"Lo siapa?"

7 2 0
                                    

"Bagai burung terbang, tak tahu tujuan

Daun gugur, tak tahu pijakan

Perahu dayung ,tak tahu tambatan

Pun jiwa ini,

Kemana kau kan menuntun sang pelangi kelabu?


Yang di cari hanyalah cinta

Api biru, lah membakar jiwa

Dambakan hidup nan manis dirasa

Pelangi jiwa kini rasa hampa"

                                                                                               ***

Jendela yang meloloskan cahaya mentari pagi masuk, suara riuh para siswa, keramaian dan aroma soto kantin sekolah yang sedap. Semua itu menuntut Lili pergi ke gedung tempatnya belajar hari ini, meskipun dalam keadaan yang masih belum benar-benar sembuh.

Dan bukan berarti Topan tidak memperingatkannya,bahkan Sely tidak bisa berbuat banyak menghadapi kekeras kepalaan gadis remaja ini untuk tetap berangkat sekolah. Katanya dengan mengganggu teman semejanya akan membuatnya kembali bersemangat.

"Eh, beneran lo kemarin pingsan di sekolah? Mimisan segala? Ih, gue kira itu hoax tau. Secara ya, lo itu ...em gimana ya? Kayak yang Hellooo?, masak Lili jatuh tumbang? Sulit di percaya."

Seperti biasa Lili langsung disambut pertanyaan mutlak alay luar dalam oleh teman seperjuangannya begitu mendaratkan pantatnya di kursi. Apa lagi yang bisa membuat Lili lebih jijik sekaligus geli daripada ini?

"Lo sangat menjijikan Kiki." Jawab Lili sambil terkekeh. Bgaikan robot penjaga, tangan Kiki langsung menonjok kecil bahu Lili secara otomatis. "Ih, gue beneran tau. Asal lo tau ya, gue juga sampe telfon lo segala kemaren sore, buat mastiin kefaktualan kabar burung itu. tapi kok yang jawab Topan yaaa? Mana judes banget lagi. Ada apa nih? Lo nggak yang aneh-aneh kan Li?". Kiki menatap Lili bergaya sok curiga yang dibuat-buat dan malah terkesan berlebihan.

Sepontan Lili melotot kaget. "Gila ya lo?! Enggak lah! lo tau sendiri kan Topan udah kayak kakak gue sendiri. Lagian kemaren tuh gue bener-bener nggak bisa apa-apa dan Topan jagain gue sampe sore. Ya emang guenya juga sih yang keukeh masuk skolah."

Respon yang diberikan Kiki malah tidak seperti dugaan Lili. Kiki malah terkekeh geli sambil memegang perutnya. "Lo kok takut banget sih Li? Lucu deh, gue juga tau kali. Tapi tetep aja ya Si Topan kudu latihan nggak judes tuh, kebangetan banget deh jadi orang. Segitu khawatirnya sama lo sampe kayak gitu. Apa,.." Kiki menjeda kalimatnya sebentar dan menatap serius kea rah Lili. "...dia suka ya sama lo?"

Kening Lili berkerut seketika. Pertanyaan Kiki begitu sulit di cerna oleh otak polos Lili yang masih sedikit pening. Yang Lili pikir itu tidak mungkin terjadi, karena Topan adalah sahabatnya sejak kecil. Bahkan juga sebagai kakak sekaligus penjaganya dari anak-anak nakal di sekitar Lili. Seingat Lili, kata Topan dirinya sama sekali bukan tipenya. Sangat jauh.

Tapi belum sempat Lili selesai dengan berbagai argument di otaknya, Erik malah muncul sambil membentak keras, mengagetkan telinga manapun. Termasuk membuat kedua gadis yang semula asik berbincang kini kompak beralih menatap Si Biang Onar dengan tatapan elang.

Bukannya merasa bersalah, Erik malah memasang raut tak berdosa."Hamba salah apa? Biasa aja dong liat handsome boy in the world."

Lili dan Kiki melengos jijik. Dimana-mana handsome boy dalam fikiran para gadis normal adalah laki-laki kalem dan cool. Bukannya tukang berisik dan membuat onar semacam makhluk didepan mereka berdua ini.

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang