I Wish A Miracle
.
.
.
<Page Twelve>
.
“I will find you with the miracle that I have.”
.
.
.
Tidak ada yang menyangka tempat dimana Seokwoo membuang bayi bungsu Jung belasan tahun lalu itu akan seburuk apa yang mata mereka lihat. Doyoung sampai terhuyung ke belakang karena merasa kepalanya sangat pening saat ini. Jaehyun menahannya, meskipun dirinya sendiri kehilangan nafas sejak kakinya menapak di tempat tersebut. Mark hanya diam tanpa mampu berkata-kata, mencoba menahan tangisannya sendiri setiap kali dirinya membayangkan bagaimana adiknya bertahan untuk hidup saat itu.
“Aku… tidak percaya masih ada tempat seperti ini di Seoul.” Mark meringis, matanya masih menatap ke sekelilingnya.
“Dulu, bahkan lebih buruk dari ini.” Seorang wanita tua tersenyum kecil. Dia adalah orang yang di minta oleh Jaehyun untuk membantunya hari ini―seorang wanita yang sudah lama sekali tinggal di daerah sana. “Tidak ada satu pun orang yang tinggal di tempat ini. Tentu saja, disini hanya perkebunan kosong yang dekat dengan pembuangan sampah.”
Doyoung tidak sanggup untuk mendengarnya, ia memilih untuk menyembunyikan wajah di bahu Jaehyun sementara tangannya menutupi telinga meskipun itu sia-sia.
“Yang datang kemari hanya seorang petugas rutin untuk melihat keadaan disini.” Wanita tua itu menghela nafasnya sebelum melanjutkan. “Tempat ini benar-benar dingin jika malam hari, anginnya sangat kencang, bahkan orang dewasa saja tidak akan bisa bertahan tanpa mantel hangat.”
Jika di tempat ini akan sedingin itu, bagaimana nasib bayi Jung yang Seokwoo buang disini? Bayi itu bahkan benar-benar baru lahir, bayangkan saja serapuh apa bayi itu ketika Kim Seokwoo dengan tak berperasaannya membuangnya di tempat sedingin itu.
Mark sekarang mengerti kenapa Seokwoo memberikan opsi selain adiknya yang telah di temukan dan di rawat oleh seseorang yang begitu baik. Jujur saja, ia juga berpikir… mungkinkah adiknya tak bertahan dan meninggal hari itu juga?
“Lalu... pernahkah anda mendengar ada seseorang yang membuang bayi laki-laki disini? Belasan tahun lalu, bisakah anda mengingatnya untuk kami?”
Wanita tua itu memandang Jaehyun dengan begitu bingung. Keningnya berkerut dalam, mencoba mengingat apakah ia pernah melihat apa yang di maksudkan oleh lelaki Jung itu.
“Aku rasa―tidak.”
Jawaban itu nyatanya membuat Mark sangat kecewa. “Anda yakin? Bisakah anda mengingatnya lagi? Aku mohon, aku butuh seseorang untuk memastikan semua itu.” Mark hampir menangis menatap si wanita tua, tapi ia mencoba menahannya ketika sang ayah menepuk bahunya sambil menggelengkan kepala.
“Aku sangat yakin tentang itu. Aku sudah tinggal di daerah sini sejak lama, tidak ada siapapun yang membuang bayi atau apapun disini. Meskipun tempat ini memang buruk, tapi tidak pernah ada yang berbuat kriminal disini. Seperti yang aku katakan, setiap dini hari akan ada seorang petugas yang berkeliling untuk memastikan keamanan.”
Hening setelahnya.
Mark menundukan kepalanya dengan kedua tangan yang mengepal. Entah kenapa, ia merasa tidak puas dengan jawaban yang ia dapat hari ini. Harapannya seolah hilang. Dan ternyata sesulit itu mencari adiknya meskipun Seokwoo sudah memberitahu dimana tempat ia membuang adiknya hari itu.