Sesal Samuel

1 0 0
                                    

"Dimana kamu Nin?" Samuel terus bergumam sepanjang jalan pencarian Nindi "Ini semua salahku, seharusnya aku bisa mengerti perasaannya" lanjutnya nampak begitu menyesal

"Sudahlah kak, jangan menyalahkan diri sendiri" ujar Milda sembari mengusap lengan kakaknya yang masih fokus mengemudi itu

"Iyah Sam, kamu juga baru tau tentang perasaan Nindi kan" timbal Riko, yang duduk dijok belakang dengan istrinya, Maya

Tak lama, terdengarlah nada dering ponsel Milda dan terdapat nama Rezi disana "Ya bagaimana Zi? Nindi sudah ditemukan?" Tanyanya sangat menuntut jawaban

"......." suara disembrang

"Apa? Diculik. Kamu yaqin Zi?" Memastikan dan terjawabkan kata 'Iya' "Terus bagaimana?" Menunggu jawaban Rezi "Okay, sercloc yah" lalu menutup panggilannya

"Siapa yang diculik Mil?" Tanya Samuel kembali cemas tak karuan

"Nindi kak, kita harus cepat kesini" menunjukkan lokasi yang dikirim Rezi sebelumnya

Beberapa menit kemudian, Samuel sampai dilokasi yang dituju dan langsung disambut oleh Jackson serta yang lain yang sudah menunggu mereka

"Inikan bekas Pabrik orang tuanya Luis" ujar Samuel yang mengedarkan pandangannya kesekitar

"Iyah Sam" jawab Rezi antusias

"Jadi Luis yang........" Samuel terhenti lantaran dicela oleh Jackson

"Luis telah menculik Nindi" dengan geramnya "Kamu jaga diluar dan yang lainnya yah Zi, kalau ada sesuatu, segera hubungi aku" lanjutnya memberikan intruksi "Aku akan masuk"

"Aku ikut" sela Samuel "Titip yang lain yah Zi" pintnya yang langsung diangguki oleh Rezi

Jackson dan Samuel mulai melangkah dengan sangat hati-hati lantaran tak ingin diketahui oleh Luis dan otomatis akan mengancam keselamatan Nindi. Perlahan namun pasti, mereja terus melangkah hingga terdengar teriakan histeris dari seorang wanita

"Jangan, tolong lepaskan aku. Lepas" disertai tangisan yang cukup terdengar jelas, karena mungkin jaraknya semakin dekat

"Nindi, itu suara Nindi" ujar Samuel semakin risau

"Sussttt.." menoleh kearah Samuel yang berada dibelakangnya serta meletakan jari telunjuk dia atas bibirnya "Diamlah, kita tidak boleh gegabah" lanjut Jackson dengab suara pelan "Aku tak ingin nyawanya semakin terancam, jadi diamlah dan bergerak perlahan" berusaha memberi pengertian pada Samuel yang sudah tak sabar untuk menyelamatkan Nindi

Mereka mulai melangkah lagi hingga semakin jelas suara Ketakuan dari Nindi dan terlihatlah Nindi yang masih mundur ngesot dilantai dengan tangisan histerisnya juga sesenggukan serta pria bertopeng yang berusaha terus mendekat dan menarik pakaian Nindi agar tersobek. Dan yang mereka pastikan dia adalah Luis

"Sussttt, kita harus extra pelan dan jangan biarkan pria bejat itu melarikan diri lagi" intruksi Jackson dengan suara sangat perlahan dan hanya diangguki mantap oleh Samuel

Kretekk ! Suara sebatang kayu kering yang terinjak Jackson hingga membuat Pria bertopeng itu menoleh ke sumber suara yang tak jauh darinya "Siapa disana?" Terdiam menunggu jawaban. Namun tak apapun atau pula siapapun, karena merasa sudah aman, pria bertopeng itupun melakukan aksinya lagi untuk menyobek pakaian gadis bernama Nindi itu "Kemarilah manis, tak perlu takut" ujarnya seraya merayu

"Sial" geram Jackson dalam batinnya yang kini bersembunyi dibalik sebuah tembok bisu "Berani dia menyentuh adikku, jangan harap dia bisa menghirup udara segar" amarah Jackson nampak semakin tak tetbendung

Jackson pun membisikan sesuatu pada Samuel seraya mengintruksikan rencananya lalu menunjukkan jari jempolnya seakan menunjukkan kata 'Okay?' dan dijawab oleh Samuel dengan satu anggukan antusias

Kemudian mereka perlahan mendekat pada Nindi dan pria itu, semakin dekat, lebih dekat lagi

Brakk ! Ditendang oleh Jackson hingga Terhempaslah tubuh pria itu menabrak sebuah bekas papan nama para karyawan saat dia berusaha mencekal keras tangan adik tercintanya itu "Beraninya kamu menyentuh adikku" sentaknya "Luis" gumamnya yang sangat diyaqini bahwa pria itu mendengarnya

Pria itu lantas membulatkan matanya dari balik topeng sembari membatin "Bagaimana dia bisa tau?" Sambil memegaki punggunya yang tadi tertendang keras oleh Jackson

"Bangun !" Bentak Jackson semakin murka dengan menarik kerah bajunya dan menarik topengnya. Yang benar saja, pria itu adalah Luis

Nindi yang sudah sangat ketakutan kini berada dalam pelukan Samuel "Aku takut kak" ringisnya dengan gemetar

"Tenanglah, sekarang kamu sudah aman" balas Samuel sembari mengelus pundaknya

"Bawa Nindi keluar Sam !" Perintah Jackson seraya menoleh kearah Samuel yang berada dibelakangnya hingga tanpa dia sadari, Luis mengambil kesempatan untuk memukul wajahnya dengan keras hingga terpelanting

"Jack" teriak Samuel yang bersamaan dengan Nindi "Kak"

"Kamu pikir, aku mudah untuk dikalahkan" ujar Luis dengan sombongnya sambil tersenyum miring

Jackson berdiri seraya menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya dan segera menghalangi Luis yang akan mendekati Samuel dengan bermaksud merebut Nindi "Cepat bawa Nindi keluar Sam !" Teriak Jackson, namun Samuel belum menggubrisnya "Cepat Sam" teriaknya lagi semakin keras

Tersadar, Samuel pun segera mengikuti perintah Jackson dengan membawa Nindi keluar. Lalu menyerahkan Nindi dalam pelukan Oma Rossa

"Jackson dimana kak?" Tanya Ayrish panik

"Jack masih melawan Luis didalam"

Seketika Ayrish mulai gemetar tak karuan setelah mendengar nama Luis disebutkan

Telah cukup lama Jackson bergelut dengan Luis didalam dan telah berapa kali terdengar teriakan suara dari kedunya lantaran emosi yang sama-sama tak terkendali hingga datangnya aparat berwajib

"Dimana pelakunya?" Tanya salah seorang polisi

"Di dalam pak" jawab Rezi singkat yang langsung disusul oleh 4 dari 7 polisi yang datang dan tak butuh waktu lama, Jackson pun keluar dengan bebarapa lembam yang cukup banyak dibagian wajah beserta tubuh lainnya, namun masih jauh dari kata luka serius lalu keluar pula Luis yang sudah diborgol pihak kepolosian

Sementara Ayrish yang terlihat sangat shock serta panik campur aduk saat kedua kontak matanya bertemu dengan Luis, pria yang hampir mengambil kehormatannya. Segera ditariklah oleh Jackson kedalam pelukannya demi membuat Ayrish merasa lebih tenang
"Jangan takut, dia takkan bisa menyentuhmu lagi atau bahkan siapapun juga" Ucap Jackson dengan keyaqinan diri dan semaki erat memeluk Ayrish serta merasakan betapa cepat detak jantungnya lantaran dilanda rasa takut yang besar

Hate With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang