Chapter 17 end

52 6 11
                                    


" Maira, jika kau bertemu dengan mereka, katakanlah aku minta maaf. Aku minta maaf karna tidak bisa melindungi mereka semua." Ucap Zein menangis.

" Aku pasti akan mengatakannya pada mereka semua, mereka juga pasti akan memaafkanmu Zein sunbae." Jawab Maira tersenyum.

" Aku teman yang tidak berguna, aku tidak bisa melindungi kalian dan takut akan kematian." Ucap Zein menangis.

" Jangan menangis Zein sunbae, mereka sekarang berada disisimu untuk menyemangati dirimu agar tidak menangis, aku bisa melihat mereka disini. mereka tersenyum padamu, kau bukan teman kami Zein sunbae, kau adalah keluarga kami semua, hiduplah seperti orang normal lainnya." Ucap Maira tersenyum tipis sambil meghapus air mata Zein.

" Bagaimana aku bisa hidup normal seperti orang lain ?? sementara kalian tidak ada lagi disisiku." Ucap Zein.

" Kami janji akan menemuimu lagi saat kau sudah sukses Zein sunbae,, jangan lupakan kami." Ucap Maira.

" Aku tidak akan mlupakan kalian, aku janji." Ucap Zein tersenyum.

" Sampai jumpa Zein sunbae." Ucap Maira, lalu Maira menutup matanya dan pergi menyusul sahabat-sahabatnya yang sudah pergi mendahulu dirinya.

8 tahun kemudian.

Seorang pria muda tampan berjalan dikoridor rumah sakit ternama dengan diikuti para perawat dibelakangnya. Pria itu memakai jas putih dan stetoskop yang melingkar dileharnya membuatnya terlihat sangat berwibawa.


" Dokter Zein." Panggil seorang petugas keamanan.


" Ada apa ?" Tanya Dokter yang bernama Zein itu.

" Seorang mengirimi anda paket." Ucap petugas itu.

" Baiklah, saya akan mengambilnya sekarang. kalian bisa kembali keaktivitas kalian." Ucap Zein kepada para perawat yang mengikutinya tadi, lalu mereka semua pergi dan kembali keaktivitas mereka masing-masing sesuai perkataan Zein tadi.

" Dokter, saya sudah menaruhnya diruangan anda." Ucap petugas itu.

" Baiklah, terima kasih." Jawab Zein.

Zein pov.

Aku berjalan menuju ruanganku, sudah 2 tahun aku bekerja menjadi seorang dokter dan sekarang aku mempunyai rumah sakit sendiri dan rumah sakitku adalah rumah sakit ternama dikota Seoul, Korea Selatan. jika kalian bertanya kenapa aku berada dikorea dan bukan di Indonesia, jawabannya adalah karna adikku sekarang berada di Indonesia dan mencabang rumah sakitku disana. Aku masuk kedalam ruanganku dan melihat ada sebuah kotak berukuran sedang diatas mejaku. Aku langsung menghampiri mejaku lalu duduk dikursi putar mulikku dan mengambil kotak itu.

" Aneh, selama aku menjadi dokter 2 tahun tidak ada yang memberikanku hadiah seperti ini." Ucap Zein seorang diri.

Lalu aku membuka kotak itu dan mengambil beberapa lembar photo yang berada didalam kotak itu. Aku terkejut saat melihat photo-photo itu, mataku mulai berkaca-kaca dan menahan tangis. Ya, photo-photo itu adalah photo saat diriku sedang bersama semua sahabat-sahabatku dulu sewaktu masih duduk dibangku SMA. Tiba-tiba aku teringat akan janji yang Maira ucapkan saat kematiannya ditengah hutan 8 tahun yang lalu.

" Teman-teman." Ucapku tiba-tiba.

Mataku terbelalak saat melihat 5 sosok wanita dan 4 sosok pria yang tengah berdiri menatapku dengan senyuman manis dibibir mereka masing-masing.

" Kalian,," Ucapku menangis.

" Kami datang untuk menepati janji kami padamu Zein-ah." Ucap Anan.

" Sunbae, aku merindukanmu." Ucap Intan tersenyum manis.

" 1." Ucap Riska.

" 2." Helmi.

" 3." Shopi.

" 4." Sarah.

" 5." Maira.

" 6." Antung.

" 7." Anan.

" 8." Rafil.

" 9." Rendy.

mereka mengucapkan itu sambil mengangkat tangan kanan mereka keatas dan tersenyum bahagia. Aku tersenyum walau mataku masih meneteskan air mata, aku menatap semua teman-temanku dalam kemudian mengangkat tangan kananku keatas.

" 10." Ucapku, lalu mereka semua tertawa melihatku.

" Aku bahagia melihatmu sukses Zein-ah." Ucap Helmi mengacungkan jempolnya.

" Kau tau Zein-ah ? dalam perjalanan kami kemari, ada banyak hal yang terjadi." Ucap Anan.

" Benarkah ? ceritakan padaku." Ucapku.

" Baiklah." Jawab Anan.

" Saat itu, kami semua sedang berjalan menuju restourant diBusan, dan kami melihat seorang kekek-kakek yang sedang menyebrangi jalan. Kakek-kakek itu berjalan dengan sangat lambat sehingga saat ditengah jalan ada mobil yang melaju dan kami rasa yang sedang membawa mobil itu sedang mabuk. kami semua berusaha melindunginya tapi tidak mungkin, karna kami tidak bisa disentuh. kami semua meneriaki telinganya berusaha mendorong, saat mobil itu sudah dekat, ada nenek-nenek yang terlihat sangat-sangat tua yang berlari kearah kami dan mendorong kakek-kakek itu." Ucap Anan.

" Aku baru tau kalau nenek-nenek yang sangat-sangat tua bisa berlari dengan sangat cepat." Ucapku bingung.

" Ya,, karna Maira merasuki tubuh nenek-nenek itu dan membuat nenek-nenek itu merasa sangat pegal saat Maira keluar diri tubuhnya." Jawab Anan, mereka semua tertawa dan mengejek Maira yang kini merasa malu.

" Hei, tapi aku berhasil meyelamatkan nyawa manusia." Ucap Maira tak mau kalah dari mereka.

" Ya ya, terserahmu saja, tapi aku kasian dengan nenek-nenek itu, kakinya pasti sangat pegal setelah berlari begitu cepat." Ucapku membuat Maira mepoutkan mulutnya.

Zein pov end.

Mereka semua kini tengah menikmati pemandangan sunset yang berada dibelakang rumah sakit Zein, mereka semua terdiam namun tersenyum karna dapat bersama lagi.

" Tuhan, terima kasih telah mempertemukan kami lagi, aku merasa sangat bahagia bisa bersama mereka lagi, walaupun mereka tidak nyata dan tidak bisa kusentuh, aku sangat bahagia hanya dengan melihat dan berada disisi mereka juga." Ucap Zein.

" Kau benar, mulai sekarang dan seterusnya kita akan bersama-sama." Ucap Rendy.

" Aku juga tidak ingin berpisah lagi dengan kalian semua." Ucap Riska.

" Ayo katakan my best ghost is my friends." Ucap Zein menatap mereka semua.

" MY BEST GHOST IS MY FRIENDS !!!! " Teriak mereka serempak.


Hadiah terbesar dalam kehidupan ini adalah persahabatan, dan aku telah mendapatkannya hari ini. Persahabatan ibarat gelas yang rapuh, kita bisa memperbaikinya saat pecah, tapi bekasnya masih ada. Sahabat, ia juga yang datang pada kita saat dunia menjauhi kita.


Dear my best friends.

the ghosts are my friends. { the end.}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang