"Terima kasih sudah merawatku, Chloe. Aku merasa lebih baikan sekarang." Ryan sudah setengah jam Ryan tinggal di ruang perawat sekolah. Ia khawatir Edward akan mencarinya. "Aku akan mencari kakakku sekarang. Ia pasti mengkhawatirkanku."
"Sa-sama-sama." Jawab Chloe gugup. Bibirnya tak henti-hentinya tersenyum setelah Ryan mengelus-elus kepalanya. Walaupun hanya dianggap seorang adik, ia sudah senang bukan main. Chloe tidak pernah sedekat itu dengan Ryan. Biasanya, ia menjauh setiap kali melihat Ryan; tidak berani menemuinya, hanya mengaguminya dari jauh. Perannya hanyalah sebagai secret admirer. Ricky dan Rachel yang lebih menggebu-gebu mempertemukan mereka.
"Dagh! Sekali lagi terima kasih!" Ryan masih merasakan sedikit rasa nyeri di rusuknya, tetapi, setidaknya, sekarang ia tidak berjalan tergopoh-gopoh lagi. Ia bisa menyembunyikan lukanya dari Edward.
"O-okay, sampai jumpa!"
Ryan melangkah cepat menuju pintu keluar, mendorong pintu yang bertanda 'push' dan....
*Gedebuk!* Pintu itu menghantam wajah Ricky yang sedang menguping di baliknya. Sementara Rachel sudah siap lebih dahulu. Ia berpura-pura baru saja melintas, "Hi, Ryan! Apa kabar?" Kata Rachel tanpa rasa bersalah.
"Baik...baik..." Jawab Ryan singkat sambil meraba memar di rusuknya. Ada perasaan gugup di dalam hatinya saat Rachel menanyakan keadaannya.
"Yup, tidak usah pikirkan aku. Aku juga baik-baik saja." Sela Ricky yang hidungnya sudah berdarah karena baru saja dihantam dengan pintu.
"Oh! Maaf-maaf, aku tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja?" Tanggap Ryan prihatin.
"Ugh... aku tidak apa-apa..." Ricky menahan darah yang mulai mengalir dari hidungnya dengan tangan.
"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di balik pintu?"
"Hah? Ohh! Uhmm.... bukan apa-apa..." Jawab Ricky panik. Bisa-bisa, ia ketahuan kalau tadi ia sedang menguping, "aku tadi sedang mencari... Fang..."
"Fang?"
"Yup, laba-labaku!" Seru Ricky. Rachel sempat terkejut saat mendengar Ricky menyebut laba-laba. Sepertinya Rachel masih trauma.
"Laba-laba, ya...." Ryan memperhatikan darah segar yang mengalir dari hidung Ricky, "Ughh... hidungmu berdarah..."
"Ohh, tidak masalah. Lagi pula, ruang perawat sekolah tepat di hadapan kita dan Chloe ada di dalam. Ia pandai mengobati."
"Tunggu... dari mana kau tahu Chloe ada di ruang perawat?"
"Tadi aku dan Rachel menyuruh Chloe ke ru...." Tiba-tiba, Rachel menyikut perut Ricky - menambah penderitaannya. Ricky nyaris saja membocorkan rencana mereka.
"...Tadi kami melihatnya ke ruang perawat." Timpal Rachel melanjutkan kalimat Ricky; sementara Ricky sendiri sudah terkulai lemas.
"Rachel apa yang kau lakukan di sini?" Mendengar keributan di luar, Chloe pergi memeriksanya. Ryan masih di sana; Rachel berdiri di dekatnya; sementara Ricky dalam keadaan yang mengenaskan.
"Ri-Ricky! Hidungmu berdarah!" Chloe terkejut melihat darah di hidung Ricky.
"Ya... Bisakah kau menolongku?" Kata Ricky dengan suara parau. Ia menahan sakit baik karena hidungnya yang berdarah maupun karena sikutan Rachel di perutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS]Deus Caritas Est (DCE)
Action"You see Ryan, when you put the word 'God' and 'Love' together, You'll find the true meaning of life." He smiles at him and said, "That is what you called 'Deus Caritas Est'." Ryan dan Edward adalah kakak-beradik yatim-piatu namun menikmati kehidu...