Page 13

13.2K 1.9K 130
                                    

I Wish A Miracle

.

.

.

<Page Thirteen>

.

“I will find you with the miracle that I have.”

.

.

.

Mark mengerang. Ia pikir, ia akan menemukan adiknya hari ini juga. Tapi ternyata itu tak semudah apa yang di pikirkannya.

“Mark…”

“Appa, kenapa kita tidak pergi ke alamat itu sekarang saja? Hanya tinggal sedikit lagi untuk kita menemukannya.”

Jaehyun membuang nafas lelah. Setelah memastikan laju mobilnya dalam kecepatan normal, ia melirik putranya yang duduk di bangku belakang melalui kaca spion di atasnya. “Tidak bisa sekarang, Mark.”

“Kenapa?” Kedua tangan Mark sudah terkepal diatas lutut, benar-benar tidak sabar ingin menemukan adiknya―juga memastikan apakah Jeno adalah adiknya atau bukan. “Kita hanya tinggal pergi ke alamat yang nenek tadi itu katakan, lalu menemukan informasi tentang petugas keamanan itu dan kita akan menemukan adikku setelahnya.”

“Mark, jangan menganggap remeh itu semua.” Jaehyun berkata tegas, ia sempat melirik Doyoung yang sejak tadi hanya diam lewat ujung matanya. “Ini sudah hampir malam, kita juga perlu untuk makan dan istirahat. Kau tidak lihat eomma sudah lelah?”

Mark terdiam dengan mata membesar menatap pada ibunya yang memejamkan mata. Perasaan bersalah menyelimutinya secara perlahan. Dirinya begitu egois menginginkan adiknya di temukan saat ini juga, seolah tidak pernah tahu bahwa ayah dan ibunya bahkan menginginkan hal itu lebih dan lebih lagi daripada apa yang di rasakannya.

Ayah dan ibunya sudah lelah, tapi dirinya hanya bisa menuntut.

“Maaf…” Ungkapnya, menyesal. “…aku hanya―”

“Kau hanya rindu dengan adikmu yang belum pernah kau lihat sama sekali.” Doyoung menyela, ia menolehkan kepala ke belakang untuk memberikan Mark senyuman hangat. “Bukan hanya kau, tapi appa dan eomma juga. Tapi, untuk bisa menemukannya lebih cepat, kita perlu makan agar tidak sakit. Eomma akan memasak makanan kesukaanmu saat kita sampai di rumah. Bagaimana?”

Mark mengembangkan senyum, dengan kekanakan ia beringsut dan melingkarkan kedua lengannya di leher sang ibu―yang otomatis itu membuatnya memeluk jok mobil juga. “I like it, eomma!”

Jaehyun yang melihatnya menggelengkan kepala dan kembali fokus pada kemudi dalam kendalinya. Ya, memang jika di pikirkan itu begitu mudah, hanya tinggal pergi ke alamat yang wanita tua tadi berikan, mencari informasi tentang Pak Lee yang bertugas sebagai petugas keamanan di distrik pelosok Seoul, dan lalu akan terjawab dimana kini putra bungsunya berada.

Tapi ternyata… itu tidaklah mudah.

“Oh ya, sudah menghubungi Jeno?”

Mark menggelengkan kepala. “Jeno tidak punya ponsel, eomma…” Ucapnya dengan suara pelan. “Tapi aku sudah menghubungi Jaemin dan menanyakan keadaannya. Jaemin bilang, besok akan ke rumah untuk menyampaikan pesan dokter.”

Doyoung mengangguk. “Oh, kalau begitu kau carikan ponsel yang bagus untuk Jeno. Bagaimanapun, Jeno pasti membutuhkan itu, kan? Dan agar kita jadi lebih mudah untuk menghubunginya.”

I Wish A MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang