Matahari perlahan mulai bergerak ke arah barat, saat kegiatan hiking yang jalurnya menuju ke Curug Tujuh Bidadari hampir selesai. Kini, di pos terakhir yang letaknya memang di dekat curug, hanya tinggal beberapa peserta yang sedang menyelesaikan tugasnya. Tugas di pos terakhir ini tergolong mudah dilewati oleh sebagian dari mereka yang bisa berenang. Peserta hanya diminta untuk menyelam, hingga melewati beberapa tongkat yang memang di susun di bawah permukaan air sungai, dengan jarak setengah meter tiap tongkatnya.
Lyan yang memang sedang melakukan pengecekan di tiap-tiap pos, baru saja sampai di pos terakhir itu.
"Semuanya aman?" tanya Lyan, pada beberapa anggotanya yang berada di pos, sedang memeriksa kesehatan beberapa peserta yang baru saja melakukan tugas menyelam di sungai.
Anggota Lyan itu memberikan hormat, sebelum pada akhirnya menjawab jika situasi aman. Dan beberapa peserta yang mengalami kedinginan sudah ditindaklanjuti oleh petugas klinik yang memang ditugaskan di pos terakhir.
"Ya sudah, lanjutkan tugas kalian. Saya mau mengecek yang di bawah."
"Siap, Ndan." jawab anggota Lyan.
Lyan kemudian menyusuri jalan setapak menuju titik yang di gunakan untuk melaksanakan tugas di pos terakhir itu. Ia melihat beberapa peserta bisa melewati tugas itu dengan mudah. Ada pula yang hanya bisa melewati satu tongkat, sudah kembali ke atas permukaan air untuk mengambil nafas.
"Masih berapa peserta lagi yang harus nyelesaiin tugas ini?" tanya Lyan, berdiri di tepian sungai.
Pembina yang sedang mendampingi peserta di sungai menengok ke arah Lyan. "Sedikit lagi, Ndan. Kurang dua orang anak."
"Tetap awasi mereka. Perkirakan waktunya, jangan sampai mereka kehabisan nafas, dan kejadian yang dulu terulang lagi." tegas Lyan.
"Siap, Ndan."
Setelah mendapatkan jawaban itu, Lyan kemudian kembali ke pos, yang juga di fungsikan menjadi klinik sementara.
"Stok obat aman, bu?" tanya Lyan pada Letta, yang baru saja selesai mengoleskan minyak angin pada leher salah seorang siswi yang berwajah pucat.
"Aman kok." jawab Letta sambil menatap Lyan sekilas, lalu kembali fokus ke siswi di hadapannya. "Mereka yang kedinginan juga sudah saya minta untuk melepas sepatu mereka. Tidak apa-apa, kan?"
Lyan menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak apa-apa. Sepatu mereka kan basah, tidak baik di gunakan dalam kondisi seperti mereka."
Letta mengangguk. "Terimakasih." balas Letta, yang langsung membuat Lyan mengangguk dan tersenyum.
"Izin lapor, Komandan." Pembina yang tadi mendampingi peserta di sungai, kini sudah berdiri di hadapan Lyan.
"Sudah selesai?" tanya Lyan.
"Siap, sudah, Komandan. Semua peserta sudah selesai melaksanakan tugas mereka, dan kondisi mereka baik-baik saja. Izin petunjuk?" jelas pembina yang seumuran dengan Lyan itu.
"Ya sudah. Kemasi semua barang-barang, kita kembali ke barak." Lyan menunjuk beberapa keperluan klinik yang ada di pos.
"Siap." jawab pembina itu.
"Jangan mengambil apapun kecuali gambar. Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak. Mengerti?" tanya Lyan, mengedarkan pandangannya.
"Siap, mengerti." jawab peserta dan beberapa pembina yang ada di sekitar Lyan.
"Untuk yang sepatunya basah, silahkan lepas sepatu kalian. Jalan yang kalian lalui akan lebih berbahaya kalau kalian tetap menggunakan sepatu yang basah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberapa Pantas
RandomSeberapa pantaskah kita bersama dengan orang yang kita cintai? Seberapa pantaskah kita melalui hari-hari bersamanya? Seberapa pantaskah kita menjadi alasannya untuk tersenyum? Dan seberapa pantaskah kita menghapus segala dukanya? Kisah seorang tenta...