Jack beranjak dari kamarnya ingin menuju dapur, lalu tak sengaja dia melihat dua perempuan berbeda umur jauh itu sedang berpelukan hangat dan terlihat pula air mata dari keduanya mengalir deras. Jack terdiam didepan pintu kamarnya menyaksikan mereka berdua, hingga matanya serasa berkaca-kaca
"Lihatin apa sih?" Bersamaan dengan tepukkan dibahu Jack
Dengan segera Jack mengusap air matanya yang hampir jatuhkan harga diri seorang pria "Apa sih Zi? Mengagetkan saja deh" berusaha mengalihkan pertanyaan Rezi "Eh untuk apa kamu kesini?" lanjutnya
Rezi malah terdiam karena masih penasaran dengan hal yang hampir membuat Jack meneteskan air mata. Akhirnya Rezi menoleh ke arah yang sebelumnya menjadi perhatian Jack. Setelah mengetahuinya "Mereka saling menyayangi yah? Sungguh hangat menyaksikannya" Rezi pun ikut tersenyum hangat, lalu Rezi masuk kamar Jack bersamanya
"Ada apa kamu kesini?" Tanyanya yang duduk disamping tempat tidur, begitupun dengan Rezi
"Bagaimana tadi? Kamu berhasil minta maaf sama Ayrish?" Balik bertanya yang membuat Jack terdiam lama
"Jangankan minta maaf Zi, dianya sudah pergi begitu saja" menjawab jengah "Zi, apa kamu juga merasa hal sama? Bahwa wajah Ayrish itu mirip dengan......." menggantungnya
"Wajah tunangan mu kan?" Sergah Rezi dan hanya dibalas dengan helaan nafas oleh Jack seraya membenarkannya
Hah, Tunangan? Apa maksudnya?
3 tahun sebelumnya
***
Sorak sorai tepukkan tangan dari orang sekitar mereka menghiasi kebahagiaan dua pasangan yang baru saja bertunangan. Yaitu, Jackson dan Anisa, wanita yang menjadi cinta pertamanya dan sangat dia cintai. Mereka sudah berpacaran dari kelas 1 SMA, akhirnya keduanya sepakat meresmikan hungungan untuk serius, setelah 3 tahun dan dirasa sudah benar-benar siap. Tepat setelah keduanya lulus SMA, mereka resmi bertunangan"Apa kamu bahagia?" Tanya Jack pada Anisa
"Tidak ada hal yang paling membahagiaan, dibandingan ini" tersenyum hangat
Lalu Jack mengeluarkan sebuah kalung berbandul bentuk Love dan langsung dia pasangkan dileher Anisa
"Ini sangat indah Jack" memengang sambil melihat kalungnya, walau seperti tak terlihat
"Apa kamu suka Nis?"
"Lebih dari suka, bahkan aku sangat sangat dan sangaaaaat menyukainya" dengan penuh semangat dan mereka pun berpelukan
***
Mengenang sejenak tentang acara pertuangannya dengan Anisa lalu mengeluarkan sebuah kalung yang dia berikan pada Anisa. Perlahan Jack menunduk sambil menatap lekat kalung itu dan mulai meneteskan air mata tanpa berkata. Rezi menepuk pelan bahu Jack untuk menenangkannya"Sabar Jack, aku tahu ini semua berat bagimu. Tapi kamu harus berdamai dengan masalalu" Ujar Rezi dengan nada sedih
"Tapi bagaimana bisa Zi? Sementara aku justru melihat sosok Anisa dalam diri Ayrish. Itu membuatku sangat tersiksa, makanya aku benci gadis itu, aku tidak ingin melihat wajahnya" lirih Jack
"Jadi karena itu kamu bersikap dingin pada Ayrish?" Mengerutkan dahinya
"Aku tidak punya pilihan lain Zi" menggenggam erat kalung itu
"Jack, Ayrish bukanlah Anisa dan Anisa pun bukan Ayrish. Mereka berbeda Jack. Yah meskipun wajah mereka hampir mirip, tetap saja mereka itu tidak sama" menghela nafas "Kamu tidak bisa bersikap seperti ini terus terhadap Ayrish, dia tidak salah apapun. Aku tahu, dia mengingatkan mu pada masalalu, tapi dia sama sekali tidak tahu apapun dengan hal itu" lalu Rezi berdiri mendekati pintu "Pikirkan perasaan Ayrish yang sangat perduli padamu. Jangan egois Jack, dengan membuatnya menderita karena masalalu mu. Dia tak bertanggungjawab untuk itu" pesan Rezi lalu dia membuka pintu dan melenggang pergi
Jack memejamkan matanya lalu mengenang sikap Ayrish yang sangat perduli dengannya. Dia teringat saat dia sakit dan Ayrishlah yang mengurusnya saat itu dengan sangat telaten sekali
Sementara Oma kini tengah menangis di kamarnya, mengingat saat pertama Ayrish datang kerumah ini
***
Terlihat seorang gadis yang tengah menangis di atas sebuah makan yang bernama Annabella . Dan tentunya gadis itu adalah Ayrish yang saat itu masih menduduki kelas 3 SMA. Namun saat itu Ayrish baru saja datang ke Jakarta karena ingin liburan kelulusan sekaligus meneruskan kuliah di Jakarta dan juga untuk menemui kakak perempuannya yang tinggal di Jakarta. Ayrish dan kakaknya tak tinggal bersama, dikarenakan kedua orang tua mereka pisah dan kakaknya memilih untuk ikut Ayahnya ke Jakarta, sementara Ayrish memilih untuk tinggal di Bandung bersama ibunya. Ayrish tinggal disebuah kontrakan yang sederhana"Kenapa ibu belum juga pulang yah?" Resan batin Ayrish menunggu ibunya yang tak juga datang setelah beberapa jam yang lalu pamit untuk belanja ke pasar sambil mondar mandir Ayrish melirik jam dindingnya
Sesaat kemudian, dia mendapat telepon dari rumah sakit yang mengabarinya tentang kecelakan yang tengah di alami ibunya. Dengan bergegas, Ayrish menuju rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya. Namun saat sampai disana
"Maaf, ibu anda tidak tertolong" kata itu keluar dari lisan dokter dengan nada menyesal "Kami turut berduka" lalu dokter itu pergi
Ayrish langsung terduduk lemas dan tak berdaya untuk menapakkan kakinya serta air mata yang sejak tadi berderai kini semakin terasa sulit berhenti
"I..bu i..bu" Ujarnya dengan nada serak dan tatapan kosong
Singkat cerita, kini ibunya Ayrish di makamkan. Tak hentinya Ayrish menangis disana setelah beberapa tetangga terdekatnya yang hadir sudah pergi masing-masing
"I..bu, me..nga..pa ibu ting..galkan a..ku? hiks hiks. A..ku a..kan ting..gal ber..sa..ma hiks sia..pa bu?" Sambil duduk memeluk nisan ibunya
Sesaat kemudian ada seorang wanita yang cukup berumur merangkul Ayrish
"Sudahlah Ayrish, tabahkan hatimu. Kamu bisa tinggal dirumah ku" ujarnya, lalu Ayrish menoleh dengan tatapan bingung
"Ka..mu si..apa?" Pertanyaan itu muncul
"Aku Rossa, saudaranya nenekmu. Panggil saja aku Oma yah" sambil mengangguk memberi pengertian pada Ayrish
"O..ma?" Ayrsih mengulangnya yang dibalas dengan anggukan oleh Oma
Setelah dari sana Oma mengajak Ayrish kerumahnya. Tak butuh waktu lama, merekapun sampai. Karena jarak dari makam itu tak jauh dari rumah Oma
"Ayo Ayrish" ajak Oma. Sedang Ayrish masih berdiri didepan pintu mobil dan termenung kagum melihat rumah mewah dihadapannya. Oma yang sudah mendahuluinya pun kembali lagi untuk merangkul Ayrish memasuki rumahnya "Ayo sayang" dengan senyum hangat
Langkahnya mulai masuk menapaki lantai bernuansa putih itu. Lalu datangnya cucu Oma, siapa lagi kalau bukan Nindi
"Hai, kamu Ayrish kan? Perkenalkan, aku Nindi cucunya Oma Rossa" mengulurkan tangannya sambil tersenyum
Ayrish terdiam menatap tangan Nindi dihahapannya lalu mulai menjabatnya "A..ku Ayrish" masih dengan ekspresi berduka
"Ayo, akan aku tunjukkan kamarmu" merangkul Ayrish untuk menaiki tangga "kamu tau, kamar kita bersebelahan loh" Nindi nampak sangat bahagia
***
"Kalau saja hal itu tidak terjadi, pasti ibunya masih hidup sekarang" lirih Oma mengingat segelintir hidup Ayrish
Apa maksud perkataan Oma?_________________________
Penasaran kan? Ikuti terus yah.
Salam hangat ku
Siti Urifah😉Janga lupa Vote and Command yah, kalau perlu Follow juga, Okay
Terima kasih karena sudah membaca😘 and maaf yah kalau ada typo🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate With Love
RomanceMari mampir ! Tapi Follow Me dulu dong teman Ceritanya memang acak-adul teman, namanya juga Authornya tak bakat, baru belajar. Yah, sekedar menyalurkan bagian dari keisengan hobby saja. --- "Mengapa kau sangat membenciku?" "Aku benci karena telah m...