Malam di mana bintang bertaburan begitu banyak di langit, membuat gemerlap indah yang menakjubkan adalah malam yang begitu luar biasa untuk penikmat angkasa.
Di sebuah rumah bernuansa angkasa yang begitu mencolok di antara rumah lainnya, Dimas sedang menyiapkan diri untuk mengetuk pintu kamar sang mama.
Hubungannya dengan mama tak begitu baik, terlebih setelah papa meninggal saat ia duduk di kelas 2 SMP.
Dulu, saat papa masih hidup, beliaulah yang selalu memberikan kejutan untuk mama. Tapi sekarang, tidak sama lagi.
Hampir 4 tahun setelah kematian papa Dimas tak pernah memberikan kejutan ataupun sekadar mengucapkan selamat ulang tahun kepada mamanya.
Sudah ia katakan, hubungannya dengan sang mama tak pernah baik.
Tok tok tok
Dimas menghela napas saat tangannya berhasil mengetuk pintu.
Tak butuh waktu lama untuk menunggu, karena tiga detik setelah ketukan itu pintu kamar langsung terbuka.
"Dimas?" Rumi tampak tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Biasanya, ia hanya melihat Dimas saat pagi hari. Karena setelah pulang sekolah, pemuda itu langsung masuk ke kamar dan keluar saat pagi untuk sarapan. Setelah itu, mereka punya dunia sendiri.
"Selamat ulang tahun, Ma." Ucap Dimas. Jantungnya berdegup kencang saat kalimat itu lolos dari bibirnya.
Kaki Dimas bergetar, tangannya mengepal hebat. Ia adalah penyebab mengapa hubungannya dengan Rumi tak pernah baik.
Rumi selalu menjadi ibu yang baik untuknya, selalu menyayangi Dimas bahkan di saat tahu bahwa anak itu bukanlah anak kandungnya.
"Dimas," bahu Rumi bergetar hebat. Wanita itu menempelkan kepalanya di dada Dimas, menangis dalam dekapan anaknnya.
Rumi bahkan tak pernah mendengar Dimas mengucapkan kalimat itu. Rumi bahkan masih ingat saat Dimas kecil tampak tak peduli dengan ulang tahunnya, tapi memberikannya permen secara diam-diam.
Putranya begitu menggemaskan bukan?
"Sehat selalu, Ma," Dimas membalas pelukan mamanya, memejamkan mata.
Hatinya mengucapkan banyak terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang Rumi berikan, terima kasih karena sudah menjadi ibu yang baik, terima kasih karena memberikan Dimas begitu banyak cinta hingga ia tumbuh tanpa kekurangan kasih sayang seorang ibu.
"Mau ke lapangan?"
...
Ana terus memandang ke arah pintu, menunggu tamu spesialnya. Perasaannya tak tenang. Berkali-kali ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa Dimas akan datang.
Semua orang sudah berkumpul, Tika, Julio, Aga, Rendi, Sinta dan Fee sudah berada di halaman belakang. Tinggal tiga orang lagi yang belum berada di sana. Yang pertama tentunya Ana, kedua Dimas dan yang terakhir Rana.
"An,"
Ana menoleh, menatap Fee yang berjalan ke arahnya setelah mengambil minuman dari dapur.
"Lo udah di suruh ke sana,"
"Sebentar lagi, Fee. Lo duluan aja."
"No. Ayo, An." Fee menarik tangan Ana, membawanya ke halaman belakang lewat pintu di dapur.
Sepertinya, Dimas memang tak bisa datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Good Bye
Teen FictionMasalah demi masalah berdatangan ke hidup Rana, tentunya mengganggu setiap hubungan yang dijalin oleh gadis itu. Sisi berbeda terlihat dengan sendirinya dari orang-orang yang ia sayang. Semuanya memiliki sisi gelap yang tak pernah Rana tahu. Hingga...