Takut kehilangan

6 0 0
                                    

Samuel pulang dengan tatapan masih tak percaya, dia sungguh dicinta Nindi, seorang gadis yang selalu menjadi adik kelasnya dari SMP hingga ke masa perkuliahan saat ini dan langsung menghempaskan diri di tempat tidurnya

Sementara yang lain mulai berbincang lantaran melihat kelakuan aneh dari putra sulung dan kakak tertuanya

"Dia kenapa Mil? Pulangnya wajah ditekuk begitu" tanya Riko heran

"Mana aku tau pa, mungkin sedang diabetes kali" jawabnya asal

"Milda bercanda deh. Serius Mil, kakak mu seperti murung tidak jelas" ujar Maya mulai khawatir melihat sikap tak biasa Samuel sembari mengajikan makanan untuk persiapan makan malam

"Maaf Ma, memang benar sih, sikap kak Sam kayak aneh begitu, mungkin lagi ada masalah kali" mendengar ujaran Milda yang meyaqinkan, Maya dan Riko saling menatap lalu sama-sama menatap Milda penuh kecurigaan

Milda merasa tak aman ditatap lekat oleh kedua orang tuanya itu "Ada apa sih Ma, Pa? Menatapnya sinis begitu?"

"Jangan-jangan....." menggantung katanya sambil mendekati Milda yang duduk disofa ruang tamu tak jauh dari ruang makan "Sam punya masalah dengan mu yah, Ayo jujur" tatapan ibunya itu sungguh mengintimidasi

"Ih Mama apaan sih? Tidaklah, aku saja baru ketemu kak Sam setelah sarapan dari pagi tadi. Terus kapan ributnya coba?" Menyangkal, karena memang Milda tak punya masalah dengan Samuel

"Iyah juga yah" menyadarinya "Pa, coba lihat deh. Kayaknya ada yang tidak beres dengan putra mu itu" pinta pada suaminya

"Dia anakmu juga kali Ma" menjawabnya jengah kemudian berlalu menuju lantai dua letak kamar Sam berada

Sementara disebuah Clup
"Cukup Jack, ini sudah gelas ke 12" menahan tangan Jackson yang akan meneguk gelas ke-13

"Arghhh, lepas Zi" mengibaskan tangan Rezi lalu gelas berikut berhasil dia teguk "Biarkan aku melupakan masalah ku, aku sudah sangat lelah. Jadi biarkan aku lupa" dengan suara parau khas orang mabuk berat. Dari kejadian pagi tadi, Jackson begitu frustasi sehingga memilih Club sebagai tempat untuk melupakan masalahnya, walau untuk sesaat. Dia datang ke sana dari tadi pagi hingga saat ini jam yang masih menunjukkan angka 17.23

Jackson masih sangat kacau mengingat Ayrish yang tadi tak bergeming, kecuali hanya air mata dan sebuah isyarat penolakan agar Jackson menjauhi dirinya. Dia mengeran dan hendak mengambil gelas berikutnya, namun segera dicekal oleh Rezi

"Tidak lagi Jack, kamu harus pulang. Ayo" tanpa minta persetujuan darinya, Rezi langsung menariknya yang sudah sempoyongan tak karuan lantaran terlalu mabuk. Setelah sampai diluar, terdengar bunyi nada dering ponsel Rezi lalu diapun mengangkatnya

"Apaan sih ini Dosen, tidak jelas banget" gumamnya setelah menutup sambungan telepon yang dia ketahui dari salah satu Dosennya nan tak jelas apa yang dikatakannya "Lah, dimana Jackson?" Memasukkan ponselnya kedalan saku celana sambil mengedarkan pandangan ke segala arah lantaran Jackson yang tadi disampingnya tiba-tiba menghilang entah kemana "Gawat, Apa jack me...." Rezi begitu terkejut saat melihat mobil yang dikendarainya bersama Jackson juga tak ada di parkiran dan Rezi menduga pasti dibawa oleh Jack "Ya ampun Jack" ujarnya ikut frustasi sekaligus khawatir, bagaimana tidak? Sedang yang dia tau sekarang Jackson dalam keadaan tidak baik jika untuk mengemudikan mobilnya. Dengan bergegas Rezipun naik sebuah taksi dan berusaha mengejar Jackson, walaupun dia sudah kehilangan jejaknya

Beberapa waktu berlalu, Milda yang duduk disofa santai sembari menonton Televisi di ruang keluarga bersama ibunya secara tiba-tiba menerima telepon dari Rezi

"Iya Zi, ada apa?" Tanyanya lalu mencoba mendengarkan jawaban dari semberang sana "Apa?" Sontak dia berdiri lantaran terkejut dengan jawaban Rezi "Jackson kecelakaan" lanjutnya dengan wajah yang sangat menegang

CENTARRR ! Bunyi gelas jatuh dari lokasi yang tak jauh dari ruang keluarga. Sontak membuat Milda dan ibunya menoleh ke sumber bunyi serta Samuel dan ayahnya dan sejak tadi curhat dikamarnya pun ikut turun lantaran mendengar bunyi benda jatuh yang cukup keras. Terlihatlah Ayrish yang tercengang tanpa suara dengan tatapan yang siap menerjang badai seisi rumah keluarga Hardyan itu (lebai yah Authornya, tapi tak apalah, hehehe)

"Ay" panggilan Milda yang tercengang melihat Ayrish hingga tak sengaja menjatuhkan ponsel seketika lalu menghampiri Ayrish yang kini terduduk lemas dengan isak yang entah sejak kapan mulai keluar dari mata sayunya

"Jack..son" gumamnya lirih dengan tatapan kosong lalu dalam hitungan detik berikutnya semuanya pun gelap

Rezi tak berdiam diri saja, dia terus mondar-mandir di depan ruang IGD yang tertera No.317 sembari menunggu Dokter yang menangani Jackson disana. Sedangkan Oma Rossa duduk dikursi tunggu nan hanya mampu menangis khawatir dengan cucu sulungnya itu dan peran Nindi pun sama, hanya dia berusaha kuat untuk menenangkan Omanya "Tenanglah Oma, kak Jack pasti baik-baik saja kok" merangkul Omanya seraya mengelus punggungnya dengan pula menangis

Tak setelahnya Dokter Hendri pun keluar dengan menunjukkan wajah murung yang sulit diartikan. Dengan segera ketiganya menyerbu dengan pertanyaan yang sama dan tak lain kata itu adalah 'Bagaimana keadaan Jackson?' Sedangkan Dokter Hendri mampu menghela nafas letih sebelum dia menjawab pertanyaan dari ketiganya itu, entah itu kabar baik ataukah sebaliknya Alias buruk

Tik tik tik ! Detik terus berjalan jauh dari sejak Ayrish pingsan lantaran antara tak sanggup dan tak percaya mendengar kabar yang beredar ditelinganya dan saat ini masih tak sadarkan diri ditempat tidurnya

"Hmm" gumam Ayrish sembari memegangi kepalanya yang kini mulai tersadar namun masih dengan mata tertutup "Jack" lalu perlahan mencoba membuka mata hingga bayangan buram kini terlihat jelas dan sontak saja dia terduduk "Dimana Jackson? Bagaimana dia?" Sembari menarik-narik pakaian Milda yang sedari tadi berada disampingnya dan mulai menangis histeris

"Tenang Ay, Jack pasti baik-baik saja. Kamu tenanglah dulu" berusaha merangkul Ayrish yang tak sabaran dan berusaha menenangkan sahabatnya itu

"Aku mau melihatnya Mil, ayo kita temui dia. Ayo Mil" terus meronta-ronta agar lekas dipertemukan dengan Jackson, namun Milda menampiknya lantaran kondisi Ayrish yang tak memungkinkan "Aku baik-baik saja kok" bujuknya sembari menatap ketiga orang disana dengan berusaha meyakinkan mereka. Akhirnya, mereka mengalah dengan tatapan kesungguhan Ayrish yang benar ingin menemui Jackson

"Baiklah, ayo Mil, Sam, kita kerumah sakit sekarang" ajak Maya

"Papa tunggu dibawah yah, kalian siap-siap dulu" lalu melenggang pergi

Dengan semangat tanpa kesabaran Ayrish beserta lainnya menuju rumah sakit. Dan tak membutuhkan waktu yang dikatakan lama, mereka pun sampai ditempat tujuan. Mereka bergegas masuk dan menemui pihak Resepsionis
"Dimana pasien yang baru saja kecelakaan sus?" Tanya Sam tergesa-gesa

"Siapa namanya?" Tanya suster dengan ramah

"Jackson" sergah Ayrish

Lalu Suster mengecek labtop pendataan para pasien dan beralih menghadap mereka setelah dirasa tahu jawabannya "Pasien Jackson dikamar No.317, tapi........"

"Baik, terima kasih sus" langsung menyela perkataan Suster yang belum terselesaikan. Mereka mulai belari-lari tergesa-gesa agar cepat sampai. Namun.Ayrish mematung saat berada didepan kamar No.316 yang artinya kamar selanjutnya adalah No.317

"Kenapa Ay?" Tanya Milda heran

Diam ! Ayrish tak bergeming sembari menatap lurus ke depan ruangan No.317. Lalu Sam Dan yang lainnya mengikuti arah tatapan Ayrish dan mendapati seorang pasien keluar dari ruangan Jackson dan terlihatlah pasien di atas ranjang rumah sakit yang didorong oleh dua suster dengan seluruh tubuhnya tertutup kain putih yang bisa dipastikan bahwa pasien tersebut telah meninggal dunia

Hate With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang