"Li, ada yang nyariin tuh di depan!"
"Oh, okok bentar"
"Yaudah, gue duluan ya Li bye!"
Kiki mengatakan kalimat yang terakhir sambil berteriak dan melangkah keluar melewati pintu. Dia pulang lebih dulu. Katanya hari ini dia mau jalan-jalan ria bersama Hilmi. Ya, siapa lagi kalau bukan pacarnya. Setiap hari Kiki tidak pernah absen untuk memamerkan kemesraan mereka berdua. Katanya 'biar lo iri terus cari cowok buat jadi pacar lo', menggelikan.
Masih sambil membereskan buku dan benda-benda seputar pelajaran lainnya, aku menengok sekilas ke arah pintu kelas. Dari siluet punggungnya saja aku sudah mengenali siapa orangnya. Dan boom! Dugaan awaliku benar, ternyata yang di maksud Kiki 'mencariku' memang Topan. Dia sedang menyapa seseorang, kemudian berbalik menghampiriku.
"Udah selesai?"
"Iya, yok pulang"
Tapi langkah kami berhenti setelah secara tidak sengaja mendengar sapaan dari seseorang dari kursi paling belakang, yang aku sendiri tidak menyadari keberadaannya dari tadi. Sepertinya sapaan itu memang sengaja di tujukan kepada kami.
"Lili pulang bareng gue" jawabn Erik datar sambil melangkah menghampiri kami, sambil membawa gulungan kertas, entahlah itu apa.
"Erik?!" bahkan saking kagetnya kami hampir bebarengan menyebut nama makhluk yang tengah ada di depan kami saat ini.
"Lo, dari tadi di pojok?.. Heeeh, gue nggak liat"
"Iya, nungguin lo"
"Eh? Aku? Kapan aku mau ditungguin?"
Erik hanya mendengus kesal dan memutar bola matanya syarat kejengahan.
Menungguku? Ini aku mau di bunuh atau bagaimana? Aku merasa ini tidak baik. Kenapa juga aku harus pulang bareng Erik yang bisa mengancam keselamatan jiwaku? Paling aman juga bareng sama Topan kan. Berlisensi dan bersertifikat, intinya aku tidak akan merasa tidak aman ataupun kuwatir.
"Kenapa bareng lo? Lili berangkat bareng gue. Jadi, pulang juga bareng gue" jawab Topan membela kali ini. Dan sempat melihat ke arahku sejenak. Membuat aku merasa agak takut.
Bodohnya aku di saat-saat seperti ini mulutku malah bungkam dan tidak bisa memikirkan sebuah kata apapun itu untuk di keluarkan. Hanya bisa melihat mereka yang sedang berdiri di depan secara bergantian. Yang sempat terlewat di fikiranku malah cuplikan drama Korea yang aku tonton tadi malam. Adegannya hampir sama. Sialan memang. Padahal aku sama sekali tidak pernah mengharapkannya terjadi padaku. Dan tara! Sekarang aku ada di posisi seperti ini.
Suasana menegang dalam diam dan tatap. Sekali lagi aku tak tahu harus mengatakan apa di antara keduanya ini. Kalau jujur, aku pasti memilih pulang bersama dengan Topan.
"Jawab woi" ulang Topan kepada Erik.
"Karena dua insan ini udah bikin ulah,"
Suara lain menyahut.
"Kiki? Katanya lo duluan? Kok balik lagi?" tanyaku kepada Kiki yang tiba-tiba muncul dan menjawab pertanyaan Topan walaupun tanpa di minta. Akhirnya walaupun secara spontanitas aku bisa menyuarakan isi hati.
"Charger gue ketinggalan di meja. Mau ambil nih"
"Sebentar, ulah? Emangnya Lili ngapain?" tanya Topan, menegaskan lagi terkait yang barusan di omongkan Kiki.
"Lo lupa ya Li?" tanya Kiki.
"Emang ada apa sih?"
"Gue ingetin ya. Lili sama Erik itu, minggu kemarin udah ngerusakin barang kelas. Nggak tau ngapain, tau-tau sapu sama sulak udah jadi mengenaskan gitu keadaannya, jadi mereka di suruh gantiin. Dan hari ini udah hari terakhir mereka di kasih toleransi perpanjangan waktu sama pengurus kelas, jadi mereka harus cepet beli hari ini juga. Seperti mandatnya Rio..... Nah, sekarang udah inget kan Li?"
![](https://img.wattpad.com/cover/163285552-288-k145749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lili
Novela JuvenilVanezi Nataliliana, itu aku. Sebagai anak yang hanya tinggal bersama Ibu aku menjadi anak penurut. Ayah? Ayah dan kakakku pergi sejak orang tuaku memutuskan untuk berpisah. Dengan sehari hari yang menjadi pribadi kurang rajin. Topan selalu membantu...