Tahan bahagia ini Tuhan
Aku sedang menikmatinya...
Di dalam sebuah kamar yang begitu luas dengan kasur yang begitu besar, seorang gadis yang begitu mungil tertidur dengan penutup mata bergambar dora dan juga piyama dora miliknya. Tubuh mungil itu bagaikan tenggelam di lautan kasur dan selimut.
Matanya terpejam, penutup mata itu menghalangi sinar matahari yang menyelinap melalui ventilasi udara. Suara berisik dari bawah sepertinya tidak jadi masalah, toh, mimpinya sangat indah kali ini.
Brak.
Pintu di buka dengan kasar. Rana tetap terlelap, begitu menikmati waktu tidurnya yang sangat berharga hingga akhirnya sesuatu yang berat menimpanya.
"Mowning Rana kesayangan Mama!"
Tentu. Siapa lagi yang akan membuat suara seperti itu jika bukan seseorang yang saat ini tidur di atas Rana, menimpa gadis itu tanpa dosa.
"Mama berat, Rana masih mau tidur." Gadis itu menggeliat ke kanan, namun tertahan oleh berat mamanya.
"Rana, anak Mama yang paling gemesin, ini udah jam 7 sayang. Kamu mau bangun jam berapa lagi?"
Jam 7? Apa?! Kenapa mamanya baru membangunkannya sekarang?!
Ya Tuhan, matilah Rana.
"Mama, ih!" Rana bangun dengan spontan, membuat tubuh mamanya terjatuh tak berdaya di sisi kanan kasur. Gadis itu menyambar handuknya, buru-buru melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
...
Sialan. Rana tak akan pernah melupakan ini. Ini hari tersialnya.
1. Tidak ada yang membangunkannya.
2. Tidak ada yang mengantar.
3. Kedua kakaknya meninggalkannya.
4. Rana harus mencabuti rumput taman sekolah yang tingginya hampir sepinggang gadis itu."Kasian, begitu malang nasibmu adikku. Lanjutkan hukumanmu, tapi jangan melas begitu, aku jadi ingin ketawa. Hahahahaha." Senandung bodoh dengan nada asal-asalan itu tentu muncul dari mulut Rendi yang kini berdiri di samping pacarnya.
Di belakang Rendi, seorang lelaki yang merupakan teman satu kelas Rana tersenyum tipis. Rana memelototi pria itu, sontak membuat lelaki dengan baju yang tak rapi itu berjalan ke arahnya.
"Lo nggak bangunin gue!" ucap Rana cepat dengan nada merajuk saat Dimas berjongkok di sampingnya.
"Hape lo nggak aktif."
"Jangan bohong, Dimas. Hape gue aktif." Kalimat yang dikatakan Rana mungkin lebih cocok jika diucapkan oleh seorang wanita yang marah pada kekasihnya. Tapi percayalah, tak ada yang spesial dari hubungan persahabatan Dimas dan Rana.
"Aku yang matiin, aku yang di sini qaqa~"
"Kak Rendi!" Rana rasanya ingin berlari menjambaki rambut gondrong Rendi. Tapi apalah daya, di samping pemuda itu ada sosok wanita cantik bernama Sinta yang bodohnya mau berpacaran dengan Rendi.
"Adekku udah bisa bentak-bentak," Rendi bernyanyi lagi, nadanya lebih hancur dari yang sebelumnya. Sinta terkekeh, gadis itu kemudian berjalan ke arah Rana dan menepuk-nepuk pundak Rana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Good Bye
Teen FictionMasalah demi masalah berdatangan ke hidup Rana, tentunya mengganggu setiap hubungan yang dijalin oleh gadis itu. Sisi berbeda terlihat dengan sendirinya dari orang-orang yang ia sayang. Semuanya memiliki sisi gelap yang tak pernah Rana tahu. Hingga...