I Wish A Miracle
.
.
.
<Page Seven>
.
“I will find you with the miracle that I have.”
.
.
.
Mark hampir saja menangis keras mendengar apa yang sedang Jeno ceritakan padanya. Jeno tidak tahu siapa ayah dan ibunya, Jeno beruntung di temukan oleh seorang pria tua yang mau memberikannya nama dan juga mengurusnya hingga besar, meskipun setelah kepergiannya Jeno harus mengalami kekerasan fisik oleh anak dari pria tua yang sudah mengurusnya tersebut.
“Aku tidak tahu kenapa aku di buang…” Jeno kembali bersuara, kedua tangannya tidak memiliki lagi tenaga untuk sekedar meremat selimut tebal yang menutupi sebagian tubuh bagian bawahnya. “…mungkin, mereka tidak menginginkanku? Sampai pada akhirnya aku di buang oleh mereka.” Senyumnya terukir simpul.
Kadang, Jeno percaya bahwa ia masih memiliki orangtua yang sedang mencarinya saat ini. Tapi di sisi lain, ia tidak memungkiri kemungkinan bahwa ia adalah seorang anak yang tidak di inginkan sehingga orangtuanya memilih untuk membuangnya.
“Orangtua manapun pasti tidak ingin kehilangan anaknya, Jeno.” Mark menundukkan kepala, menarik nafas kuat-kuat untuk membuka kembali suaranya. “Mereka tidak akan sampai membuang bayinya sendiri.”
“Buktinya―adalah aku, hyung… Aku di buang. Bahkan setelah aku sebesar ini, tidak ada yang mencariku.”
Mark tahu itu adalah perasaan Jeno yang putus asa. Kehidupan yang di jalaninya begitu sulit, sehingga mungkin hanya itu yang ada di pikiran Jeno.
“Kau yakin?”
“―mungkin.” Jeno menjawab ragu.
Mark tersenyum tulus. Dengan hati-hati, ia mengulurkan tangan untuk menyentuh kembali kulit tangan Jeno yang penuh dengan lebam berwarna ungu. “Tidak ada yang tahu apa yang terjadi saat itu… dan menurutku, kau tidak harus berpikiran jauh.”
Yang lebih muda terdiam.
“Aku juga kehilangan satu anggota keluargaku yang―ahh, bahkan aku masih sangat kecil sekali saat itu. Aku tidak ingat apa-apa selain seharusnya aku memiliki adik laki-laki saat itu.”
Jeno tertarik. Matanya menatap ke dalam sepasang mata yang lebih tua dan menemukan kesedihan disana meskipun wajahnya tengah tersenyum. Jeno selalu merasa senang melihat orang itu tersenyum sejak pertemuan pertama mereka kemarin. Entah kenapa…
“Adikku hilang… seseorang mengambilnya di hari saat dia lahir. Ayahku sudah melakukan pencarian, bahkan hingga saat ini. Tapi hasilnya, tidak ada.” Senyum simpul tersemat di wajah tampan putra pertama Jung Jaehyun. Tangannya masih senang mengusapi tangan yang bermarga Lee. “Kalau saja adikku ada disini, mungkin dia memiliki umur yang sama sepertimu.”
Hening, kemudian.
Baik Mark maupun Jeno tidak ingin bersuara setelah mereka berhasil menceritakan apa yang sedang mereka cari.
“Maksudku adalah… kau jangan menyerah. Jangan berpikiran bahwa kau telah di buang sementara kau sendiri tidak tahu alasannya. Bisa saja mereka mencarimu tapi belum menemukan petunjuk apapun, seperti aku yang mencari adikku. Ya?”