Page 8

12.6K 1.8K 154
                                    

I Wish A Miracle

.

.

.

<Page Eight>

.

“I will find you with the miracle that I have.”

.

.

.

Sementara Jaehyun telah pergi ke kantor dan Mark yang pergi ke sekolah, Doyoung memilih untuk pergi ke rumah sakit―melihat keadaan Jeno yang sejak malam itu belum pernah ia jenguk.

Sebelum benar-benar masuk ke ruang perawatan Jeno, Doyoung terdiam sebentar di balik pintu. Ia melihat Jeno yang sedang berusaha mengupas apel sendirian dari sebuah kaca yang ada di pintu, tersenyum kecil begitu menyadari bahwa anak itu sangat mandiri.

Doyoung tidak tahu kenapa ia sangat suka melihat wajah manis Jeno. Malam itu, ketika ia melihat Jeno tidak sadarkan diri di jalanan, ada sesuatu yang aneh dengan perasaannya. Seorang remaja yang belum pernah ia lihat sebelumnya itu begitu menarik perhatian.

‘Jika saja bayiku ada bersamaku, mungkin ia sudah sebesar Jeno sekarang.’ Pikirnya.

Menarik nafas dalam, Doyoung merapikan pakaiannya dan mencoba tersenyum sebelum menggeser pintu dan bertemu dengan adik kelas Mark. “Halo, selamat pagi, Jeno-ya…” Ia menyapa dengan riang.

Jeno terkejut setengah mati. Ia menjatuhkan apel dan pisau ke pangkuannya kemudian menatap seseorang yang baru datang itu dengan mata yang membesar. “Oh―annyeonghaseyo.” Katanya, terbata, masih menatap sepasang mata kelinci yang menarik itu. “Siapa―”

“Kim Doyoung, ibunya Mark.” Ia menjawab.

Seketika, Jeno menjadi sibuk. Ia menyingkirkan pisau dan apel yang belum terkupas itu ke piring di meja, namun gerakan ributnya yang tiba-tiba itu ternyata berhasil membuat seluruh tubuh dan kepalanya menjadi sakit. “Akh!” Anak itu meringis, menjatuhkan punggung pada bantal di belakangnya dengan mata tertutup.

“Hey, hey… Kenapa? Ada yang sakit?” Kekhawatiran Doyoung memuncak, ia panik melihat Jeno yang terlihat kesakitan.

Baru saja ia berbalik untuk keluar dan memanggil dokter, sebuah tangan menahannya dengan gerakan lemah.

“Tidak, bibi...” Jeno menggelengkan kepala dengan suara yang terdengar lirih, masih berusaha menahan sakit di kepalanya. “…terimakasih.”

Doyoung terdiam, memperhatikan tangan Jeno yang menahan lengannya. Jantungnya berpacu cepat, hatinya berteriak saat ada satu perasaan asing yang tidak dirinya mengerti.

“Anda memiliki senyum yang sama dengan Mark hyung.” Jeno melepaskan tangannya dari tangan Doyoung, sadar jika ia terus melakukannya maka keadaan akan menjadi sangat canggung meskipun sejujurnya Jeno sangat menyukai ketika ia menggenggam tangan ibu dari Mark Jung itu.

Seperti memiliki ibu, Jeno berkata dalam hati.

Doyoung tersenyum, dengan lembut ia merapikan helaian rambut hitam Jeno dan mengusapnya penuh sayang. “Masih sakit?” Tanyanya, dan Jeno menggelengkan kepala sebagai jawaban.

“Bisakah―” Jeno mendongak, menatap Doyoung sekali lagi dengan raut tak terbaca. “―anda memelukku?”

Mendengar permintaan Jeno membuat Doyoung terdiam sejenak. Ia sedikit terkejut, tapi kemudian mengangguk dan memeluk anak itu dengan hati-hati.

I Wish A MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang