"Kau, tempat dimana aku bisa merasakan kebahagiaan seperti di rumah sendiri"
-Vanezi Nataliliana-
***
Setelah kejadian drama menyedihkan tadi, dan setelah Topan berhasil menenangkan keadaan Lili yang baru saja terguncang jiwanya, mereka memutuskan untuk kembali.
Selain karena hari yang sudah mulai gelap dan baju mereka juga dalam keadaan tidak lagi kering dan rapi.
Walaupun tidak dapat di dipungkiri, sebenarnya perasaan Lili masih buruk. Hatinya masih meraung tidak terima dan batinya masih saja merasa sedih. Tapi bukan Lili namanya kalau tidak peduli dengan Topan.
Lili berpura-pura sudah senang dan membaik. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumya supaya tidak membebani pikiran Topan.
Lili merasa sangat beruntung ada yang peduli padanya dan rela berhujan-hujanan untuk memastikan keadaannya baik-baik saja. Dan maka dari itu Lili tidak mau membuat beban pikiran Topan kalau dia tidak berboong.
Tapi, Lili tetaplah Lili. walaupun dia berusaha tidak merepotkan, tapi Topan akan tetap saja direpotkannya. Sama seperti dugaan Topan sebelunya, Lili benar-benar mengajkknya mampir ke sebuah supermarket dan meminta untuk dibelikan eskrim dan banyak cemilan lainnya.
Memang sudah kebiasaan Lili dari dulu jika dia sedih dan menangis, pasti setelahnya dia akan merepotkan siapapun orang yang sedang bersamanya saat itu. Beruntung uang saku dalam kantung celana Topan masih cukup untuk membelikan Lili sesuai apa yang dimintanya. Walaupun ada yang tidak Topan belikan."Ck, gimana sin Pan? Padahal tadi aku juga mau roti keju." Rengek Lili setelah mereka keluar dari supermarket.
Topan yang mendengar rengekan Lili-masih memegang payung yang sudah dikantupkan, sepontan memautkan kedua alis tebalnya sampai hampir menyatu dan melihat tajam kearah Lili.
"Kamu tuh, udah dibeliin masih aja protes. Nggak liat ya tadi kita diketawain mbak-mbaknya gara-gara uangnya basah? Nenteng payung pula! Kamu pikir aku nggak malu apa? Ngrepotin!"
"Kan aku cuma bilang apa yang sesuai sama isi hati. Emang salah?!" Bentak Lili tidak kalah keras dari ucapan Topan tadi.
Senyum sinis langsung muncul di wajah putih Topan diikuti dengan decihan khasnya. "Cuma bilang? Anak SD juga tau Li kalo itu namanya protes. Susah-susah misahin uang yang basah kelet semua, keluar-keluar malah protes. Tau gini aku nggak ngejar kamu tadi."
"Topan nggak iklas?!"
Tanpa menjawabnya,Topan langsung duduk di kursi supermarket sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Sementara payung yang sedaritadi ditentengnya bak seorang ibu-ibu disenderkannya di meja. Tidak ketinggalan pula raut menahan marahnya.
Sebenarnya kini Lili merasa bersalah kepada Topan. Dia bingung harus berbuat apa supaya Topan tidak lagi terlihat jutek. Lili pikir hal yang dilakukannya ini sudah biasa dan Topan bisa meneromanya seperti biasanya. Tapi ternyata kali ini tidak lagi.
Lili langsung mengikutinya dan duduk di sebelahnya. Satu bungkus eskrim Dung-Dung kacang hijau disodorkannya di depan Topan. "Nih, buat kamu. ..Em, kamu jelek kalo marah. Aku makan snack aja nggap apa-apa kok."
Topan menolaknya. "Enggak mau, itu buat kamu." Masih belum tersenyum.
"Enggak Pan, buat kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lili
Novela JuvenilVanezi Nataliliana, itu aku. Sebagai anak yang hanya tinggal bersama Ibu aku menjadi anak penurut. Ayah? Ayah dan kakakku pergi sejak orang tuaku memutuskan untuk berpisah. Dengan sehari hari yang menjadi pribadi kurang rajin. Topan selalu membantu...