Remember

102 6 0
                                    

“Kau tau? Fungsi tulang selain untuk menopang  bentuk tubuh juga untuk melindungi organ di dalamnya. Dan sejak dulu kala aku sudah siap untuk menjadi tulang itu”

-Topan Missouri-

***

“Aku tadi kaget loh tau kamu bener-bener anemia. So, mulai sekarang inget terus kata dokter.Pokoknya nggak boleh makan timun dulu, kobis juga. Terus nggak boleh capek-capek dan satu lagi..” Topan mulai mengoceh di dalam mobil. “Nggak boleh hujan-hujanan,”

Lili yang masih setia menutup matanya pun pegal telinganya karena tidak hanya dalam mobil, bahkan sejak satu langkah keluar ruang pemeriksaan saja suara Topan sudah seakan tidak berjeda.

“Huuuh…sejak kapan jiwa emak-emak pindah ke temenku. Udah berulang-ulang aku dengerin itu-itu mulu.”

“Kamu sering lupa, susah dibilangin dan suka semaumu sendiri. Gimana jadinya kalo nggak diingetin terus?”

Lili memalingkan wajahnya menghadap jendela.“Terserah, mending fokus tuh nyetir. Nggak ngomeeeel mulu kerjaannya. Makin pusing deh dengernya, tidur aja ah.”

Sial, Lili mulai kesal sendiri dengan kepalanya. Pusing yang dirasakannya di dalam sana masih terasa berdenyut walaupun rasanya tidak sehebat saat dia membuka mata. Tapi tetap saja hal ini membuatnya susah untuk bertrnsformasi ke dunia mimpi.

Berkali-kali Lili menoleh dan membenarkan posisi duduknya tapi percuma, rasanya masih sama saja.

Lili benar-benar merasa kapok sudah berhujan-hujanan. Rupanya daya tahan tubuhnya kurang dan membuat empunya tubuh kerepotan merasakan dampaknya. Lili merutuk dalam hati berkali-kali.

Topan yang sedang menyetir juga memilih diam memfokuskan diri ke jalanan yang ramai.

Sesekali matanya melirik kearah Lili yang asik memejamkan matanya membuat hatinya tergerak untuk menyingkirkan anak rambut didahi Lili yang dilihatnya dari sudut mata.

Lampu lalulintas berpendar merah, dengan hati-hati dan jantung yang terpacu,Topan mulai mendekatkan tangannya ke kepala Lili.

Berhasil. Dengan usapan lembut supaya tidak membangunkan Lili yang diam,Topan hampir menyingkirkan semua anak rambut itu dengan sempurna.

Saat ini Topan merasa waktu di dunia ini sedang melambat. Ralat, lebih tepatnya berhenti. Suara bising pun tidak didengarkannya saking fokusnya dia pada salah satu makhluk tuhan ini.

Yang ada hanya suara degup jantung  yang seakan bisa didengarkan telinganya sendiri.

Dalam lubuk hati terdalam Topan ingin waktu tidak usah berjalan saja. Supaya dia bisa terus menikmati polosnya wajah tanpa polesan make up Lili. Sangat murni dan terlihat lembut.

Sejak dulu Lili selalu menolak dengan tegas wajahnya dipoles alat kecantikan itu. Dia paling anti dan sangan menjauhinya. Tapi sebenarnya wajahnya memang sudah terlihat putih dan cantik dengan bibir merah alaminya.

Mungkin karena terbiasa berteman dengan anak laki-laki dan jauh dari kakak perempuannya membuat Lili tidak mau kenal alat ake up.

Bahkan saat acara perpisahan Lili berhasil membuat para temannya kerepotan memaksanya berdandan hanya untuk satu hari itu.

Topan. Orang yang saat itu berinisiatif memaksa teman cewek sekelasnya untuk mendandani Lili. Karena dia tau Lili Tidak akan mau dan tidak akan bisa melakukannya sendiri. Sabun wajah saja dia tidak punya, apalagi bedak.

Mengingatnya membuat Topan menghela nafas. Menyedihkan, Topan ingin terus menemani dan menguatkannya tapi tidak bisa. Dia tau sejak awal.

Berbeda dengan kelihatannya, sebenarnya Lili tidak tidur seperti yang diucapkannya tadi.

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang