pegang."

Vespa, Me and You #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang