Untuk orang yang tidak suka, atau bahkan hampir tidak pernah membaca, membawa buku tebal tentu saja menjadi suatu pemandangan yang tidak biasa dan membuat orang di sekitarnya heran. Contohnya saja seperti Ello dan Raka, yang kini, tengah memberikan tatapan penuh tanda tanya kepada Danish, ketika laki-laki berparas arab itu, baru saja memasuki kelas sambil membawa buku yang lumayan tebal.
"Lo ngapain bawa buku setebel itu? Mau ujian?" tanya Ello, begitu Danish baru saja duduk di bangku yang berada tepat di sebelah tempat duduknya.
"Buat bacaan aja." jawabnya santai, membuat Raka yang duduk di belakangnya, mengerutkan dahi, khas orang bingung.
"Sejak kapan lo suka baca buku?"
"Sejak hari ini." jawabnya santai, sembari tersenyum misterius.
"Lo nggak lagi kerasukan jin kan?"
"Nggaklah, asal aja lo kalau ngomong."
Malas menanggapi ocehan tidak penting kedua temannya, Danish lebih memilih memasang headset. Memutar musik sambil membaca buku, dia rasa lebih menyenangkan daripada mendengar omongan unfaedah kedua sahabatnya.
Rasulullah pun begitu romantis, itulah judul buku yang dia pinjam dari Hilya, seorang gadis berwajah lembut dan juga mempunyai senyuman manis, gadis yang selalu saja kikuk ketika berbicara dengannya. Gadis yang tingkah lakunya, mampu membuat dia terpesona. Danish bahkan tidak pernah memikirkan atau melirik gadis lain, semenjak dia bertemu dengan Hilya.
"Dan!" panggil Ello. "Danish!!" panggilnya sekali lagi, dan kali ini di sertai tepukan di bahu tegap cowok itu.
"Kenapa sih? Ganggu aja lo!" kesalnya pada Ello. "Kenapa?" tanyanya sambil melepas headset.
"Ntar malam datang? Pada ngajak ngumpul tuh, di Potgar."
"Nggak ah, males gue."
"Lo kenapa dah? Bulan-bulan ini susah banget di ajak ngumpul, nongkrong atau hangout."
"Nggak papa, cuma lagi males aja."
Dan Raka baru saja akan, mengatakan sesuatu tapi tertahan, ketika dosen sudah masuk kelas. Penjelasan demi penjelasan yang di sampaikan oleh dosen di depan kelas, benar-benar tidak ada satupun yang masuk kedalam otak Danish. Semua penjelasan itu hanya masuk telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri. Hal itu di karenakan, dia merasa sulit berkonsentrasi seperti biasanya, dan itu di sebabkan oleh buku yang dia pinjam dari Hilya. Entah ada apa di dalam buku itu, yang jelas dia ingin sesegera mungkin membacanya. Dia penasaran dengan isinya, karena dia ingat Hilya yang tersenyum ketika membaca buku itu. Pasti ada sesuatu yang menarik, begitu pikirnya.
Tidak berbeda dengan Danish yang susah berkonsentrasi, hal yang sama juga di alami oleh Hilya. Bedanya, jika Danish susah konsentrasi karena penasaran dengan isi buku, Hilya susah konsentrasi karena terus teringat dengan Danish, juga kejadian dimana beberapa jam yang lalu, dimana dia berada dalam satu mobil yang sama dengan lelaki berwajah tampan itu. Bayangan suara, tatapan matanya yang tajam terus berkeliaran di dalam fikirannya.
"Astagfirullah hal adzim... Yaa Allah, ampuni hamba, karena memikirkan laki-laki yang bukah mahram hamba." batin Hilya. Dia mendadak gelisah, tidak tenang dan juga takut. Dia takut jika hal ini, membuat dia terjebak dalam zina hati. Sholat, hanya itu yang ingin dia lakukan sekarang.
"Hil, mau kemana? Kok buru-buru banget." Anindya bertanya, penasaran. Karena melihat sahabatnya ini begitu terburu-buru.
"Mau sholat."
"Sholat apaan Hil? Ini masih jam sembilan lewat."
"Dhuha, ya udah aku ke mushola dulu ya Nin." pamitnya, sambil bergegas keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilya END ✅
RomanceGadis cantik itu bernama Hilya, sebuah nama indah yang cocok di sematkan untuk gadis sepertinya. Gadis yang mampu merubahku untuk melangkah ke arah yang lebih baik, hanya karena aku menyukainya. Gadis kaku yang selalu membuat ku rindu, walau dia tid...