I Wish A Miracle
.
.
.
<Page Five>
.
“I will find you with the miracle that I have.”
.
.
.
Jaemin menghentikan langkah setelah berlari dengan tergesa menyusuri setiap lorong rumah sakit yang mulai sepi karena sudah malam. Tiga puluh menit yang lalu, Mark menghubunginya dengan suara yang terdengar parau, memintanya untuk segera datang ke rumah sakit tanpa memberikan penjelasan apapun.
Pemuda Na itu dibuat panik karena ia pikir telah terjadi sesuatu yang buruk pada lelaki yang lebih tua, terluka atau apapun itu yang membuatnya berada di rumah sakit. Tapi nafasnya terhembus lega saat ia menemukan Mark baik-baik saja sedang duduk di depan salah satu ruangan perawatan.
Kedua kakinya melangkah cepat, menghampiri Mark dan mengambil posisi duduk di sampingnya.
“Hyung…” Jaemin memanggil, kedua tangannya terulur untuk meraih tangan Mark yang terkepal dan di gunakan untuk menahan dahinya. Jaemin menggenggam tangan itu… tangan yang dirasanya dingin dan bergetar.
“Nana.”
Jaemin tersenyum. “Ada apa? Aku kira terjadi sesuatu padamu―”
Kenyataannya, kata-kata Jaemin tidak pernah bisa selesai karena Mark yang menjatuhkan kepala di bahunya. “Tolong tetap disini.” Pintanya dengan suara yang sangat kecil. “Aku takut sekali, entah kenapa.”
Jaemin mengernyit. “Hyung…”
“Aku tidak apa-apa, ayah dan ibuku juga baik-baik saja.”
Yang bermarga Na itu terdiam mendengarkan. Tangannya masih belum berani bergerak untuk mengelus punggung Mark seperti yang biasa di lakukannya.
“Tapi… Jeno―”
Jaemin terkejut sekali ketika satu nama terucap dari mulut Mark. “Jeno? Hyung mengenalnya?”
Kepala Mark tergeleng pelan, menjawab ‘tidak’ untuk pertanyaan Jaemin. “Aku bertemu dengannya di sekolah saat jam istirahat. Kau tahu dia tidak ada di kelas, kan? Ya, Jeno ada di ruang kesehatan bersamaku. Aku yang menemukannya pingsan di dekat perpustakaan.”
Mata bulat Jaemin membesar. Ia memang tahu ada petugas kesehatan yang memintakan ijin untuk Jeno pada wali kelasnya, tapi ia tidak tahu jika Jeno sampai tidak sadarkan diri dan Mark yang telah menemukannya.
“Dan aku menemukannya tidak sadarkan diri untuk yang kedua kali hari ini.”
“Maksudmu?”
“Aku menemukan Jeno sekarat di tengah jalan, Na.” Suara Mark bergetar kembali, membuat Jaemin bingung ada apa sebenarnya dengan pemuda Jung itu. “Entah kenapa aku takut sekali… padahal aku baru bertemu dengannya hari ini… aku tidak mengenalnya… aku bahkan bukan siapa-siapanya.”
Kedua mata Jaemin tertutup sejenak, menghela nafas lembut dan bergerak untuk memeluk putra Jung Jaehyun itu. Telapak tangannya menepuk halus punggung Mark, mencoba membuatnya tenang.
“Siapapun pasti akan prihatin melihat Jeno dan semua luka yang ada padanya, hyung.”
Tapi kepala Mark menggeleng keras, menolak pernyataan Jaemin. Dirinya takut tanpa alasan… entah untuk apa. Tapi yang bisa ia yakinkan untuk dirinya sendiri adalah, bahwa itu bukanlah rasa kasihan atau prihatin seperti apa yang di katakan oleh Jaemin.