Assalamu'alaikum warahmatullahi wabaraakatuh...
Ma'af, jika surat ini membuat kakak bingung. Tapi sungguh, Hilya tidak ada maksud apapun ketika mengirim surat ini.
Hilya hanya mau mengucapkan terimakasih dan juga ma'af. Terimakasih karena telah memberi tumpangan ke Hilya empat hari yang lalu. Dan ma'af karena Hilya pernah berlaku tidak sopan kepada kakak, dengan memotong perkataan kakak sore itu.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabaraakatuh...
Senyum manis terus terukir di wajah Danish, kala dia membaca rangkaian kalimat, yang di tulis dengan begitu rapi dalam sebuah surat, yang diberikan oleh Hilya beberapa jam yang lalu. Memang bukan surat yang berisi kata-kata romantis atau semacamnya, tapi entah kenapa surat ini membuat Danish merasa menjadi seseorang yang istimewa bagi gadis itu. Masa bodoh, jika orang lain menganggap dirinya terlalu percaya diri. Dia tidak akan perduli sama sekali. Intinya dia bahagia mendapatkan surat dari Hilya, walaupun itu bukan surat cinta sekalipun. Kapan lagi dapat surat yang berisi kata-kata menggemaskan seperti ini? Begitu pikir Danish.
"Lo lagi menang lotre atau kenapa sih? Senyum-senyum mulu daritadi." tanya Raka, yang sudah sangat penasaran.
Yang di tanya hanya diam, dan sekarang malah tersenyum kian lebar. Sebelum berkata, "Kepo!" katanya, kepada kedua sahabatnya.
"Yeee dasar unta arab. Di tanya malah nyolot." sungut Ello kesal. "Udah Ka, biarin aja. Paling juga lagi jatuh cinta." katanya sambil meminum es teh manisnya. "Entar kalau galau, juga dia cerita. Giliran lagi seneng diam-diam aja, kan kampret emang." lanjutnya.
"Berisik lo berdua. Udah ah, gue duluan." katanya, sambil meletakkan selembar uang lima puluh ribu di atas meja. "Bayarin makanan gue."
Kedua sahabatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Danish, yang selalu bossy.
Berjalan menuju kelasnya, samar-samar Danish mendengar beberapa mahasiswi yang tengah membicarakan tentang dirinya.
"Danish makin cakep aja dari hari ke hari."
"Dia pacaran nggak sih, sama si Kania? Kalau masih jomblo pengen gue PDKT-in."
"Makin bersinar banget sih kak Danish."
Dan berbagai omongan lainnya. Danish sendiri sudah terbiasa akan hal ini. Karena memang hampir setiap hari pasti ada saja yang membicarakan dirinya. Oleh karena hal itu juga, dia sering di katakan bodoh oleh sahabatnya, karena selalu mengabaikan beberapa gadis cantik yang mendekatinya.
Hilya, hanya dia gadis pertama yang mampu membuat Danish luluh hanya karena senyum di wajah lembutnya. Bahkan sehari saja, dia tidak melihat senyum itu, dia akan merasa ada yang kurang. Tapi apa boleh buat, gadis itu terlalu susah untuk di dekati. Hilya yang kaku, selalu sukses membuat Danish gemas dan kesal dalam waktu yang bersamaan.
Kembali Danish teringat akan surat yang di kirimkan oleh Hilya. Surat terlucu yang pernah di terimanya, namun terasa membekas di dalam hatinya.
___
"Hil, kapan-kapan jalan bareng yuk, nonton atau ngapain gitu." ajak Anindya, ketika mereka baru saja keluar dari kelas.
"Tumben kamu ngajak jalan."
"Lagi bosen aja, dirumah sendirian terus."
"Lihat nanti deh ya, soalnya aku malas keluar rumah, hehe."
Muka Anindya langsung berubah masam. "Dasar anak rumahan." katanya dengan nada ketus.
Dan Hilya hanya tertawa mendengar nada ketus dari sahabat barunya ini. Anindya adalah gadis yang baik dan juga menyenangkan, sehingga membuat Hilya, merasa nyaman berteman dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilya END ✅
RomansaGadis cantik itu bernama Hilya, sebuah nama indah yang cocok di sematkan untuk gadis sepertinya. Gadis yang mampu merubahku untuk melangkah ke arah yang lebih baik, hanya karena aku menyukainya. Gadis kaku yang selalu membuat ku rindu, walau dia tid...