Ikut gue ayo!
Sebuah pesan singkat dari Andra, masuk ke ponsel Danish tepat, ketika laki-laki berparas arab itu baru saja selesai mandi.
Kemana? Balasnya singkat.
Makan malam, di rumah sepupu gue.
Males.
Ayolah Dude, gue males kalau sendiri, soalnya bakalan susah gue pulang cepet kalau kesana sendirian.
Malas berdebat dengan Andra, Danish pada akhirnya meng-iyakan ajakan tetangga sebelah rumahnya itu.
Memakai sweater berwarna hitam, yang di padukan dengan jeans berwarna senada, membuat penampilan seorang Danish semakin terlihat tampan dalam balutan pakaian yang cukup santai itu.
"Lo apaan sih, pake ngajakin gue keacara makan malam keluarga lo, malesin banget!"
"Lo sebenarnya ikhlas nggak sih nemenin gue?"
"Nggak."
"Wah lo, bener-bener ya." ujar Andra sambil geleng-geleng kepala.
"Oh ya Dan, ntar kalau disana kita harus jaga sikap ya."
"Jaga sikap?" tanya Danish, dengan dahi yang berkerut, tanda dia bingung dengan perkataan Andra.
"Iya Dan, soalnya keluarga tante gue yang ini religius banget. Terus ntar kalau lu mau salaman sama tante gue, cukup mengatupkan tangan kayak gini aja." ujar Andra sambil mencontohkannya kepada Danish. "Mereka islamnya kuat banget bro."
"Iya, gue ngerti."
Dan kalau boleh jujur, Danish sebenarnya mulai penasaran dengan keluarga, tantenya Andra, yang katanya religius ini.
Obroloan antara Danish dan Andra, mulai terhenti, ketika mobil yang di kemudikan oleh Danish, memasuki sebuah halaman yang cukup luas, dengan sebuah rumah bertema minimalis di tengahnya.
"Assalamu'alaikum tante." ucap Andra lembut, ketika pintu rumah itu terbuka.
"Walaikumsalam, Andra." ucap wanita paruh baya itu lembut. Dan entah kenapa wajahnya sedikit mengingatkanku akan seseorang. "Lho ini siapa?"
"Oh iya, ini Danish tante. Sahabat Andra."
"Halo tante, saya Danish."
Perempuan paruh baya itu hanya menganggukkan kepalanya, sembari tersenyum lembut. Dan lagi, senyum itu membuat Danish seperti sudah pernah melihat seseorang yang memiliki senyum serupa.
"Ayo masuk Andra, nak Danish ayo masuk." ajaknya ramah. "Langsung ke meja makan aja ya, tante mau ke dapur dulu sebentar." ujarnya lembut, yang hanya di angguki oleh Andra dan Danish.
"Om." sapa Andra, ketika dia melihat ayah dari sepupunya yang saat ini tengah duduk di ruang keluarga. "Apa kabar om?"
"Alhamdulillah baik Ndra, kamu kok jarang main kesini sekarang?"
"Ya biasalah om, lagi banyak tugas. Oh ya, om kenalin, ini Danish sahabat Andra."
"Malam om, Danish." ucapnya seraya, mengukurkan tangan kearah, lelaki paruh baya di depannya.
"Saya Anwar, pamannya Andra." ucapnya ramah, dengan senyum hangat yang terus terpatri di wajahnya yang penuh wibawa.
"Ayah, makanan udah siap."
Deg. Suara itu, suara yang begitu Danish hafal. Ya Tuhan, Danish merasa dia sudah mulai gila saat ini, karena berhalusinasi secara berlebihan.
Tapi sepertinya, semesta tengah mempunyai sebuah skenario untuknya. Karena, betapa kagetnya dia ketika, menoleh dan mendapati seseorang gadis cantik dengan muka lembutnya, tengah berdiri di hadapannya, seoarang gadis yang terus saja hadir dalam pikirannya. Gadis yang bisa membuat dia bisa merasakan rasa rindu, walau tidak ada hubungan di antara mereka. Dengan efek terkejut yang sangat kentara di wajahnya yang ayu. Sepertinya, dia sama terkejutnya dengan Danish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilya END ✅
RomansaGadis cantik itu bernama Hilya, sebuah nama indah yang cocok di sematkan untuk gadis sepertinya. Gadis yang mampu merubahku untuk melangkah ke arah yang lebih baik, hanya karena aku menyukainya. Gadis kaku yang selalu membuat ku rindu, walau dia tid...