Arka masih saja memburu wajah Letta yang sejak tadi tidak mau menatap wajahnya. "Ta, kamu nggak mau jawab pertanyaan kakak?"
"Ehm itu kak.. Ehm.."
"Tadi ada temennya Lyan yang ngatain Letta." sela Riska, yang langsung membuat Arka menatapnya, dan Letta mengumpat dalam hati karena Riska membocorkan hal itu.
"Maksudnya?" Arka kemudian kembali memburu wajah Letta. "Dek, kamu bisa jelasin tentang hal itu?"
Letta yang awalnya enggan menceritakan kejadian itu, akhirnya menceritakan juga setelah di desak oleh Arka, Riska dan Tania.
"Kurang aja banget sih tuh cewek!" omel Tania, setelah Letta selesai menceritakan kejadian pagi itu.
"Apa dia nggak tau kalo misalnya kalian itu kenal dari zaman SMA?" Dea kini mulai angkat bicara. Ia juga tidak terima jika Letta diperlakukan seperti itu.
"Kalian berdua juga kesel kan waktu denger ceritanya?" tanya Riska. "Apalagi aku yang ada di sana dan denger langsung dari mulut itu cewek?! Rasanya udah pengen jambak rambutnya itu saking keselnya!"
"Kamu mau jambak rambut siapa, yang?" tanya Vino, yang entah sejak kapan sudah berada di ruang tengah rumah Letta.
"Kamu kapan dateng?" tanya Riska, sambil mencium punggung tangan Vino.
"Barusan sama Darrell. Kita salam dari tadi nggak ada yang jawab, ya udah masuk aja." Vino langsung mengedarkan pandangannya. "Kapan sampe, Ka?" tanyanya pada Arka, sambil mengulurkan tangan. Jabat tangan ala lelaki.
"Barusan ini. Tapi langsung dapet kabar buruk karena Letta di sakitin sama temennya Lyan." jawab Arka, yang masih mengusap bahu Letta.
"Tunggu deh. Ini maksudnya gimana? Letta di sakitin sama temennya Lyan?" Darrell membeo. "Bisa tolong jelasin kronologinya nggak? Biar kita ngerti."
Riska menghela nafas. Kemudian kembali menceritakan kronologi kejadian pagi itu pada Vino dan Darrell.
"Kamu kenal sama cewek itu, Ta?" tanya Vino, setelah semuanya duduk menghadap meja makan.
Letta mengangguk pelan. "Tapi beneran aku nggak kenapa-napa kok. Walaupun aku nangis tadi, tapi beneran aku nggak kenapa-napa. Jadi kalian jangan memperpanjang masalah ini ya? Kalian jangan ada yang mempermasalahin masalah ini, apalagi sampe nyari Intan di kantornya." Ia mengedarkan pandangannya ke semua teman-temannya.
"Tunggu deh." cegah Darrell. "Ini maksudnya, cewek yang ngomelin kamu itu namanya Intan?"
Letta mengangguk pelan.
"Intan yang anggotanya Lyan itu, Ta?" Darrell kembali memastikan.
"Kamu kenal sama dia, Rell?" tanya Arka, yang langsung mendapat anggukan dari Darrell.
"Kamu kenal dimana, Sa?" tanya Tania.
"Kemaren malem, waktu beliin kalian jus di taman yang rame pedagang itu lho."
"Taman Garuda maksudnya?" sela Vino.
"Iya, Taman Garuda." jawab Darrell. "Sebenernya nggak sengaja juga ketemu sama dia, waktu aku sama Lyan lagi nungguin pesenan kita di buat. Terus Intan itu dateng, dan akhirnya kita di kenalin lah sama Lyan."
"Orangnya kayak gimana, Rell?" selidik Arka.
"Biasa aja kalo menurutku. Tapi karena dia Kowad, ya jadi kelihatan tubuhnya proporsional, rambut pendek. Pokoknya ya gitulah kalo secara fisik. Kalo sifatnya, dari yang aku tebak sih, kayaknya dia suka sama Lyan. Dan Lyan juga udah tau hal itu." jelas Darrell.
"Lyan udah tau?" Riska membeo. "Kalo dia udah tau, kenapa dia nggak bisa tegas dan masih ngasih harapan ke cewek lain, sementara dia juga lagi berjuang buat dapetin Letta lagi? Cowok apaan tuh, nggak bisa nentuin sikap, cewek mana yang mau dia pilih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberapa Pantas
RandomSeberapa pantaskah kita bersama dengan orang yang kita cintai? Seberapa pantaskah kita melalui hari-hari bersamanya? Seberapa pantaskah kita menjadi alasannya untuk tersenyum? Dan seberapa pantaskah kita menghapus segala dukanya? Kisah seorang tenta...