31. Rana

670 40 0
                                    

...

"Siapa yang telepon, Ran?" Julio mengalihkan pandangannya dari jalan kala ponsel Rana terus-terusan berbunyi.

"Dimas, Pa. Kenapa ya dia tiba-tiba nelepon aku?"

"Jangan diangkat!" sergah Julio langsung. Rana mengernyit, tapi gadis itu tetap menuruti perintah Julio. Tanpa pikir panjang, Rana langsung memasukkan ponselnya ke saku.

Julio langsung menoleh ke belakang kala mendengar sirine mobil polisi. Rana yang berada di sampingnya pun segera mengikuti Papanya.

"Mereka kejar siapa, Pa?" tanya Rana. Gadis itu menatap Julio yang kini sudah menambah kecepatan mobilnya hingga Rana sedikit terkejut.

Julio mengambil ponselnya di saku, mencari kontak Fee. Ia sedikit kesulitan saat sedang mencari nama Fee. Pasalnya, ia harus membagi fokusnya pada tiga hal; jalan di depannya, nama Fee, dan mobil polisi yang mengejar di belakang.

Setelah menemukan kontak Fee, Julio langsung menghubunginya. Dan untungnya, Fee langsung mengangkat panggilan itu.

"Sembunyi sekarang!"

Rana mengernyit mendengar nada suara Julio yang mulai meninggi. Yang membuatnya penasaran, siapa orang yang berada di seberang telepon sana?

"Sudahlah, Om. Rekan kita sudah terlanjur memberitahu markas rahasia ini." Jawab Fee dengan nada sedikit kecewa.

"Di mana kamu sekarang?"

"Di dalam mobil polisi."

"APA?!"

"Mereka yang mengangkat telep--"

Bukan Julio yang menyudahi panggilan itu, melainkan polisi yang memegangi ponsel Fee.

Julio kembali menoleh ke belakang, menyadari bahwa mobil polisi itu sudah cukup dekat dengan mobilnya.

"Kok kayaknya mereka kejar kita, Pa?"

"Bukan, Ran. Mereka bukan kejar kita." Jawab Julio berusaha tenang.

"Pa, mereka kejar kita!" ucap Rana lagi saat melihat mobil lain datang dan salah seorang polisi mengarahkan pistolnya keluar jendela tepat ke arah mobil mereka.

Julio menatap Rana tajam. Ia kembali mempercepat laju mobilnya.

Perasaan Rana sudah tak enak. Kenapa polisi-polisi itu mengejar papanya? apa yang terjadi sebenarnya?

...

Dimas tak tahu harus mengendarai motornya ke mana. Ia sudah pergi ke sekolah dan Rana sudah tak ada di sana. Sekarang, ia seperti seseorang yang pergi tanpa tujuan.

Ia tak tahu harus membawa motornya ke mana lagi. Ia tak tahu harus mencari Rana ke mana lagi. Ia benar-benar sudah kalap sampai menganggap semua idenya sangat mustahil.

Seandainya tadi ia tidak mengantar Ana, mungkin Rana tak akan berakhir dengan Julio. Seandainya Dimas menunggu sampai Rana benar-benar dijemput dan diantarkan ke rumah, Rana pasti akan selamat sampai tujuan.

Say Good ByeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang