LMBYRW 15

340 24 0
                                    

Pagi hari. Handoko terlihat lesu mengaduk-aduk bubur ayam yang sengaja dipesannya saat Reina ke luar rumah satu jam yang lalu untuk membeli sarapan. Pulang-pulang, Reina berbinar-binar mengatakan padanya bahwa letak komplek tempat tinggal mereka sangat strategis. Sambil memindahkan bubur ayam Handoko ke piring, Reina berceloteh dengan gembira tentang penjual bubur ayam, penjual nasi uduk, minimarket, supermarket, jasa laundry, pasar tradisional, hingga tukang jahit di dekat rumah mereka. Tapi Handoko tidak menanggapi apa-apa. Dia terlalu letih untuk ikut berbicara.

Tubuh Handoko terasa kaku, matanya masih sulit terbuka seutuhnya. Ingin melanjutkan tidur yang tidak bisa dikatakan nyenyak, tapi waktu melarangnya untuk melakukan itu. Hari ini dia harus ke kantor Big FM untuk menghadiri rapat, padahal jatah cuti menikahnya belum habis. Walaupun Handoko seorang bos, dia tetap tidak bisa berlaku sesuka hati. Handoko mendesah nyaris frustasi meratapi hidupnya yang penuh dengan jadwal yang telah diatur.

Reina yang merasa tidak melakukan kesalahan, keheranan melihat suaminya yang terlihat seperti orang depresi. Sambil menikmati nasi uduknya, mata Reina tak lepas mengawasi Handoko. Hari ini moodnya sedang baik. Reina mendadak jadi bersemangat setelah Handoko mengaku dirinya bukan gay, dia hanya 'takut' perempuan. Reina pun memantapkan hati untuk menjadi seorang istri yang baik agar Handoko tidak takut padanya. Sayangnya Handoko malah bertingkah aneh dan mengacuhkannya.

Hening, hanya suara kunyahan Reina yang terdengar jelas. Hal itu akhirnya membuat Handoko berdecak kesal. Dia tidak suka ada orang makan sambil bersuara. Menurutnya itu menjijikkan dan tidak sesuai adab makan.

Handoko melirik Reina sebal. Yang dilirik semakin mengeraskan suara cecapannya. Bahkan Reina tidak malu membersihkan sela-sela giginya yang mungkin tertempel sisa makanan yang dimakan menggunakan ujung jarinya, lalu menggigit makanannya lagi. Mata mereka saling menantang. Handoko menggenggam erat sendoknya melihat ekspresi Reina yang sekarang sedang menggerakkan lidahnya membersihkan sela-sela giginya.

Dasar barbar! umpat Handoko dalam hati.

Handoko benar-benar kehilangan selera makan. Dia menunduk dan mendorong piring buburnya ke depan, menandakan dia sudah selesai. Reina yang melihat itu langsung menghentikan kegiatan makannya yang terasa nikmat pagi ini. Matanya naik-turun memandangi Handoko dari ujung rambut sampai perut, terhalang meja makan.

Kenapa? Handoko bahkan belum ada menyendokkan bubur ayam itu ke mulutnya. Gayanya aja yang sok bos minta dibelikan bubur ayam, nyatanya dia nggak makan sama sekali. Reina geleng-geleng kepala sambil terus mengomeli suaminya dalam hati.

"Kenapa buburnya nggak kamu makan?" tanya Reina serius.

Handoko menopang dagu, mengalihkan pandangannya dari Reina. "Nggak selera," jawabnya singkat.

"Sakit maag, tahu rasa kamu," ucap Reina lalu kembali melanjutkan sarapannya.

Sebenarnya Reina bingung sekali. Suaminya mendadak seperti orang merajuk. Reina mengingat kejadian yang mereka lalui kemarin malam. Dia memang sempat marah pada Handoko, ngotot mau tidur di kamar lain, lalu Handoko memohon-mohon agar tidak ditinggal tidur sendirian. Tapi kemudian Reina menjadi perempuan paling lembut sedunia setelah Handoko menyatakan kebenaran dari dirinya. Mereka tidur dengan posisi berjauhan seperti musuh dalam selimut, namun Reina tidak meninggalkan Handoko-yang takut tidur sendiri-sama sekali. Lalu apa yang salah?

Handoko memainkan tabletnya, mengabaikan Reina dan tampang keheranan bercampur kebingungannya. Sesekali Handoko memejamkan matanya rapat, lagi-lagi mendesah, seperti ada tali baja tak kasat mata yang mengikat pernapasannya.

Reina tidak biasa melihat orang stres di hadapannya. Kalau dia yang stres sih, biasa. Waktu mau menikah juga Reina kan sempat dilanda stres. Tapi ini, bukan dirinya. Lagi pula Reina sudah bertekad tadi malam, dia akan menjadi istri yang baik, dia harus bisa membuat Handoko nyaman saat bersamanya. Handoko ternyata tidak gay. Jadi dia harus bisa membuat Handoko... menyukainya. Seharusnya Handoko terus nyengir sepanjang kebersamaan mereka ini.

Let Me Be Your Real Wife [Repost, Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang