CHAPTER XVII: Character's Backstory - Emily's Savior

18 5 0
                                    

Untuk lebih memahami kisah ini, baiklah kita memutar balik jam bertahun-tahun yang lalu; sebelum masa kedua saudara protagonis kita, sebelum kematian Raphael, bahkan jauh sebelum prolog dari kisah ini (penyerangan Hawkins Bank Agency). Ini adalah kisah klise tentang good girl dan bad boy di masa kasmaran... Atau benarkah demikian?

Perempatan jalan Bellsprites selalu padat seperti biasa. Trotoar dipenuhi para majikan dan pegawai yang sedang lalu-lalang di distrik itu - yang terkenal sebagai tempat menikmati kuliner lezat dengan harga yang terjangkau. Mereka sedang menikmati waktu istirahat makan siang. Kebetulan, cuaca kali itu cerah padahal tengah musim hujan.

Di distrik itu berdiri satu-satunya toko elektronik yang memajang belasan televisi model retro di display window (jendela pameran tempat memajang barang-barang dagangan). Televisi-televisi itu mempertontonkan siaran yang sama, Channel 8 Big News.

"Berita terbaru! Dua kubu perang geng yang terjadi di pusat kota kemarin malam dihentikan total secara misterius oleh pihak yang tidak diketahui asal-muasalnya pula." Seorang penyiar pria berkulit hitam mengumumkan dari balik layar Televisi.

"Perang geng yang sudah berlangsung selama lima jam mulai dari pukul delapan kemarin malam seketika terhenti. Pertikaian yang sudah memakan puluhan aparat keamanan, dua orang warga, dan tiga belas anggota geng ini, tiba-tiba berakhir pukul dua dini hari."

Kerumunan orang mulai berhenti sejenak untuk menonton berita tersebut.

"Berikut adalah rekaman apa yang terjadi pada saat kejadian berlangsung, sebelum seluruh alat media massa, baik CCTV jalanan, ponsel genggam warga lokal yang merekam perang tersebut, maupun listrik di daerah tersebut seketika padam..."

Dan dari rekaman tersebut, tampaklah peperangan dan adu tembak yang terjadi, tak terkecuali, beberapa mayat yang dibiarkan tergeletak di jalan. Beberapa saat setelahnya, rekaman tersebut mati, dan aktif kembali lima belas menit kemudian, menampakkan gambar kedua kubu yang masing-masing sudah mengundurkan diri.

Kerumunan orang itu bubar ketika siaran berita itu berakhir. Hanya tersisa satu orang pria berambut pirang, yang tak bergeming menatap televisi. Pria itu menyengir sinis, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celanan dan melanjutkan perjalanan.

"Berhenti! Pencuri!" Teriak seorang wanita tua pemilik toko roti sekonyong-konyong, ke arah pria yang menggunakan topeng hockey. Pencuri itu berlari ke arah pria pirang tadi sambil membawa sekantong uang. Dengan santainya, pria berambut pirang itu membiarkan sang perampok melewatinya, sampai-sampai tampak sedikit rasa terima kasih pada ekspresi perampok itu.

Bukan urusanku ... Kata pria pirang itu dalam hati, acuh tak acuh.

Tiba-tiba, seorang gadis berkaca mata dan berambut pirang, melesat dari dalam toko buku di persimpangan jalan, menyambar pria angkuh tadi dan mengejar sang pencuri. Pria pirang itu terkejut. Sempat ia membalikkan badan, namun dia tetap tidak peduli dan terus berjalan membelakangi wanita tadi.

Langkah flat shoes wanita itu panjang dan gesit sehingga dalam sesaat, ia berhasil menyusul si pencuri. Aksi rebut-rebutan pun terjadi antara sang wanita heroik dan pencuri. Namun, tentu perempuan itu tidak mampu menandingi sang perampok. Dia jatuh ke tanah, saat sang perampok menghempasnya. Benturannya cukup keras. Wanita itu menjerit kecil sehingga pria yang tadi mengabaikannya berbalik.

"Hah! Sampai jumpa wanita jal-" Sebelum pencuri tadi menyelesaikan makiannya, sebuah reverse spin kick sudah mendarat di lehernya, menghempaskannya ke tanah sampai-sampai ia berguling enam putaran dan akhirnya pingsan. Pria berambut pirang itu sekonyong-konyong bisa menyusul sang perampok yang sudah pergi sejauh dua puluh tiga meter darinya. Kecepatannya luar biasa!

Pria itu mengambil kantong uang milik sang pemilik roti, dan membantu wanita pemberani tadi berdiri dengan uluran tangannya. Dia menyerahkan kantong itu pada sang wanita.

"Ini. Kembalikan pada ibu itu!" Perintahnya dingin dan kasar, lalu berjalan melewati wanita itu.

"T-Tunggu!" Seru wanita berambut pirang. "Siapa nama anda, kalau saya boleh tahu?"

"Benjamin." Balas pria itu singkat, tanpa berhenti sejenak.

"B-Benjamin?" Wanita itu mengikutinya, "Izinkan saya menyampaikan rasa terima kasih saya, Tuan Benjamin...?"

"Franklin," Jawab Benjamin, menyebutkan nama keluarganya - jika itu memang nama keluarga aslinya.

"Tunggu!" Spontan, wanita itu menggenggam tangan Benjamin. Wajah Benjamin nampak terkejut. Kenapa wanita ini terus membuatnya terkejut? Wanita itu mengulurkan sebuah dompet ke arahnya. "Anda tadi sangat hebat! Perkenalkan, saya Emily Lovelace! Ini milik andakan?" Kata Emily sambil menawarkan dompet kulit hitam merek Versace yang tadi direbutnya dari sang perampok. Dia tersenyum manis, tanpa memperdulikan wajah dingin, dan setengah terkejut, dari lawan bicaranya.

Pencuri sialan itu mengambil dompetku! Caci Benjamin dalam hati. Ia menerima dompetnya kembali dari Emily.

"Terima kasih." Ucap Benjamin masih tanpa senyuman di bibirnya, dan terkesan tidak tulus.

"Sama-sa..." Tiba-tiba, Emily terjatuh sebelum ia mampu mengucapkan ma. Spontan, Benjamin menangkapnya dalam pelukan. Darah membercak di tangannya ketika ia menopang tubuh Emily. Ada luka tusukan pisau di perut sisi kirinya. Pencuri tadi juga menikam Emily.

~~~~~~~~

[HIATUS]Deus Caritas Est (DCE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang