Selamat Tinggal

2 0 0
                                    

*Heppy Reading guys*
Siapkan tisue nya, awas ingusnya loh, hehehe😀😀
Semoga menghibur😉

***

2 jenazah telah usai dimakamkan. What, 2 jenazah? Siapa ? Yah, mereka adalah kedua orang tua Jackson dan Nindi (Mommy dan Daddy mereka) dan teringat beberapa saat sebelumnya

---
"Paman Haris dan Tante Leni kecelakaan saat perjalanan pulang" ujar Samuel serasa gemetar saat

"Apa?" Nindi terkejut hebat hingga menutup mulutnya yang sontak melebar "Tidak hiks, tidak mungkin" seakan tak percaya "Tidaaaak, ini tidak benar" teriak Nindi mulai histeris dan tak urung membuat para pelanggan lainnya menjadikan mereka pusat perhatian

"Nindi tenangkan dirimu" Samuel berusaha merengkuh Nindi yang meronta-ronta histeris sembari berteriak "Ayo kita pulang" ajak Samuel lantaran tak ingin semakin memperkeruh keadaan dengan mengganggu kenyamanan para pelanggan dan lainnya

"Ayo Jack !" Ajak Ayrish dan menangkup tubuh Jackson yang benar-benar terasa lemas dan masih tak bergeming setelah perkataan tadi 'Mommy, Daddy, tidak mungkin'

Sekitar satu setengah jam berlalu, merekapun sampai dirumah sakit. Tempat orang tua Jackson-Nindi sempat dirawat hingga beberapa detik setelah itu mereka dinyatakan meningga dunia

Terlihatlah Oma yang memeluk salah satu jenazah yang berada didepan ruang rawat UGD itu sembari menangis deru nan histeris "Bangun Haris, jangan seperti ini nak, bangunlah !" Mengguncang tubuh yang terkulai itu lalu beralih pada menantunya, Leni "Menantu, bangunlah. Jangan diam saja, ayo bangun menantu" juga menguncang tubuh yang telah disebut jenazah itu.

"Mommy, Daddy " teriak Nindi langsung menghampiri kedua jenazah itu "Mommy bangun ! Nindi masih butuh Mommy" memeluk tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa "Daddy, tolong marahi Mommy, suruh Mommy bangun Daddy" beralih memeluk ayahnya yang juga sudah tak bernapas dengan menangis histeris

"Tenangkan dirimu Nin, sabarlah dulu" ujar Samuel dengan merangkul tubuh Nindi yang kini tak terkendali

Sedangkan Jackson masih tercengang tak percaya dengan yang dia saksikan saat ini dan tak menyeka air mata yang tanpa dia sadari luruh dipipinya sembari terus bergumam "Tidak mungkin, tidak ...." seyara berusaha meyaqinkan dirinya bahwa itu tidaklah nyata

"Suruh mereka bangun kak" merontak dalam pelukan Samuel dan memukul dada bidang pria yang memeluknya itu. Dan perlakuan Nindi yang membuat dadanya terasa nyeri akibat pukulan Nindi pun hanya membalas dengan pelukan erat sambil mengusap rambut dan punggungnya untuk menenangkan gadisnya tersebut

Beberapa detik kemudian, dirasakannya Nindi mulai merasa tenang. Selain tangannya yang kini berhenti memukul dada Samuel, tangisan beserta isakannya pun mulai tak terdengar lagi

Deg ! Bukannya Nindi jauh lebih tenang, tapi "Nin" ujar Samuel yang merasa aneh dengan tenangnya Nindi, lalu melepas pelukannya dan mendapati Nindi yang terkulai lemas, pingsan "Nindi bangun Nin?" Meletakkan kepala Nindi didadanya sembari menepuk-nepuk pipi Nindi

"Bawa ke ruang rawat saja kak" saran Milda dan diikuti oleh Rezi juga

"Jack, tenangkan dirimu" ujarnya Ayrish dengan mengusap lembut lengan Jackson "Menangislah Jack, jangan menahannya. Atau nanti kamu akan tersiksa dalam diam mu ini" lanjutnya mengusap titik air mata Jackson yang keluar deras tanpa dirinya sadari

"Ini hanya mimpi kan Ay? Mereka bukan Mommy dan Daddy kan? Iyah kan Ay?" Jackson mulai mengubris ucapan Ayrish dengan pertanyaan yang terlontar dan menatap bingung pada 2 jenazah yang jelas adalah kedua orang tuanya

"Jack, Jack, tenanglah" menangkup pipi Jackson dan membuatnya menatap mata indah miliknya untuk mengalihkan semua pertanyaan yang baru terlontar dari bibir lembut pria yang ditatap lekat olehnya "Semua ini sudah jalan Allah, jadi aku mohon, agar kamu tegar dan menerima ini dengan ikhlas yah" seraya memberi dukungan untuk menguatkan Jackson

"Jadi mereka benar......" tak dapat melanjutkan perkataannya dan langsung dijawab anggukan pelan namun pasti oleh Ayrish

Deg ! Jackson terdiam lalu luluh terduduk dilantai putih yang terasa amat dingin itu dan diikuti oleh Ayrish yang juga menyusul Jackson terduduk untuk menenangkannya "Mengapa begitu cepat Ay? Mereka pergi. Bahkan (terdiam) m-mer-reka tak pamit" dirasa Jackson begitu sulit menelan salivanya sendiri hingga tak dapat melancarkan ujaran lisannya

"Tegarkan hatimu Jack, mereka sudah tenang disisi_Nya" mengusap lembut pipi Jackson serta tak lupa dengan air mata yang setia mengalir dipipi pria yang serasa kini tak berdaya itu "Kuatkanlah dirimu yah" lalu menuntun Jackson untuk dipeluknya

"Aku masih tak percaya Ay" ujarnya yang kini menyandarkan dagunya dibahu Ayrish

Ayrish pun mengerti apa yang dirasakan oleh Jackson, karena dirinya pun pernah kehilangan ibu yang sangat dicintainya
---
"Sudahlah Nin, ayo kita pergi" merangkul Cucu wanitanya itu untuk mengajaknya pulang

Namun Nindi masih kekeh berada dipemakaman itu "Tidak Oma, aku masih mau disini. Oma pulangnya dulu, tapi Nindi tak ingin pergi dari sini" sembari memeluk Nisan yang bertuliskan nama ibunya

"Nin !" Sahut Samuel lalu duduk mengantikan posisi Oma yang kini membiarkannya untuk mencoba membujuk cucunya tersebut
"Kita tahu kamu sangat kehilangan dan kita pun bisa merasakannya, tapi masih beruntung karena sejak kecil kamu tinggal bersama mereka. Lihatlah kakakmu !" Pintanya sembari menoleh ke arah Jackson yang masih berpura tegar dihadapan orang disekitarnya dan di ikuti oleh Nindi yang juga menoleh pada Jackson. Mungkin Jackson dan lainnya tak terlalu mendengar percakapan Samuel dan Nindi, lantaran Samuel sengaja memelankan suaranya

"Bisakah kamu lihat bagaimana tertekannya kakak mu, dari kecil dia bahkan tak merasakan kasih sayang orang tua melainkan hanya dari percakan Telepon"

Benar, Sejak usia Jackson masih 6 tahun, dia sudah ditinggalkan ke Amerika oleh Orang tuanya lantaran mereka harus mengurus perusahan disana. Dan Jackson tinggal di Jakarta bersama Oma Rossa, maka dari itu Jackson sangat menunggu moment dimana dia lulus kuliah dan bertemu dengan ayah ibunya yang sudag berjanji akan menemuinya saat wisudanya tiba. Yah, walau kenyataannya takdir berkata lain, jangan dia bisa tertawa bersama mereka sekarang, bahkan menangispun rasanya begitu sulit baginya. Bagaimana tidak hari yang sangat dia nantikan selama puluhan tahun harus kandas dalam hitungan detik saja

"Kakak" gumam Nindi melihat keadaan Kakaknya yang kini hanya berdiri terdiam menatap Nisan ayah dan ibunya dan sesekali mengusap kasar Air mata yang sering memaksa keluar tanpa diminta

"Kamu mengertikan sekarang? Jackson juga sama terlukanya dengan mu, bahkan mungkin lebih dari mu. Tapi lihat bagaimana dia berhasil menyembunyikan perasaan pilunya yang sebenarnya sudah terlihat jelas" jelas Samuel memberikan pengertian pada Nindi "Jadi ayolah kita pergi, lain kali kita bisa kesini lagi. Tapi sekarang, hari mulai gelap" lanjutnya seraya merangkul Nindi untuk berdiri dan tak ada perlawanan ataupun kata penolakan darinya. Mungkin karena Nindi pun sudah mengerti dengan keadaan ini

"Aku pergi dulu ya Mom, Dad. Tapi aku akan sering mengunjungi kalian" gumamnya yang mungkin hanya terdengar oleh dirinya sendiri dan Samuel yang masih setia merangkul gadis yang saat berstatus sebagai kekasihnya itu

"Selamat tinggal Mom, Dad. Tenang yah disana, aku akan sering kesini" berbeda dengan Jackson yang hanya membatin sendiri lantaran tak sanggup berkata langsung

*______________________*

Bagaimana, terharu? Terbawa perasaan? Atau kalau kata gaulnya, Baper tidak?
Atau ada yang sudah mewek guling-guling ditanah?
Ih Athornya lebay yah, heheheh

Serius nih, Author tak bakat. Tapi yah, Author akan terus berusaha untuk memberikan kesan indah dicerita Ku yang Abal-abal ini.

Jadi, jangan bosan menunggu lanjutannya yah😉

Hate With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang