Gumpalan awan putih bersih menutupi sebagian langit senja. Cuaca yang tepat untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Meskipun ia bisa saja langsung pulang ke rumah dan beristirahat setelah bekerja seharian, Edward tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.Di sebuah taman, di tengah kota Edward dengan santainya meregangkan lengan dan kakinya, bersiap-siap untuk jogging sore. Ia tersenyum lebar saat mengembalikan sebuah frisbee yang melayang ke arahnya secara tidak sengaja, seolah-olah tidak ada hal yang buruk terjadi padanya. Tenang dan periang, lagaknya itu seperti tidak harus membocorkan rahasia yang sudah dijaganya sendiri selama belasan tahun; seperti tidak ada sekelompok kriminal yang hendak mengganggu ia dan semua orang di sekitarnya, itulah Edward, putra dari Raphael, Beast King ke-3. Perilakunya itu dapat dikatakan wajar, sejak ia dan Ryan tinggal sendirian, ia sudah menyembunyikan segala kenangan buruk tentang masa lalunya dibalik tingkah dan air mukanya yang selalu cerah dan bergairah itu.
Bergantian, ia mengikat tali sepatu Adidas Questar Ride di kedua kakinya, memastikannya tidak terlepas saat berlari. Sedikit peregangan terakhir di bagian lutut, dan Edward mulai berlari, mula-mula melewati jalur kiri yang diapit barisan pohon Norway Maple yang rindang, tempat favorit Edward di taman itu.
"Hari yang indah, bukan?" Tepat di sudut barisan pohon itu, dibalik pohon Maple yang paling sudut. Tampak sosok yang familiar di mata Edward. "Senang melihatmu sudang bersantai, selagi kemarin, aku kediginginan di tempat entah berantah yang kumuh bersama dengan si sergiala busuk itu!"
"Ya, senang bertemu denganmu juga, Ethan." Balas Edward sinis dan acuh tak acuh. "Jadi bagaimana? Semuanya berjalan sesuai rencana?"
"Yup, semua sesuai rencana, bos. Dan lagi, mungkin ini saatnya kau memberitahu hal ini pada bosmu itu. Bagaimana pun juga, Mr. Richie Rich itu adalah korban utama Wolf, bisa-bisa dia dalam masalah kalau tak tahu mengenai penyerangan ini."
Edward mengela napas resah. Sesuatu tentang gagasan Ethan membuatnya merasa terganggu. "Akan kesampaikan kepada Mr. Ryuuga secepatnya." Edward meraih saku jaket hoodie-nya, mengelurakan sebuah ponsel. "Lagipula, ada hal lain yang ingin kubicarakan kepada Mr. Ryuuga." Edward menulusuri daftar kontaknya dan menekan tombol panggil pada akun Mr. Ryuuga.
Samar dari jarak yang cukup dekat, Ethan mencuri lirik ke arah gambar profil Mr. Ryuuga di ponsel Edward; Mr. Ryuuga sendiri yang tampak masih muda dan seorang wanita berciri Eropa di pelukannya. Melihat gambar pasangan yang jelas-jelas sedang kasmaran itu, Ethan menyeringai.
~~~~~~~~
Edward dengan santainya meregangkan lengan dan kakinya, bersiap-siap untuk jogging sore. Ia tersenyum lebar saat mengembalikan sebuah frisbee yang melayang ke arahnya secara tidak sengaja, seolah-olah tidak ada hal yang buruk terjadi padanya. Tenang dan periang, lagaknya itu seperti tidak harus membocorkan rahasia yang sudah dijaganya sendiri selama belasan tahun; seperti tidak ada sekelompok kriminal yang hendak mengganggu ia dan semua orang di sekitarnya, itulah Edward, putra dari Raphael, Beast King ke-3. Perilakunya itu dapat dikatakan wajar, sejak ia dan Ryan tinggal sendirian, ia sudah menyembunyikan segala kenangan buruk tentang masa lalunya dibalik tingkah dan air mukanya yang selalu cerah dan bergairah itu.
Bergantian, ia mengikat tali sepatu Adidas Questar Ride di kedua kakinya, memastikannya tidak terlepas saat berlari. Sedikit peregangan terakhir di bagian lutut, dan Edward mulai berlari, mula-mula melewati jalur kiri yang diapit barisan pohon Norway Maple yang rindang, tempat favorit Edward di taman itu.
"Hari yang indah, bukan?" Tepat di sudut barisan pohon itu, dibalik pohon Maple yang paling sudut. Tampak sosok yang familiar di mata Edward. "Senang melihatmu sudang bersantai, selagi kemarin, aku kediginginan di tempat entah berantah yang kumuh bersama dengan si sergiala busuk itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS]Deus Caritas Est (DCE)
Action"You see Ryan, when you put the word 'God' and 'Love' together, You'll find the true meaning of life." He smiles at him and said, "That is what you called 'Deus Caritas Est'." Ryan dan Edward adalah kakak-beradik yatim-piatu namun menikmati kehidu...