I Wish A Miracle
.
.
.
<Page Ten>
.
“I will find you with the miracle that I have.”
.
.
.
Doyoung terlihat baik-baik saja ketika dirinya menceritakan tentang Jeno pada Jaehyun sepulang dari rumah sakit. Lelaki Kim itu hanya mengeluarkan suara lirih dan sempat untuk meminta kepada Jaehyun untuk mencari tahu siapakah sosok kakek Lee yang telah berbaik hati membesarkan Jeno, serta siapakah paman Lee yang sudah membuat Jeno babak belur dan sakit seperti sekarang.
Tapi, Doyoung berubah histeris saat Jaehyun mengatakan kedatangan Seokwoo dari London hari ini. Apalagi ketika Jaehyun mengatakan semua yang telah Seokwoo akui padanya, Doyoung menjadi semakin tidak terkendali.
“Biarkan aku bertemu dengan Seokwoo, Jae! Biarkan aku membunuhnya karena dia telah mengambil bayi kita hari itu!!!”
Dengan semua tenaganya, Jaehyun meraih Doyoung untuk masuk pada dekapannya. Menahan tubuh yang berontak itu, mencoba menenangkannya dengan cara tersebut. “Hyung, dengarkan aku―”
“TIDAK, JAEHYUN! DIA ADALAH PENJAHAT YANG KEJAM!” Doyoung menyela, masih dengan tubuh yang berontak tidak ingin berada dalam pelukan hangat suaminya.
“Hyung!”
“Hiks―dia mengambil bayiku… bayi yang belum sempat kita beri nama… jagoan kita yang hanya baru aku gendong satu kali. Jae―”
“Dengarkan aku, hyung…”
“―biarkan aku bertemu dengannya.” Suaranya mengecil, ia sudah tidak berontak lagi, sementara sepasang mata kelincinya menatap kosong entah kemana. “Jika kau tidak mau mengantarku padanya, biar aku yang akan pergi sendiri.”
Jaehyun menghela nafas panjang. Dengan memegangi kedua bahu Doyoung, ia membuat sedikit jarak agar bisa menatap wajah pucat itu dengan jelas. “Seokwoo sudah di pastikan akan di hukum untuk kejahatannya, kita hanya tinggal fokus untuk mencari bayi kita yang sekarang pasti sudah besar.” Jaehyun tersenyum hambar.
Menunggu beberapa waktu, namun Doyoung tidak merespon apapun. Tatapan matanya masih kosong, membuat Jaehyun bingung kenapa istrinya seperti itu.
Dengan gerak cepat, Jaehyun memberikan sebuah ciuman lama diatas permukaan bibir si lelaki Kim. Hanya sebuah ciuman lembut tanpa tuntutan, Jaehyun mengira itu akan membuat Doyoung sedikit lebih tenang.
Tapi kemudian, Jaehyun harus merasa panik karena Doyoung yang tidak sadarkan diri dalam dekapannya.
“HYUNG!”
.
.
.
Untuk pertama kalinya, Jeno bertatapan mata secara langsung dengan seorang Na Jaemin. Mereka satu kelas, tapi Jeno membangun dinding pembatas untuk tidak berteman dengan siapapun―menutup diri agar tidak ada yang bertanya tentang lukanya atau apapun itu.
“Kau pasti bingung kenapa aku ada disini.” Jaemin tersenyum cerah, membuat Jeno terdiam karena remaja Na itu terlihat kelewat ceria. “Kalau kau mau tahu, aku itu temannya Mark hyung.”
