DUA BELAS

1.8K 194 26
                                    

"Vin." Letta menghampiri Kevin yang masih duduk di teras rumahnya, setelah semua masalah Risa yang mereka bicarakan sudah mendapat titik temu.

"Bu Letta." Kevin tersenyum samar, sambil meletakkan kembali handphonenya ke meja di hadapannya.

Letta duduk di sisi kiri Kevin. "Kamu kenapa? Masih nggak ikhlas kalau Risa nikah sama Pak Radit?"

Kevin menggeleng pelan. "Bukan, bu. Saya malah ikut seneng, karena akhirnya orang yang menghamili Risa mau tanggungjawab."

Letta mengerutkan keningnya. "Terus kenapa kamu kayak lagi mikirin sesuatu?"

Kevin menunduk, menatap handphonenya di meja. "Saya nyoba hubungin Bang Lyan, bu, mau nanyain posisi Bang Lyan ada dimana. Saya mau minta maaf sama Bang Lyan karena kejadian tadi."

"Terus di angkat nggak?"

Kevin menghela nafas. "Boro-boro, bu. Nomor handphonenya aja nggak aktif."

Letta tersenyum menanggapi kalimat Kevin itu. "Abang kamu itu pasti lagi butuh waktu buat sendiri. Dia perlu waktu buat nurunin emosinya dia. Besok juga dia udah bersikap kayak biasanya kok. Kamu tenang aja."

"Gitu ya, bu?" tanya Kevin, yang langsung membuat Letta mengangguk. "Ibu kayaknya udah paham banget sama Bang Lyan."

Letta membuang muka. "Udah deh, Vin. Jangan mulai."

Kevin justru terkekeh geli. "Mulai apa sih, bu? Orang saya cuma nanya."

"Tapi pertanyaan kamu itu lho, nyebelin." Letta masih menatap Kevin dengan wajah kesalnya.

"Nyebelin gimana, bu?" tambah Kevin. "Oh iya, ngomong-ngomong nih, bu. Kan tadi Bu Letta nggak sengaja ketemu sama Bang Lyan. Berarti itu pertemuan yang ke enam dong, bu?"

Letta mengerutkan keningnya. "Emangnya kenapa?"

"Ya enggak kenapa-napa sih, bu. Saya seneng aja. Berarti kan Tuhan juga mau kalo Bu Letta sama Bang Lyan bersatu lagi kayak dulu." Kevin tersenyum, sambil memainkan alisnya.

"Ah kamu ini sok tau!" sanggah Letta. "Kamu mau di sini sampe di grebek warga, atau pulang sekarang, Vin?"

Kevin mengerutkan keningnya. "Ibu ngusir saya nih?"

"Ya kalo kamu cukup tau diri." Letta mengangkat bahunya.

"Ah ibu mah." Kevin kemudian bangkit berdiri, dan melangkah meninggalkan teras rumah Letta. Namun, saat ia sampai di gerbang rumah Letta, ia menghentikan langkahnya dan berbalik. "Oh iya, bu, ibu minggu depan ikut, kan?"

***

Hari berlalu. Semenjak kejadian hari itu, Risa sudah tidak pernah lagi berangkat sekolah, seperti yang ia bicarakan pada Letta, bahwa ia sudah berniat untuk keluar dari sekolah, daripada terus menerus menjadi bahan gunjingan teman-teman di sekolahnya.

Dan semenjak hari itu pula, Radit juga menjaga jarak dengan Letta. Entah karena ia merasa malu karena sudah menghamili Risa, atau karena hal lain. Tapi yang pasti, menjauhnya Radit dari Letta itu justru membuat Letta merasa lebih tenang. Ia jadi tidak perlu repot-repot untuk menjauhkan diri dari Radit, sesuai permintaan Arka dan sahabat-sahabatnya, karena toh Radit sudah menjauhinya.

Letta menghembuskan nafas lega, kemudian tersenyum menatap lalu-lalang para siswa yang sedang menikmati waktu istirahat mereka di koridor bawah.

"Bu."

Letta menengok, dan mendapati Kevin sedang berdiri menatapnya. "Ada apa, Vin?"

Seberapa PantasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang