Raphael tampak enggan membawa buku bersampul merah, dengan gambar sepasang pria dan wanita yang saling kecup, sembari menyusuri Jalan Bellsprites, tempat dia dulu pertama kali bertemu dengan Emily. Buku itu diselipkan ke dalam jas tebalnya, yang merupakan pakaian yang aneh untuk dikenakan saat itu, sebab hari terlalu cerah untuk berkeliaran keluar menggunakan baju hangat. Kerumunan orang memperhatikan Raphael dengan sorot mata heran. Beberapa pejalan kaki yang mendapat lihat buku yang sedang disembunyikan Raphael mulai berprasangka buruk.
"Orang aneh itu mungkin baru saja membeli buku dewasa." Bisik mereka dengan satu sama lain, mengasumsikan dari gambar seksi pada sampul buku tersebut.
Sebenarnya, Raphael bahkan tidak pernah membaca buku tersebut. Master Lao, sang pemilik toko pengobatan herballah yang memintanya untuk mengembalikan buku tersebut di perpustakaan di dekat persimpangan jalan.
Master Lao adalah salah satu guru pengobatan Raphael. Terapi alami yang dia gunakan hampir terdengar seperti sihir. Ampuh, cepat dan tanpa efek samping yang signifikan. Dengan kemampuan luar biasa seperti itu, Master Lao bisa saja jadi kaya raya dan terkenal, tapi dia bukan pria seperti itu. Sejauh yang ia ketahu, kemampuan yang ia miliki adalah tradisi keluarga turun-temurun dan banyak pihak yang mengincarnya. Kekayaan dan ketenaran hanya akan mengundang musuh-musuhnya. Alih-alih hidup glamor, ia lebih suka hidup sederhana dan tersembunyi. Di sebuah toko kecil, ia menjalani masa tuanya bersama dengan salah satu murid terbaiknya, Raphael.
Raphael adalah satu-satunya murid Master Lao yang tidak berasal dari linea keluarga Lao. Ada dua alasan mengapa Master Lao sudi menggurui Raphael: Satu, karena dia semata-mata seorang genius berbakat; kedua, berharap untuk membimbingnya sebab Master Lao melihat dirinya sendiri di masa muda pada Raphael. Potensi yang luar biasa berpadu dengan ambisi yang berlebihan dapat melahirkan sosok-sosok yang hebat namun liar.
Raphael memandang ke arah langit sambil menadahkan tangannya pada pelipis guna menghadang sinar matahari yang benderang. Ia menarik napas, menutup matanya dan memperlambat langkahnya sejenak. Semilir angin sejuk menerpa pipi sebelah kirinya. Dia menghirup dalam udara yang menghigapi rongga hidungnya, meresapkan esesnsi-esensi yang didapatinya ke dalam paru-paru. Bagi orang biasa, mungkin hanya terlihat seperti menghela napas.
Sebentar lagi hujan. Ungkap Raphael dalam hati. Dia mempercepat langkahnya hinggap sampai pada toko buku di persimpangan dalam tiga menit. Dentingan bel berbunyi saat ia membuka pintu dan tepat pada detik itu juga, sekonyong-konyong hujan deras.
"Wellcome to Lovelace Library Cafe!" Suara seorang gadis menyambut Raphael.
Raphael berbalik ke arah sumber suara.
"R-Raphael!" Sergap sang gadis terkejut.
Sontak Raphael tertegun kaku. Gadis berkaca mata dibalik konter dengan sebuah buku di tangannya adalah Emily Lovelace, wanita yang seminggu lalu ia tolong.
~~~~~~~~~
"Zhōngguó làngmàn zhǔyì shīgē" Ucap Emily saat menerima buku yang dititipkan Master Lao kepada Raphael."Maaf?" Timpal Raphael
"Chinese Romantic Poetry, itu judul buku ini." Jelas wanita manis berkaca mata itu sambil menunjuk dereten huruf kaligraphi Cina pada sampul buku.
"Saya tidak menyangka anda menyukai puisi romantis." lanjut Emily, membuka sampul buku.
"S-saya tidak membacanya! Saya cuma ingin mengembalikannya untuk teman saya."
"Begitu ya." Tanggap Emily. Dia membubuhkan tinta pada stempel kecil di meja dan menempelkannya pada permukaan sampul dalam buku. Jemari wanita pustakawan itu membalik halaman selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS]Deus Caritas Est (DCE)
Azione"You see Ryan, when you put the word 'God' and 'Love' together, You'll find the true meaning of life." He smiles at him and said, "That is what you called 'Deus Caritas Est'." Ryan dan Edward adalah kakak-beradik yatim-piatu namun menikmati kehidu...