Pulang ke rumah seperti biasa. Ibu belum sampai rumah. Ibu masih sibuk dengan pekerjaannya. Disini, di rumah ini saat pertama membuka pintu hanya kesepian dan kesunyian yang menyambut. Hawa dingin lambat laun mrambat dari sudut hatiku. Membuat kepiluan akan ingatan tentang rasa sakit yang dulu pernah membekas.
Walaupun begitu ibu tidak melupakan kewajibannya yaitu menyiapkan makan. Tapi seketika itu nafsu makanku hilang. Aku tidak bisa nengok ke dapur dan langsung menuju ke atas.
Daripada aku harus berlama-lama di sini, lebih baik aku bergegas bersiap-siap ke rumah Topan. Selain untuk mencari teman plus kesibukan. Aku juga ada janji untuk main ke rumahnya siang ini.
"Permisiiiiii, tante Seely! Topan ada!?" Aku mengetuk putu rumah Topan dengan berteriak-teriak kencang setelah berjalan kaki dari rumahku.
Tidak lama kemudian pintu yang mau njulang di hadapanku pun terbuka, menampilkan seorang pemuda dengan kaos biru langit lengan pendek. Dan celana Jeans selutut. "Maaf Topan lagi nggak ada"
"Hellooo, receh banget ya. Lagu lama itu. Ayo belajar!" aku langsung melenggang masuk melewati Topan yang masih berdiri di tempatnya berpijak dengan tatapn penuh selidik. "Topan! Ayo masuk. Nggak usah sungkan"
"Ini rumah aku kali" gumamnya dengan suara lirih tapi masih bisa ku dengar.
"Pan. Tante Seely mana?"
"Mama ada di dapur, lagi masak. Kalo mau belajar langsung aja ke atas aja."
"Mau nyapa tante Seely dulu ah" sambil berjalan menuju arah dapur.
"Mama nggak mau kalo kamu yang nyapa. Bisa sakit kuping seketika nanti" kata Topan sambil terkekeh kecil dengan ucapannya sendiri. Aku fikir dia nggak waras.
Aku langsung melemparkan lirikan ke arah Topan "Jahat. Aku tuh higenis dan udah mandi tau"
"Biasanya nggak pernah" balas Topan.
Tanpa mempedulikannya lagi setelah aku melihat ada tante Seely sudah di depan mata, aku lupakan Topan yang sedang beralih duduk di meja makan tak jauh dari pantry. "Hallo tante! Apa kabar" sambil menyalimi tangannya.
"Eh iya, Lili. Baik-baik. Kayak udah lama nggak kesini aja nanyain kabar gitu"
"Ya nggak papa kan tante. Kan memastikan semua dalam kondisi yang diharapkan gitu. Ini Tante lagi masak apa ?"
"Masak prekedel kentang sama ayam goreng. Sayur sop juga ada. Tapi belom mateng"
"Lili kira udah tadi" dengan logat manja.
"Kan baru mulai sayang" jawabnya masih dengan memotong - motong sayur. "Kamu udah makan?"
"Udah tante, jajan tadi. Tapi belum makan nasi"
"Ibu mu belom dateng ya? Apa nggak masak?" tanya Tante Seely yang memang sudah tahu kalau jam segini ibu biasanya belum pulang ke rumah. Entah masih banyak yang harus di kerjakan atau rapat, aku tak tahu. Selain itu tempatnya mengajar yang jauh dari rumah juga menjadi salah satu penyebab pulangnya sedikit lebih malam.
"Ya gitu deh tante. Tapi ibu udah masak kok. Akunya aja yang mau cepet-cepet kesini. Jadi nggak sempet makan dulu di rumah"
"Yaudah. Sana main dulu sama Topan. Nanti kalo udah mateng, tante panggil"
"Ok, siap tante! Tapi aku kesini mau belajar"
"Yaudah sana. Ajakin Topan-nya" timpal tante Seely yang aku jawab dengan anggukan.
Aku langsung mengajak Topan yang sedang memakan pisang di meja makan. Menuju ke atas. Kamar Topan sesuai ajakan ya semula. Dan mengeluarkan buku fisika dari dalam tas ransel yang ku bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lili
Teen FictionVanezi Nataliliana, itu aku. Sebagai anak yang hanya tinggal bersama Ibu aku menjadi anak penurut. Ayah? Ayah dan kakakku pergi sejak orang tuaku memutuskan untuk berpisah. Dengan sehari hari yang menjadi pribadi kurang rajin. Topan selalu membantu...