I Wish A Miracle
.
.
.
<Page Two>
.
"I will find you with the miracle that I have."
.
.
.
Seperti yang selalu Doyoung lakukan sebelumnya, ia menyambut Jaehyun yang baru tiba di rumah di malam hari setelah bekerja di kantor seharian. Doyoung tersenyum tulus, berharap bisa sedikit mengurangi sedikit lelah di benak suaminya.
"Dimana Mark?" Jaehyun bertanya, berdiri tegap di hadapan Doyoung yang sedang berusaha membuka simpul dasi yang melilit di kerah kemeja kerjanya.
"Sudah tidur sejak tadi." Istrinya menjawab tanpa memandang mata sosok di hadapannya. "Sepertinya ia lelah karena ia pergi tidur setelah makan malam."
Jaehyun menyadari ada yang salah pada Doyoung. Ia membiarkannya, terdiam untuk beberapa saat tidak berniat untuk bertanya. Sampai ketika simpul dasi itu telah terlepas, Jaehyun di kejutkan dengan Doyoung yang mendongak padanya bersama kedua sorot matanya yang meredup.
"Hyung―"
"Maafkan aku." Lirih Doyoung, menyela cepat suara Jaehyun. "Maaf karena aku tidak bisa membantumu, tidak bisa membuatmu menjadi lebih baik." Lalu, kedua matanya tertutup, menjatuhkan dahinya diatas bahu kanan lelaki di depannya.
"Kenapa...? Ada apa?"
"Aku tahu kau lelah mencarinya. Jadi, berhenti saja."
Jaehyun terkesiap. Matanya membesar, tangannya berhenti di udara membatalkan niatnya untuk memeluk punggung Kim Doyoung. Ia terkejut bukan main. "Apa yang sedang coba kau katakan, hah?!" Nada suaranya meninggi, tak cukup mengerti dengan jalan pikiran istrinya sekarang.
"Ini sudah belasan tahun, Jaehyun! Kau sudah mencarinya tapi tidak menemukan apa-apa! Kau lelah, aku juga begitu." Doyoung terisak keras. Kedua tangannya menggantung di sisi tubuh, enggan bergerak untuk mendekap tubuh yang lebih darinya itu. "Kita tidak tahu apakah putra kita masih hidup atau bahkan sudah... mati."
"KIM DOYOUNG!"
"Semua hanya akan sia-sia, Jaehyun! Hentikan saja!"
Jaehyun tidak mampu lagi untuk berkata-kata. Matanya memerah, bahkan ia bisa saja menangis ketika matanya berkedip walaupun perlahan. Ia tidak percaya Doyoung bisa mengatakan hal itu sekarang.
"Kau menyerah?" Tanya Jaehyun lirih.
Doyoung menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Aku tidak ingin menyerah, tapi aku juga tidak ingin membuat semua yang kau lakukan sia-sia. Tidak ada satu petunjuk apapun yang bisa mengarahkan kita padanya, orang yang sudah menculiknya bahkan sudah mati! Bagaimana caranya kita bisa menemukan bayi kita, Jaehyun? Bagaimana―"
"Kau ibunya, jadi kau tidak boleh berpikiran buruk tentang putra kita." Jaehyun mengalah, suaranya melembut dan membawa Doyoung pada sebuah pelukan erat. "Aku akan terus mencarinya, aku akan berusaha untuk menemukannya. Dia bayi kecil kita, apakah kau tak ingin melihatnya?"
"Jae..."
"Pegang janjiku. Aku tidak akan pernah lelah untuk mencarinya dan aku akan menemukannya karena dia adalah putra kita."
