Divion Auto Company Office Building... 20th floor...
Sebuah aula besar dengan Tuscan Design yang mewah dipenuhi oleh pria-pria berjas dan wanita-wanita bergaun warna-warni. Pelayan-pelayan mondar-mandir ke sana ke mari, membagikan Champagne kepada para tamu.
"Mau Champagne, tuan?" Tawar seorang pelayan wanita pada Edward.
"Oh, tidak, terima kasih..." Kata Edward dengan tangan terlipat. Kakinya terus menerus menghentak lantai. Ia memandang ke sana ke mari seperti sedang menunggu seseorang. Sekali-sekali ia menengok ke arah jam tangannya. Edward terlihat cemas. Tetesan-tetesan keringat mengalir di keningnya padahal ruangan itu full AC.
"I've found a love... for me... darling just dive right in... and follow my lead..." Suara merdu seorang penyanyi pria melantun indah dan harmonis dengan iringan Live Music yang bernuansa Jazz-Classic. Beberapa tamu pesta mulai berdansa - berpasang-pasangan. Terlebih karena pengaruh alkohol yang sudah naik ke kepala mereka.
"Edward-san..." Seorang pria Jepang berkaca mata hitam menyapa Edward.
"Mr. Ryuuga!" Edward kembali menyapanya agak terkejut.
"Selamat, Edward-san!" Mr. Ryuuga mengenggenggam telapak tangan Edward dan mengayunnya kencang, " Presentasimu sangat meyakinkan. Banyak klien dan nasabah kita yang tertarik. Aku bangga padamu, nak."
"Terima kasih, Mr. Ryuuga. Saya akan selalu melakukan yang terbaik demi perusahaan anda."
"Perusahaan kita, Edward-san, perusahaan kita..." Jelas Mr. Ryuuga sambil merangkul Edward yang lebih tinggi darinya. Edward terpaksa menunduk sedikit, "Untuk Edward-san! CEO dan insinyur terbaik Divion!" Seru Mr. Ryuuga sambil mengangkat segelas Champagne-nya.
"Untuk Edward!" Balas seluruh tamu di aula itu serentak, lalu meneguk minuman yang ada di tangan mereka masing-masing. Semua orang di situ menikmati minumannya, kecuali Edward, yang belum meminum segelas pun.
"Kau terlihat khawatir, Edward-san. Ada apa?" tanya Mr. Ryuuga prihatin.
"B-bukan apa-apa, Mr. Ryuuga..." Edward menyangkal dengan lidahnya namun wajahnya tidak bisa menyembunyikan kalau ia baru saja berbohong. Ekspresinya tetap nampak cemas.
"Ayolah, katakan saja. Mungkin saya bisa membantu."
"Sore wa hitsuyō naideshou. (Itu tidak perlu)" Jawab Edward spontan, "Sore wa tada no kotodesu... Watashi wa sugu ni Ryan o shutoku suru hitsuyō ga arimasu..." Edward menjelaskan bahwa ia harus menjemput adiknya.
"Ryan, anata no otōto?" Mr. Ryuuga terlihat terkejut saat Edward menyebut nama adiknya.
Edward mendesah dan mengangguk.
"Pergilah, jemputlah adikmu." Perintah Mr. Ryuuga mantap. Sepertinya, dia juga peduli pada Ryan, "Kau dan aku, kita berdua harus memperhatikan Ryan-san, iyakan?" Lanjut Mr. Ryuuga dengan senyum tipis di bibirnya. Ia mengizinkan Edward, padahal sebentar lagi, ia harus menyampaikan pidatonya.
"K-kore de ī to omoimasu? (Anda yakin ini tidak apa-apa)"
"Remember, Edward-san, we must do our best for our family."
Edward menatap Mr. Ryuuga lega dan tersenyum padanya, "Hai! Arigatōgozaimashita, Ryū ga-san." Ucap Edward sambil membugkuk ke arah Mr. Ryuuga. Dan, Edward pun berjalan cepat-melewati kerumunan orang dan keluar dari aula itu.
"Ryan pasti menjadi orang yang hebat karena dibesarkan oleh anak muda itu." Bisik Mr. Ryuuga dalam hatinya sambil memandang Edward berlari meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS]Deus Caritas Est (DCE)
Acción"You see Ryan, when you put the word 'God' and 'Love' together, You'll find the true meaning of life." He smiles at him and said, "That is what you called 'Deus Caritas Est'." Ryan dan Edward adalah kakak-beradik yatim-piatu namun menikmati kehidu...