Page 17

15.2K 1.9K 174
                                    

I Wish A Miracle

.

.

.

<Page Seventeen>

.

“I will find you with the miracle that I have.”

.

.

.

Awalnya Mark terbangun karena haus. Ia hendak pergi ke dapur untuk mengambil air minum, tapi pintu kamar Jeno yang terbuka dengan lampu yang masih menyala membuat langkahnya berputar kearah sana.

Mark terkejut melihat Jeno masih duduk di meja belajarnya, membuka-buka buku seperti sedang belajar. Lantas, kakinya melangkah masuk tanpa permisi, kemudian mengulurkan tangan untuk menepuk bahu kanan milik Jeno.

“Kau belum tidur?”

Yang lebih muda sontak menoleh ke belakang, lalu menghela nafas lega setelah tahu jika itu adalah Mark. “Ya ampun, kau membuatku terkejut, hyung!”

Mark mengedikan bahu, mengintip pada apa yang sedang Jeno lakukan sampai semalam ini ia belum tidur. Di meja belajarnya banyak sekali buku catatan yang terbuka, laptop di biarkan menyala, dan beberapa pensil yang tergeletak tak beraturan. Mark menghembuskan nafs panjang. “Apa Jaemin terlalu banyak memberimu buku catatan?”

“Tidak, hyung… Jaemin justru sudah berbaik hati mau meminjamkan buku catatannya padaku. Aku hanya sedang berusaha mempelajari apa yang sudah aku tinggalkan. Lusa aku sudah masuk lagi ke sekolah.”

Mark mengangguk. Ia mundur beberapa langkah, mendudukan diri diatas tempat tidur Jeno yang rapi. “Eomma tidak akan suka jika ia masih melihatmu belajar tengah malam seperti ini.”

Penuturan itu membuat Jeno terdiam. Pensil dalam genggamannya terlepas, memutar kursi ke belakang untuk menatap kakaknya. “…benarkah?” Tanyanya, yang di jawab dengan aggukan kepala oleh yang lebih tua. “Tapi aku harus seperti ini agar aku tetap mendapat tempat pertama di kelas dan angkatanku.”

“Tapi eomma tetap tidak akan menyukainya. Kau boleh dan harus belajar, tapi tidak dengan memotong waktu istirahatmu.”

Mark memperhatikan wajah Jeno dengan seksama. Untuk pertama kalinya, ia bisa melihat wajah tampan itu tanpa luka lebam berwarna keunguan yang menyakitkan. Ujung bibirnya tertarik membentuk segaris senyum. “Kau terlihat lebih baik sekarang.”

Remaja yang sekarang telah merubah marganya menjadi sama dengan Mark itu terkekeh ringan. Ia beranjak dari kursi yang sejak beberapa jam yang lalu di dudukinya, kemudian menjatuhkan diri di samping sang kakak yang masih duduk santai. “Semuanya karena eomma. Eomma yang sudah merawat lukaku, terus memperhatikanku, sampai aku bisa terlihat lebih baik sekarang.”

“Tanpa luka-luka itu, kau jadi semakin mirip dengan appa.” Mark berkomentar di selingi tawa kecil. Senang rasanya mengetahui fakta bahwa Jeno adalah adiknya yang hilang dan kini telah ia temukan kembali.

Hasil tes yang di lakukan oleh Jaehyun, Doyoung, dan Jeno sudah keluar meskipun terlambat beberapa hari dari perkiraan. Dan hasilnya… sesuai dengan keinginan mereka. Jeno adalah putra Jung Jaehyun dan Kim Doyoung.

“Hyung pikir, hyung tidak mirip dengan appa? Ya ampun!”

Mark terkikik. Ia ikut menjatuhkan diri menjadi terlentang di tempat tidur bersama dengan Jeno. “Terimakasih karena sudah bertahan untuk menunggu kami menjemputmu.”

I Wish A MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang