The Angel 29 Ultah √

26.9K 1.1K 1
                                    

Kuperhatikan rumah besar tempat tinggalku dan Rey yang terlihat berbeda, bukan bentuknya tetapi karena terdapat beberapa mobil Rey yang kutau selama ini berada digarasi, kini justru terpakir dihalaman rumah kami. Dan juga terdapat mobil yang sudah kukenali yang tak lain adalah mobil mamah Karin, mertuaku juga ada diantaranya.

Aku mengernyitkan alisku dan menatap Rey yang juga tengah menatapku, sementara Devan sudah lari masuk kedalam rumah.

"kenapa ramai"

"kejutan menunggumu didalam sweetheart" katanya, menggenggam tanganku dan menuntunku masuk kedalam.

"KEJUTAN!!" teriak semua orang, aku menutup mulutku tak percaya dengan apa yang kulihat. Seluruh keluargaku yang berada didesa kini tengah berdiri beramai-ramai memakai topi kerucut khas ulang tahun dengan sebuah kue ulang tahun berbentuk doraemon yang dipegang putraku, Devan.

Tak terasa air mataku meleleh, terharu melihat kejutan yang mereka persiapkan untukku.

"apa kamu bahagia?" tanya suami tampanku yang berdiri disampingku dan tengah menghadap diriku.

"sangat" seruku.

"selamat ulang tahun my wife" katanya sembari memberikan sebuket mawar putih dan boneka doraemon berukuran besar kesukaanku yang baru saja diberikan oleh dua orang pelayan yang berdiri tak jauh dari posisi kami sebelumnya. Aku menerimanya, mengucapkan terima kasih dan memeluknya.

"ciee cieee" seru semua orang. Aku melupakan mereka, pipiku memanas menerima seruan mereka, aku melepaskan pelukanku dengan senyum malu.

"ekhem khem" dehem kak Rey yang sepertinya menyadari tingkahku. Semua orang berhenti bersuara kemudian satu persatu dari mereka berjalan mendekat bergantian mengucapkan selamat untukku.

"selamat Le, makin tua sekarang" entah ucapan atau ejekan yang diucapkan keponakanku Feri untukku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"selamat Key" ini kakak iparku, mba Fitri yang sempat aku tumpangi rumahnya saat aku pertama kali ke Jakarta.

"terima kasih mba" kataku.

semua mengucapkan selamat hingga para pelayan dan pekerja pun tak luput mengucapkan dan menyampaikan segala doanya untukku.

****

"kok kalian gak cerita si kalau mau datang hari ini" tanyaku dengan memasang ekspresi cemberut andalanku saat merajuk.

"jangan salahkan kami Key, tanyakan pada suamimu itu, kenapa ia tidak memperbolehkan kami langsung kesini tadi malam" jawab mbaku, anak nomer 3, ibunya Mei. Aku menatap kak Rey yang duduk di sebelahku sedang menikmati kue yang sudah dipotong. Ia menampilkan senyum menyebalkannya padaku.

"tapi kami seneng, karena Le Rey, kami akhirnya bisa ngrasain nginep dihotel mewah, iy gak mba" potong dan tanya Feri pada kakanya Mei yang duduk dkursi berbeda dengannya.

"hm" jawabnya sembari menganggukan kepalanya sebagai jawaban setuju. Aku semakin mengerucutkan bibirku mendengar ucapan keponakanku itu.

Suara tawa terdengar dari kumpulan para orang tua yang tengah berkumpul ditempat berbeda dari kami para anak muda berhasil mengambil alih perhatianku, aku menatap mereka hingga sepertinya ayah menyadarinya, terbukti dengan beliau yang menghentikan tawanya diikuti yang lain dan kemudian melihat kearahku. Ayah melambaikan tangannya, menyuruhku agar mendekat, aku mencolek lengan kak Rey dan kemudian menunjukkan jari telunjukku kearah kumpulan orang tua kami. aku dan kak Rey segera bangkit, pamit permisi dan berjalan mendekat kesana.

"sini duduk" persila mamah padaku dengan menepuk sofa kosong disampingnya setelah kami sampai ditempat mereka. Aku duduk dengan Rey yang memegangi lenganku pelan. Sudah kubilang bukan, kalau sekarang aku semakin sulit bergerak, contohnya sekarang, hanya untuk duduk maupun bangun aku membutuhkan bantuan seseorang.

"jadi apa semua persiapan acara 7 bulanan Key sudah siap?" tanya ayah saat Rey sudah ikut duduk disofa single sampingku.

"semua sudah siap ayah, besok kita tinggal kesana saja" semua orang menghela nafas lega mendengar jawaban Rey.

"ayah sudah tidak sabar menunggu cucu-cucu ayah lahir" kata ayah sembari menatapku sembari memperlihatkan senyuman tulus diwajah keriputnya.

"saya juga begitu pak, mereka adalah cucu-cucu pertama saya" jawab mamah sembari mengelus perut buncitku. semua orang bahagia, termasuk putra tiriku, Devan. Kulihat ia yang sekarang tengah bermain dengan Feri dan juga adiknya Yuli. Walaupun wajah Devan tetap terlihat datar, tapi aku menyadari ada kebahagiaan yang tengah ia rasakan.

Semoga semua akan tetap berjalan lancar dan semestinya, tidak ada masalah yang akan menghancurkan bahkan menghilangkan senyum dikeluarga ini.

Hai! Hai! Hai! I'm come back guys, apakah ada yang menunggu???

TBC
1 Desember 2019

Thank's
Ethiopiaphia

MBA (Married By Accident)- CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang