🛵 34 | Tujuan dan jalan berbeda

335 36 10
                                    

Orang yang kamu sayang
Bisa jadi alasan yang tepat untuk kamu tetap tinggal.
Bisa juga menjadi alasan kamu untuk segera pergi.

OoOo

| 34 |

"Kamu yakin dengan keputusanmu?"

Aku memberi anggukan pada ayah yang tengah berdiri di depan pintu kamarku.

"Ardan bagaimana? Sanggup kamu LDRan?"

"Aku dan Ardan sudah putus." Jawabku, enteng.

Ayah termangu beberapa saat. Seolah tidak tahu harus merespon bagaimana. Ayah kelihatan syok dari dugaanku. "Walau sudah putus kalian masih tetap harus berhubungan baik." Setelah mengatakan itu ayah berlalu pergi. Aku bisa melihat rasa kecewa dari sorot mata ayah.

Ayah dan Ardan memang sangat dekat sejak kami berpacaran. Ayah yang sebelumnya protektif justru mempercayakan aku dijaga oleh Ardan.

Mungkin memang perlu begini akhirnya, aku dan Ardan sekarang berada dalam perahu berbeda untuk mencari tepi kami masing-masing.

Aku baru saja membuat keputusan yang cukup besar untuk masa depanku. Setelah menimbang beberapa minggu mendekati ujian nasional, aku memutuskan akan melanjutkan sarjanaku di Makassar.

Bila ada yang menganggap aku sedang lari. Itu juga termasuk salahsatu alasanku pergi ke Makassar. Tapi alasan utamaku ingin melanjutkan kuliah di Makassar karena aku merindukan ibuku.

Aku tidak pernah pulang ke Makassar sejak pertama kali aku pindah ke Jakarta. Rinduku pada ibu sudah sangat dalam meski aku hanya bisa melihat batu nisan bertuliskan namanya bukan lagi raganya.

Selama di Makassar aku akan tinggal bersama tente Rosa--adik perempuan ibu. Atau bisa tinggal di rumah nenek pihak ibu atau nenek pihak ayah. Baik keluarga ayah dan ibu, lebih banyak yang menetap di Makassar. 

Sebelum-sebelumnya, keluarga besar di Makassar telah beberapa kali membujukku untuk kembali menetap disana. Tapi aku menolak dengan berdalih hanya bi Ima yang menemani ayah. Kenyataannya sejak awal membuat keputusan ingin pindah ke Jakarta, ayah tidak pernah meminta aku untuk ikut bersamanya.

Aku tahu ayah mau lari dari rasa duka kehilangan ibu. Begitupun juga aku. Daripada ayah, sebenarnya aku lebih merasa kehilangan sosok ibu.

Dan karena sudah cukup lama aku berusaha lari dari trauma kala kehilangan ibu. Kini aku mau menghadapi trauma itu dan mencoba lari lagi dari masalah lain yang aku hadapi sekarang. Bukan masalah sih. Lebih tepatnya, aku masih belum bisa menerima kenyataan putus dari Ardan.

Di rumah ini cukup banyak kenanganku bersama Ardan. Bahkan teras rumah, ruang tengah, dan dapur mengingatkanku tentang Ardan.

OoOo

Ujian Nasional tahun 2016 pun dimulai. Sebelum masuk ke ruangan ujian masing-masing seluruh murid yang akan melakukan ujian berkumpul di lapangan upacara. Tidak ada upacara pagi ini hanya penyampaian dari Kepala Sekolah terkait prosedur ujian.

Semua merasa gugup. Tentu. Siapa yang tidak akan gugup di hari ujiannya. Bahkan Arham yang selalu masa bodoh, sudah beberapa kali keluar masuk wc.

Vespa, Me and You #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang