I Wish A Miracle
.
.
.
<Page Sixteen>
.
“I will find you with the miracle that I have.”
.
.
.
“Jae, kau yakin dokter itu bisa di percaya?” Doyoung mendongak, memperhatikan Jaehyun yang sedang melepas kemejanya―sehingga tubuh terbentuknya kini terlihat jelas oleh sepasang mata kelincinya. “Kita bisa membawanya sendiri ke laboratorium. Disana ada kenalanku yang bisa kita percayai daripada dokter yang… tidak tahu apa-apa itu.”
Lelaki bermarga Jung itu menghela nafas panjang. Dari posisinya, ia bisa melihat dengan jelas perasaan cemas dan gelisah yang terpancar dari mata cantik istrinya. Langkahnya ia bawa mendekati Doyoung dan duduk di sampingnya dengan tubuh atas yang telanjang.
“Kita sudah membahas ini kemarin, hyung. Kenapa kau ragu lagi?”
Yang lebih tua menggelengkan kepala, tanpa sadar air matanya menetes dan dengan tergesa ia mengusap pipinya sendiri. “Aku… aku hanya berpikir, bagaimana bisa kita mempercayainya―”
“Hyung, itu memang bukan rumah sakit besar, dan dokter yang menjadi penanggung jawab untuk Jeno itu tidak tahu apa-apa.” Kedua tangan Jaehyun bergerak, membingkai sisi wajah Doyoung dan menuntunnya untuk melakukan kontak mata. “Tapi, dokter itu tahu catatan kesehatan Jeno, dokter itu memiliki catatan tentang luka-luka di tubuh Jeno, dokter itu juga memiliki sampel darah Jeno. Kita akan mudah melihat hasilnya melalui dokter itu…”
Mata Doyoung terpejam erat ketika Jaehyun mengecup ujung hidungnya yang memerah.
“Dokter itu juga sudah berjanji untuk melakukan yang terbaik dengan menghubungi seorang rekannya di laboratorium…” Jaehyun tersenyum untuk menenangkan. “…dia tahu akibatnya jika berani bermain-main dengan kita.”
Doyoung menghembuskan nafas panjang. Wajahnya mengukir senyum, semua ucapan Jaehyun bisa ia pahami dengan jelas. “Ya, maafkan aku… Aku hanya terlalu gelisah menunggu hasilnya nanti.”
“Aku bahkan lebih gelisah lagi.” Jaehyun membalas, tidak menyembunyikan sama sekali raut lelah di wajahnya.
Doyoung mengangkat tangannya untuk meremat tangan Jaehyun yang masih membingkai wajahnya. Ia tersenyum lembut dan berkata, “Mandilah dan istirahat. Kau bisa tidur sebentar dan aku akan membangunkanmu sebelum makan malam.” Setelah menurunkan tangan Jaehyun, ia membawa wajahnya mendekat dan memberikan satu ciuman lama di atas permukaan bibir suaminya. “…aku akan memasak sesuatu untukmu dan anak-anak.”
Anak-anak… ya ampun, ketika kata itu terlantun dari belah bibirnya, ia merasa bahagia hanya dengan menyebutnya. Membuat Doyoung berharap, hasil dari pencocokan DNA Jaehyun dan Jeno akan berakhir seperti harapannya.
Jaehyun mengangguk dan mengusap kepala belakang milik Doyoung. “Hm, terimakasih.”
.
.
.
Jeno termenung sendirian di dalam sebuah ruangan yang benar-benar tak bisa di percayai oleh dirinya sendiri. Ini di rumah keluarga Jung, dan Mark mengantarkannya ke ruangan ini―putra keluarga Jung itu mengatakan jika ruangan ini adalah kamar yang akan di tempatinya.