LMBYRW 5

1.4K 66 5
                                    

Aku melirik arloji yang melekat di pergelangan tangan kiriku. Sudah pukul 8.30 malam. Aku berdecak. Ah, tapi kukira belum saatnya aku pulang. Aku kembali meniup mie instan cup panas yang baru kuseduh beberapa menit yang lalu, kemudian memakannya. Terasa nikmat sekali. Setidaknya keberadaan mie instan cup yang aroma kuahnya begitu menggoda ini dapat mengalihkan perhatianku sejenak dari kekhawatiran yang tidak mau pergi dari pikiran.

Komputer di meja kerjaku masih menyala, padahal sudah tidak ada yang bisa kukerjakan karena memang hari ini aku tidak sedang mengejar deadline hingga membuatku terpaksa lembur. Alasan satu-satunya aku masih tinggal di kantor adalah menghindari pak Han, atau pak Syarif, ataupun anggota keluarganya yang lain. Sudah beberapa hari aku berbuat begini-menghindar. Panggilan telepon pak Han bahkan tidak pernah kugubris, kecuali saat aku sedang bersama ibu. Setiap hari aku keluar rumah untuk berangkat ke kantor pagi-pagi buta. Syukurlah bus ada yang lewat bahkan sebelum fajar menyingsing. Sementara itu, aku selalu mengupayakan diriku agar bisa pulang malam. Kubuat segala macam alasan pada pak bos agar ia mengizinkanku tinggal lebih lama di kantor.

"Reina, jam berapa kamu pulang? Aku udah selesai, nih." Sarah, rekan satu ruanganku bersama Delia, menanyaiku dari balik mejanya. Ia tampak kusut dan kusam. Maklum saja, sudah empat hari berturut-turut dia lembur. Akulah yang menemaninya selama masa lemburnya itu. Pernah sekali aku menawarinya untuk membantu, tapi dia dengan tegas menolak karena tidak mau uang lemburnya dibagi dua. Jadi aku diam saja.

"Mungkin sebentar lagi, Sar," sahutku menjawab pertanyaan Sarah.

Sarah menguap. "Aku duluan, ya? Capek banget," katanya.

"Yaudah gih, pulang. Minum air jahe biar segar."

Sarah melambaikan tangannya padaku sebelum menghilang dari balik pintu. Aku tersenyum kecil membalasnya. Sekarang aku sendirian. Di ruangan lain mungkin masih ada beberapa karyawan yang belum pulang, tapi aku terlalu malas bergerak untuk menyapa mereka. Kupandangi mie instan cup-ku yang masih beruap. Tiba-tiba pikiran itu terlintas di benak gilaku. Apa sebaiknya aku kabur dari rumah saja sampai pak Syarif atau pak Han menemukan perempuan lain untuk dinikahi?

Tanpa berpikir lebih panjang lagi, aku meletakkan mie instan cup-ku ke atas meja lalu memandang komputer dengan serius. Aku bisa nekat kalau aku mau. Tapi bagian waras dari diriku yang hanya sekian persen bertahan terdengar mengolok, gak tau diuntung kamu, Rei. Hal itu membuatku meringis tertahan.

"Kok belum pulang kamu, Rei?" Pak bos keluar dari ruangannya, menyapaku. Aku langsung tersentak dan memaksakan diri tersenyum.

"Pop mie saya belum habis, Pak, hehehe." Aku menunjuk mie instan cup-ku yang tersisa separuh. Sebuah jawaban yang tidak etis.

Pak bos geleng-geleng sambil berjalan melewatiku. Sepertinya mau ke toilet. Aku menghela napas lega. Syukurlah pak bos itu sudah seperti ayah keduaku. Dia sangat pengertian dan perhatian. Dia tidak pernah marah walau terkadang aku bertindak seperti orang tersesat. Menurut cerita-cerita yang kudengar dari para karyawan bermulut banyak, anak perempuan pak bos yang meninggal sebelum aku bekerja di kantor ini sangat mirip denganku. Karena itulah pak bos merasa seperti melihat anaknya pada diriku. Orang-orang tidak tahu saja, aku sudah biasa dikatai mirip dengan si ini mirip dengan si itu di luar sana.

Selanjutnya aku kembali fokus pada komputer, mengetik sesuatu.

***

"Reina."

Mataku otomatis melebar karena mendengar suara itu. Aku menoleh dan seketika kaget sampai-sampai rasanya jantungku mau copot. Sebuah mobil mengikuti di sebelahku yang sedang berjalan santai menuju halte. Aku berani bersumpah, mobil itu tidak mengeluarkan suara sama sekali. Bahkan suara gesekan ban dan aspal juga tidak terdengar walaupun samar. Tak lama kemudian orang menyebalkan memunculkan wajahnya dari balik kaca mobil. Dia menaikturunkan alisnya, seolah merasa bangga karena berhasil menemukanku.

Let Me Be Your Real Wife [Repost, Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang