Assalamu'alaikum Hilya | Part 35

4.9K 312 76
                                    

Waktu terasa begitu cepat berlalu, setidaknya itu yang Hilya rasakan. Karena tanpa terasa, sekarang kehamilan Hilya sudah memasuki usia empat bulan. Dan rencananya, besok Hilya dan juga Danish akan mengadakan acara pengajian empat bulanan di rumahnya. Karena katanya, empat bulan adalah saat dimana Allah akan meniupkan ruh, sehingga di usia itu, ibu sudah harus mulai komunikatif. Karena sang bayi sudah mulai bisa mendengar suara ibu.

"Teruslah tumbuh dengan sehat nak, sampai tiba saatnya nanti kita bertemu." Hilya berbicara pelan, sambil mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit itu. Bahkan terkadang, dia masih tidak percaya, jika dirinya itu tengah hamil. Dia bahagia, amat sangat bahagia.

"Ayo masuk sayang, udara malam tidak baik untuk ibu hamil." Danish berbisik di telinga sebelah kiri Hilya, seraya memakaikan sebuah selimut pada tubuh istrinya. "Aku nggak mau kalau sampai istri cantikku ini sakit." lanjutnya.

"Bisa nggak, sehari aja nggak ngegombal?"

"Ini tulus sayang, bukan ngegombal." jawab Danish, sambil mencium pipi gembul Hilya. "Gemesin banget sih, calon ibu dari anak-anakku ini."

Mencubit lengan Danish pelan, Hilya lalu berkata "Ganteng banget sih, calon ayah dari anak-anakku ini."

"Hahaha... Emang ya kamu, paling bisa aja bikin orang gemes."

Tawa berderai dari keduanya. Sambil saling memeluk satu sama lain. Jemari mereka yang saling bertaut, dan juga kecupan lembut Danish pada kening Hilya, menjadi penghangat yang paling manis dan juga romantis.

Beberapa menit berada di luar, Danish kemudian mengangkat tubuh sang istri, yang telah jatuh tertidur. Di baringkannya tubuh Hilya dengan sangat pelan, Danish kemudian menyelimuti dan tak lupa mengecup keningnya.

"Selamat tidur sayang."

Seperti memiliki alarm otomatis dalam tubuhnya, Hilya terbangun pada pukul 02:05 pagi. Dia kemudian membangunkan, Danish yang masih terlihat, begitu nyenyak dalam tidurnya. "Kak, bangun." panggilnya, sembari mengguncang tubuh suaminya pelan. "Kak?!" panggilnya sekali lagi.

"Engghhh, iya sayang." Danish menjawab dengan suara parau.

"Ayo bangun kak. Allah sudah menunggu rangkaian do'a kita."

"Iya shalihah, ini udah bangun. Kamu udah ambil wudhu?"

"Udah kak, ya udah sana kakak buruan."

Berjalan dengan sedikit sempoyongan, Danish berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Sedangkan Hilya, dia sekarang tengah menyiapkan sarung, baju koko dan juga peci. Tak lupa dia pun sudah membentangkan dua sajadah, untuk dia dan juga suaminya.

Dengan khusyu' Danish dan juga Hilya menunaikan ibadah sholat sunnah tahajud. Lantunan ayat suci Al-Qur'an yang di bacakan oleh Danish, terdengar begitu merdu di telinga Hilya, yang membuat hatinya menghangat, damai dan begitu tenang, kala kalimat-kalimat cinta dari Allah itu, menyentuh relung hati terdalamnya.

Selesai menunaikan ibadah sholat tahajud, dan menutupnya dengan do'a, Danish kemudian berbalik arah, menghadap Hilya. Di sentuhnya perut sang istri yang sudah mulai sedikit membuncit itu, sambil berbicara kepada sang buah hati yang berada di dalamnya.

"Assalamu'alaikum sayangnya papa, sehat-sehat ya nak, tumbuhlah dengan bahagia di dalam sana, insyaAllah tidak lama lagi kita akan bertemu nak. Papa dan mama sayang banget sama kamu. We love you little one."

Hilya sudah tidak bisa menahan lelehan airmatanya. Ucapan dari Danish, sungguh membuatnya bahagia dan juga terharu. Dia merasa begitu beruntung mendapatkan suami seperti Danish. Danish yang selalu sabar dan juga pengertian. Sungguh Hilya di buat jatuh cinta berkali-kali oleh laki-laki di hadapannya ini.

Hilya END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang