"Mei aku bingung!!" ucapku menjambak rambutku frustasi.
"menurutku Le harus tetap melanjutkan pendidikan Le. Umur bukan masalah, ada kok temen aku yang usiannya 18 tahun baru masuk SMA." ucapnya mengusap punggungku pelan. (Le adalah panggilan untuk seorang Tante)
Aku mendongakan kepala menatapnya yang kini juga tengah menatapku. Usiaku dan Mei hanya berjarak 1 tahun 3 bulan. Aku lebih tua darinya, tapi sifatnya justru lebih dewasa dariku.
"aku juga ingin melanjutkan SMA, tapi apa Ayah dan Ibu akan mengizinkannya? Mereka ingin melihat aku segera bekerja." ucapku menunduk lesu.
"beritahu mereka. Le bilang kalau Le ingin lanjut sekolah, Le akan bekerja sambil sekolah. Le akan cari uang sendiri untuk biaya sekolah Le nanti, tapi itu berarti Le gak bisa ngirimin uang buat Nini" nasehatnya.
"aku akan fikirkan, aku pulang” kataku baranjak pergi meninggalkannya yang masih terduduk diatas Ranggon.
(Ranggon adalah tempat seperti gubuk yang dibuat dari susunan bambu yang dikaitkan satu sama lain, dengan bagian masing-masing dinding dibuat setengah tertutup dan atap kadang terbuat dari bahan ijuk).***
Setelah lama memikirkan semuanya, aku telah memutuskan akan melanjutkan pendidikanku. Lagipula benar kata Mei, umur tak akan jadi masalah. Prinsipku sekarang adalah terus belajar dengan sungguh-sungguh, tekun dan insya Allah Tuhan akan membukakan jalan untukku nantinya. Pernikahan yang selama ini menjadi pertimbangan dalam menggapai mimpi segera ku enyahkan untuk sementara waktu, aku percaya jika aku sukses nantinya pasti akan banyak orang bahkan lelaki yang mau menerima diriku. Amin..
Ya, sekarang aku tidak akan terlalu fokus mencari jodohku serta takut terhadap umurku yang nantinya akan terlalu tua untuk menikah jika harus melanjutkan sekolah, karena sekarang aku harus bisa hidup sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
"gimana Le?" tanya Mei, saat ini aku sedang berada dirumahnya.
"aku milih lanjutin Sekolah. Doa'in ya Mei"
"iya, aku pasti doain kok Le" ucapnya semangat sembari menyunggingkan senyuman manis akibat lesung pipit yang berada dibagian pipi kirinya.
"udah kasih tau ke Nini?" lanjutnya. Aku menunduk lalu menggeleng.
"aku takut mereka gak setuju" cicitku.
"mereka pasti setuju" ucapnya kemudian memelukku erat.
***
"Bu" panggilku.
"hm" jawabnya yang masih fokus pada layar televisi yang tengah menampilkan siaran Dangdut.
"ih Ibu mah, serius ini" rajukku.
"apa?" tanyanya masih fokus pada layar televisi.
"aku mau lanjut sekolah, boleh kan?" Ibu langsung memandangku.
"kenapa?" tanyanya.
"ya pengin aja, aku gak mau kalau gini terus. Aku pengin merubah nasib keluarga kita." ucapku menunduk.
"tapi Ibu sama Ayah gak punya uang buat biayanya"
"Key janji gak akan minta uang ke Ibu kok. Key cuma pengin minta izin, dan.. " ucapku menggantung.
"dan?"
"mungkin Key gak bisa kirimin Ibu uang" ucapku menahan tangis. Entah mengapa aku selalu cengeng jika menghadapi permasalahan tentang pendidikan. Tapi aku berusaha agar tidak menangis didepan Ibuku. Aku tidak mau dianggap lemah.
"apa kamu bisa?"
"insya Allah bisa Bu. Asalkan ada kemauan, pasti akan ada jalan"
"baiklah Ibu izinkan. Terus nanti kamu disana tinggal sama siapa?" tanya Ibuku dengab raut wajah yang mulai khawatir.
"mungkin untuk sementara aku akan tinggal bareng mas Pri dan keluarganya. Setelah itu mungkin aku bakalan ngontrak atau ngekos." jawabku.
"yang penting kamu hati hati disana, jaga diri. Jika itu keputusan kamu Ibu akan dukung. Maafin Ibu yang tidak bisa bahagiakan kamu Key" air mata Ibuku meleleh saat memelukku.
"ini bukan salah Ibu, maafin Key, selama ini Key selalu susahin Ibu" ucapku dengan air mata yang tak bisa ditahan lagi.
"lalu Ayah?" tanyaku setelah melepas pelukan kami.
"biar Ibu yang bicara" jawabnya.
***
Hari keberangkatanku ke Jakarta telah tiba, semua orang mendukung keputusanku. Awalnya mereka menolak tapi akhirnya mereka menjadi mendukungku setelah mendengar penjelasanku. Mas Pri juga mengizinkanku tinggal dikontrakannya untuk sementara waktu.
Aku segera menaiki travel yang keluargaku pesan. Aku melambaikan tanganku saat mobil travel mulai melaju meninggalkan kediaman rumahku.
Inilah awal kisahku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, tapi aku Keysha Tiarani sangat yakin akan ada kebahagiaan setelah perjuangan. Aku akan terus berjuang menghadapi masa depan demi merubah nasib keluargaku. Aku tidak ingin menjadi petani atau sekedar pembantu.
Mataku mulai terasa berat hingga akhirnya terlelap.
Sorry pendek, semoga kalian yang mau baca menyukainya. Terima kasih 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
MBA (Married By Accident)- Completed
Romance# 1 in wedding (19/12/19) # 1 in old (05/01/20) # 2 in bullying (14/05/20) # 3 in boy (14/05/20) # 4 in rahasia (14/05/20) Keysha Tiarani gadis remaja 18 tahun yang terpaksa tidak melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi karena faktor e...