I Wish A Miracle
.
.
.
<Page One>
.
"I will find you with the miracle that I have."
.
.
.
"Pagi ini aku membuat eomma sedih lagi karena tiba-tiba aku menanyakan sesuatu tentang adikku." Helaan nafas panjang Mark hembuskan kemudian. Matanya menerawang ke atas, pada langit petang yang indah. "Aku sangat menyesal, sungguh... eomma pasti jadi diam dalam beberapa waktu ke depan."
"Tapi hyung tidak berniat membuatnya sedih, kan?"
Mark menggelengkan kepala pelan. "Tentu saja, tidak!" Jawabnya cepat. Ia masih betah memandang objek yang sama, tanpa berniat untuk memandang wajah seseorang yang menjadi tempatnya bercerita, seorang teman―Na Jaemin.
Yang lebih muda menghela nafas perlahan kemudian tersenyum kecil. "Hyung pasti merindukannya."
"Eomma lebih merindukannya, Nana."
Adik laki-laki Mark... bayi kecil yang hilang di hari kelahirannya. Mark tidak pernah melihatnya, Mark bahkan tidak mengingat apa yang terjadi hari itu. Yang ia mengerti setelah beberapa tahun berlalu adalah adiknya hilang karena seseorang mengambilnya di rumah sakit. Adiknya yang masih merah, dan belum di beri nama...
"Aku bertanya pada eomma, apakah jika adikku ada bersamaku dia akan menjadi setampan aku? Tapi pertanyaanku salah, karena eomma menangis setelahnya."
"Hyung..." Satu tangan Jaemin terulur, mengusap punggung Mark dengan sabar. "...kau tidak salah. Kalian sama-sama merindukannya."
"Tapi eomma bilang kita tidak tahu apakah adikku masih hidup atau bahkan sudah mati."
"Hyung!"
"Appa mencarinya, tapi tidak ada perkembangan sementara belasan tahun sudah berlalu. Apakah kau bisa menjamin adikku akan baik-baik saja?" Dengan tegas Mark berkata, meninggikan suaranya. Kepalanya menoleh ke samping, menatap Jaemin tepat di matanya yang bening. "Eomma sudah lelah dan terlihat ingin menyerah... begitupun aku. Aku―aku tidak mau berharap banyak."
"Tapi paman Jaehyun masih mencarinya... paman Jaehyun belum menyerah, hyung."
Mark diam. Jaemin menyadari kedua mata yang lebih tua sudah berhasil meloloskan cairan bening dari kedua pelupuknya yang sejak tadi bersembunyi disana. Tidak ada yang bisa Jaemin lakukan selain mengusapi punggung Mark seperti yang selalu ia lakukan sebelumnya.
Cerita Mark tentang adiknya yang hilang memang selalu membuatnya emosional di akhir kalimat. Tapi Jaemin tidak bisa menahannya, ia mengerti seberapa ingin Mark bisa melihat dan bertemu dengan adiknya yang tak pernah ia tahu bagaimana bentuk wajahnya sejak adiknya di lahirkan.
"Jangan menyerah, hyung... adikmu menunggu untuk di selamatkan diluar sana."
Satu kalimat dari Jaemin itu membuat Mark tertegun. Apakah benar seperti itu? Jika iya, maka Mark tidak akan pernah menyerah untuk mencarinya. 'Appa, eomma... adikku harus kita temukan!'
Menyadari Mark yang sudah terlihat lebih baik, Jaemin tersenyum. Otaknya berputar, mencoba mengalihkan perhatian Mark dari topik 'adiknya yang hilang'.