Topan Dan Erik

62 5 0
                                    

Lili berjalan sambil merenung, pikirannya mencoba menjelajah ke dalam segala tafsirannya tentang sang sahabat.

Pasalnya tidak biasanya Topan semarah itu padanya sampai dirinya harus membujuk Topan untuk mau berdamai.

Untuk kodisi yang normal, seharusnya Lili lah yang merajuk dan Topan yang membujuknya supaya tidak lagi marah dan mau bicara lagi. Tapi barusan keadaan itu berbalik. Dan membuat Lili menyingkirkan jauh-jauh rasa egonya.

Walaupun tidak begitu parah, tapi hal ini cukup mengusik pikiran Lili. Karena dia sangat peduli terhadap apapun yang terjadi pada Topan.

Lili tidak mau jika seandainya Topan yang tiba-tiba menjadi pemarah, kemudian frustasi dan bunuh diri seperti yang dia lihat di TV. Memikirkannya saja sudah membuat Lili menggeleng cepat dan bergidik ngeri.

Topan kenapa ya hari ini? Aku kelewatan ya?
Kayaknya enggak deh

Langkah kaki Lili akhirnya sampai juga di depan gerbang sebuah rumah bercat hijau pastel dengan dihiasi beberapa pot bunga matahari di pinggir teras yang dulu ia tanam bersama Naya Aruma Sari-ibunya.

Pikiran Lili mencoba untuk menenangkan dan menguatkan pikirannya sendiri.
Beberapa kali ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya kembali ke udara dan menatap yakin ke depan.

Ibu pasti udah tidur, tenang. Nggak boleh nangis lagi

Untuk yang kesekian kalinya Lili menarik nafas dan membuangnya kembali dengan kasar dan berjalan perlahan membuka gerbang yang tak dikunci.

Kaki-kaki kecilnya melangkah menyusuri pelataran rumahnya sendiri dengan begitu berhati-hati.

Dengan perlahan Lili membuka pintu rumahnya supaya tidak menimbulkan suara. Dimasukkan kepalanya terlebih dulu ke dalam untuk memastikan keadaan benar-benar sepi.

Syukur deh aman, beneran udah tidur kayaknya

Lili berjalan berjingkat menaiki tangga setelah melepaskan sepatu basahnya.

Tanpa ia sadari, sosok perempuan dari tadi tengah memperhatikan aktifitasnya dari ambang pintu sebuah kamar. Perlahan ia melangkah mendekat kearah Lili dan memegang pundak sang putri.

"Lili!"

Lili yang kaget dengan sambutan yang tak disangka-sangkanya langsung melompat menjauh. "Eits!"

Dengan sigap dia memasang posisi siap dengan kuda-kuda sempurna. Naya yang baru saja tersadar dari kekagetannya sontak mengernyitkan dahi melihat tingkah anaknya yang aneh.

"Kenapa baru pualng?! Dari tadi kemana kamu?!" Tanya Naya dengan ketus.

Lili yang juga sudah sadar dari kagetnya langsung kembali ke mode awal. Dia masih marah dengan ibunya yang kini malah menanyainya dengan ketus.

Lili tidak habis fikir, bagaimana bisa ibunya itu masih saja bertingkah dengan bertanya seolah-olah dia benar dan Lili salah. Padahal sudah jelas-jlas Lili lah yang dibuatnya kecewa dengan kejadian tadi sore.

"Nggak kemana-mana." Jawabnya datar .

Tanpa menatapnya lama-lama Lili melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Naya naik pitam. Dia merasa sudah disepelekan oleh putrinya dengan sikapnya yang tidak sopan terhadapnya. Pikirnya tidak seharusnya sorang anak yang diajak bicara oleh ibunya malah pergi melengos tanpa menghargainya.

Tanpa pikir panjang Naya langsung meneriakinya dari anak tangga pertama-tempatnya berpijak dari tadi.

"Begitu kau berskap dengan ibumu!? Ha?! Apa aku pernah mengajarimu seperti itu Lili?!"

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang