Jam menunjukkan pukul 03:30 pagi, ketika Hilya terbangun dengan rasa berat yang terasa menimpa permukaan perutnya. Dan setelah Hilya lihat, ternyata ada sebuah tangan kokoh yang melingkari perutnya. Tangan itu adalah tangan Danish, suaminya.
Lekukan senyum langsung terbentuk di bibir mungil Hilya, ketika dia melihat wajah suaminya, yang terlihat begitu menggemaskan ketika sedang tidur dengan pulas seperti ini. Dalam diam, Hilya meneliti setiap inci wajah sang suami, yang memang sangat tampan. Wajahnya pun mendadak menjadi merah, kala dia mengingat apa yang telah terjadi antara dirinya dengan sang suami malam tadi.
"Selamat pagi shalihah." ucap Danish dengan suara parau khas bangun tidur, dan juga mata yang masih terpejam. Namun tidak lama kemudian, mata indah itu perlahan terbuka, dan pemandangan yang pertama kali di lihatnya adalah, seorang perempuan cantik berwajah lembut, yang saat ini pipinya tengah bersemu merah.
"Se-selamat pagi kak." balas Hilya, dengan gugup. Dia bahkan langsung akan membalikkan badannya, kalau saja pelukan Danish pada tubuhnya, tidak semakin erat. "Kak, lepasin. Aku mau mandi."
"Sssttt, biarkan seperti ini satu menit saja." ucap Danish sembari mengecup kening Hilya lembut. "Terimakasih untuk semalam sayang, ak-" perkataan Danish langsung saja terhenti, ketika tiba-tiba Hilya menutup mulutnya, dengan telapak tangannya yang mungil.
"Kak, jangan di bahas lagi. Aku malu..." ujarnya dengan suara pelan, bahkan nyaris seperti tengah berbisik.
Sedangkan Danish, hanya bisa terkekeh geli ketika mendengar perkataan istri cantiknya itu. Danish bahkan tidak hentinya bersyukur, karena sejak menikah dengan Hilya, pagi dan malamnya, tidak akan lagi terasa sunyi, karena akan selalu ada Hilya yang menemani. Wajah teduh dan lembut Hilyalah juga yang akan selalu dia lihat setiap pagi, ketika dia membuka mata, wajah yang akan selalu dia lihat setiap waktu di sepanjang hidupnya. InsyaAllah...
"Iya sayang, lagipula, tadi kakak tidak akan membahas hal itu, karena kakak tahu kamu pasti akan malu, haha..." kekehan Danish berubah menjadi tawa geli.
Sedang Hilya, sudah tidak usah di tanya lagi, bagaimana malunya dia saat ini. Hingga rasanya dia ingin sekali memasukkan kepalanya kedalam karung atau kalau tidak, berlari kedalam kamar mandi dan bersembunyi disana.
"Udah nggak usah malu, kita kan sudah menjadi kekasih halal. Jadi, nggak usah malu lagi sama aku, tentang apapun itu ya sayang." ucap Danish, sembari memeluk Hilya lebih erat. "Ya udah, mandi yuk, habis itu kita sholat berjama'ah. Karena aku ingin, sholat subuh ku pagi ini, di temani oleh bidadari surgaku."
Perkataan manis Danish, membuat Hilya tidak bisa lagi berkata-kata. Sehingga yang bisa di lakukannya, hanyalah membalas pelukan sang suami dengan erat.
Setelah memakai baju koko, sarung dan peci yang telah di siapkan oleh sang istri, Danish kini tengah berdiri sembari menggelar sajadah untuk dia dan juga Hilya, karena istrinya itu masih mengambil wudhu.
"Ma'af ya kak, Hilya lama." ujar Hilya, sambil memakai mukena berwarna biru muda, yang di berikan oleh Danish, sebagai mahar dalam pernikahan mereka.
Danish tersenyum, sebelum membalas perkataan istrinya itu. "Nggak papa sayang," katanya, sembari memasukkan beberapa helai rambut Hilya, yang keluar dari mukena. "MasyaAllah, cantiknya istriku." pujinya pada Hilya, ketika mukena itu telah terpasang dengan rapi.
Hilya langsung tersipu, dia malu-malu seperti biasanya, hingga refleks dia memukul lengan Danish.
"Aduh, sakit sayang." ucap Danish pelan.
Sadar dengan apa yang di lakukannya, Hilya langsung mengusap lengan Danish lembut, seraya meniup-niupnya. "Ya ampun, sakit ya kak? Aduh, ma'af ya kak." ucapnya dengan wajah menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilya END ✅
RomanceGadis cantik itu bernama Hilya, sebuah nama indah yang cocok di sematkan untuk gadis sepertinya. Gadis yang mampu merubahku untuk melangkah ke arah yang lebih baik, hanya karena aku menyukainya. Gadis kaku yang selalu membuat ku rindu, walau dia tid...