Sial Atau Keberuntungan? pt.2

75 10 17
                                    

Warna abu-abu lebih condong kepada sesuatu yang tidak jelas. Menyedihkan, kelabu, tanpa keceriaan. Dan aku.

–Vaneza Nataliliana...

***

Tapi ponsel yang aku pegang barusaja mengeluarkan bunyi notifikasi pesan Whatsap. Aku segera membukanya, dan mengecek kalau-kalau ini penting.

IniTopan

Li, kamu lagi di mana?
Udah beli barangnya belom?

Ternyata Topan yang mengirimkan pesan singkat ini. Tapi bukannya dia harus les?

"Ayo Li" ajak Erik yang sudah nangkring manis di atas  motor gedenya.

"Bentar-bentar, gue bales chat dulu"

"Dari bodyguard tuh" sahut Erik dari belakangku, dia melihat room chat di ponselku. Tapi aku tidak menghiraukannya. Tidak penting, toh emang dia suka seperti itu. Lebih penting, aku segera mengirimkan balasan pesan ke Topan.

IniTopan

Lagi makan di warung bakso. Belum beli
Pan bukannya kamu les?
Kok chat aku?


Tidak lama menunggu, balasan dari Topan sudah masuk ke ponselku. Room chat Topan memang sedang menunjukkan tulisan kalu dia sedang online.

IniTopan

Iya, les. Masih tuju menit lagi
Gapapa, cuma mastiin.

Aku hanya membacanya, tanpa membalas. Karena setelah itu Topan sudah tidak online. Mungkin gurunya sudah datang.

Tanpa basa basi lagi, aku segera naik ke motor Erik pergi ke toserba. Tujuan utama kami. Di sana kami membeli apa yang sudah di titipkan bendahara kelas kepada kami. Dan ternyata gulungan kertas tadi adalah daftar blanjaan yang harus kita tebus. Tidak membutuhkan waktu lama, setelah sampai di tempat belanja kami langsung berkeliling, mencari dan mengabsen barang sampai semua terpenuhi dan akhirnya mission complete.

"Oke sip, semua daftar belanja udah terpenuhi. Waktunya pulang! " oceh Erik sambil meremas dan membuang kertas daftar kebutuhan kelas yang harus di beli, ke bak sampah terdekat setelah semua sudah terbayarkan di kasir.

Tanpa menanggapi ocehannya Erik tadi, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, "Kesana dulu yok" aku langsung menarik tangan Erik setelah mataku menangkap tempat toko buku yang sudah aku cari keberadaannya. Aku ingin membeli sesuatu.

"Kemana? Ini, lah woi...gue repot nih, pelan pelan Lilin"

"Diem, mau  ke toko buku Rik bentaran "

"Ngapain kesana Li? Ck"

"Service motor Rik...."

"Eh?"

"Ya beli buku lah"

"Sejak kapan si Lilin ini baca buku? Dan, sejak kapan gue mau di ajak ke toko buku?! Aduh, ini nggak gue banget,"

"Serah lo, penting ikut" aku langsung menarik lengan Erik secara paksa menuju agar turut ikut kedalam toko buku itu.

Memang tempatnya tidak sebesar dan selengkap toko buku waktu aku beli bersama Topan. Tapi bagiku toko buku, ya tetap saja toko buku. Pasti di sana aku akan tertarik sesuatu.

Lama melihat dan memilih buku, lama juga aku mendengar keluhan Erik dari tadi yang sungguh membosankan dan menyebalkan. Akhirnya setelah membayar semua buku yang aku beli  kami segera keluar menuju prakiran untuk pulang. Dengan membawa barang blanjaan kami masing masing. Tapi di sini aku yang paling beruntung. Karena aku hanya membawa buku yang lalu ku masukkan ke dalam tas. Tapi Erik harus membawa blanjaan kelas yang lebih banyak.

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang