~ 32 ~~
"Aku pulang~", suara Hideo yang baru saja memasuki pintu rumahnya. Matanya menuju pada genkan yang terlihat sepi.
Seraya membuka sepatunya kembali, matanya melirik sekeliling yang kemudian hidungnya dapat menghirup aroma harum makanan di sepanjang lorong. Tarikan bibirnya membentuk senyuman terlihat jelas, seakan sudah mengetahui siapa orang yang berada di ruangan pada ujung lorong dengan pintu yang terbuka lebar. Kaki melangkah ringan hingga melewati pintu tersebut. Setelah berjalan beberapa langkah, dapat Ia temui Kazuki yang sedang sibuk dengan masakannya."Aku pulang", ulang Hideo, dapat Ia lihat bahu Kazuki tersentak kecil menandakan rasa kagetnya kemudian menatap kearah Hideo.
"Ah! Sudah pulang? Aku tidak dengar", Kazuki menjawab namum tangannya tidak lepas pada sepatula dan teflon. Hideo memgangguk mengerti seraya melonggarkan dasinya.
"Aku mandi dulu", ujarnya dan mendapatkan anggukan kecil dari Kazuki yang kembali menyibukkan diri dengan masakannya.
Waktu kian berlalu, Hideo sudah menyelesaikan mandinya begitu pula Kazuki yang sudah menyiapkan meja makan. Hideo berjalan mendekati meja makan dan duduk pada kursi yang biasanya Ia gunakan. Kazuki yang baru saja kembali dari dapur membawa dua buah mangkuk yamg berisi nasi dengan porsi yang begitu berbeda. Meletakan mangkuk yang berisi nasi dengan ukuran normal di hadapan Hideo dan membawa mangkuk berisi nasi ukuran jumbo bersamanya. Hideo terkekeh dan mengambil sumpit silver yang sudah disediakan.
"Sampai kapan kau akan memakan seperti itu, Kazuki", Hideo dengan nada penyataan bukan pertanyaannya. Kazuki mengerut dan menatap kelas Hideo.
"Ini porsi normalku", balas Kazuki. Hideo hanya mengangguk dengan kekehannya dan melanjutkan makannya.
"Lu -lusa, kau tidak lupakan?", tanya Kazuki setelah beberapa lama mereka berdiam. Hideo menatap pada Kazuki dengan tatapan tanya.
'Lusa?', batin Hideo. Kazuki berdecak seakan mengetahui kalau Hideo tak paham.
"Kau bilang kau ingin aja aku berkendara!", pekik Kazuki.
"Ah!", respon Hideo.
"Aku melupakannya", sambung Hideo. Kazuki mengalih cuek dan melanjutkan makannya. Hideo terkekeh dan meletakkan sumpitnya.
"Aku tidak menyangka, kalau Kazuki sangat menantikannya", goda Hideo membuat Kazuki bersemu.
"Bu -bukannya begitu. A -aku sudah minta ijin tidak latihan. Kau ingin aku menyiakannya?", kesal Kazuki. Hideo kembali terkekeh dan meraih sumpitnya.
"Kalau Kazuki begitu menginginkannya, akan aku lakukan", lagi Hideo menggoda Kazuki. Kazuki mengendus kesal dan meneruskan acara makannya tanpa menatap Hideo sedikitpun.
"Terima kasih atas makanannya", suara Hideo akhirnya terdengar usai keheningan yang begitu panjang selama makan mereka.
Tak ada jawaban dari Kazuki, Kazuki hanya berdiri dan merapikan piring bekas miliknya dan meraih milik Hideo tanpa berucap apapun. Sebelah alis Hideo terangkat menatap Kazuki yang sama sekali tak menatapnya, kemudian matanya mengikuti Kazuki yang berjalan menuju dapur. Lagi, matanya mengikuti tubuh Kazuki yang terus berjalan bolak-balik kearah meja makan dan dapur untuk membersihkan meja makan. Begitu lama tak mendengar sepatah katapun dari Kazuki, mata merekapun tak saling bertemu membuat Hideo menghela napasnya dan berdiri dari duduknya menghampiri Kazuki yang mencuci piring.
"Aku hanya bercanda. Jangan marah hanya masalah seperti ini", Hideo memutuskan untuk berucap lebih dulu. Hanya suara keran air yang menjawab perkataan Hideo.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBELIEVABLE! ✔️
Ficção Geral-------- WARNING ------- KONTEN AKAN BERISI CERITA TENTANG YAOI ALIAS BOYS LOVE ATAU BXB. JADI YANG TIDAK SUKA DAN MERASA KONTEN TIDAK PANTAS DIBACA BISA SEGERA MENINGGALKAN KONTEN. KONTEN AKAN BERBAU JEJEPANGAN... ...