22

281 5 2
                                    

Jantung bella berdetak dengan kencang, beberapa kali dia mengerjapkan matanya dan keringat di dahinya menunjukan jika wanita ini sedang merasa khawatir.

kakinya sudah tidak kuat menopang berat tubuhnya tangannya bersandar pada wastafel.Air mata yang seharusnya tidak pernah terlihat sekarang berhasil membasahi pipi merahnya.

Bella kembali menahan air matanya, dadanya sangat sesak. Sungguh apakah pria itu tahu yang sebenarnya atau ini hanya kebetulan.

Bella sudah tidak ingin kembali lagi keruang rapat itu, dia juga sempat mengirimi pesan kepada Alvin jika dia sedang kurang sehat dan harus pulang, entah pria itu akan mempercayainya atau tidak.

Suara ketukan heels Bella terasa mendominasi di lobby yang terlihat lenggang, pemilik dari suara itu justru hanya memiliki tatapan yang sulit diartikan.

Bella hanya memandang pohon-pohon dan gedung-gedung yang tampak indah dengan lampunya. Sepanjang perjalanan pikirannya sudah melayang entah kemana, hari ini dia memilih pulang ke apartemennya.

Bella menaiki tangga apartemennya menuju lantai dua. apartemen ini hanya memilki tiga lantai jadi wajar saja jika tangga sepertinya cukup untuk mereka gunakan berlalu lalang. meskipun terlihat sederhana namun apartemen di sini cukup besar dan nyaman dibanding apartemen di pusat kota lainnya, setiap apartemen disini memilki dua lantai dan tiga ruang tidur. Bella merasa nyaman disini karena pemilik apartemen yang tidak terlalu banyak membuat Bella mudah akrab dengan semua penghuni, bahkan mereka semua sudah seperti keluarga satu sama lain.

Bella membuka pintu apartemennya, dia sedikit terkejut saat pintunya sudah tidak terkunci. Dia yakin ada seseorang yang masuk kedalam, Bella melepas high heels nya untuk meredam suara. Bella memilih masuk dengan mengendap-endap seperti pencuri di rumahnya sendiri, dia sungguh ingin menangkap perampok itu dengan tangannya.

Bella mengedarkan pandangannya, lampu di sini cukup tamaram sepertinya orang tersebut sengaja membuat suasana di apartemennya menjadi seperti ini. Mata indanya terus menyusuri setiap keanehan di dalam sini.

Sepertinya tidak ada yang berniat mencuri apapun dari sini, terbukti dengan Tv yang masih setia di tempatnya dan kamar Bella yang masih tertutup rapi. Tapi siapa yang telah masuk kesini dan apa tujuannya.

Brakk.

Sumber suara tersebut terdengar dari sebuah ruangan, Bella baru ingat jika dia memiliki satu ruang rahasia yang sengaja dia lengkapi dengan perlatan keamanan super canggih bahkan Bella yakin tidak ada satupun hacker yang dapat membobolnya.

Bella mengendap mendekati ruangan tersebut, Bella juga sempat menarik laci di dapur dan mengambil senjata yang selalu dia simpan disana untuk berjaga-jaga. Mata indah Bella mengintip sedikit kedalam ruangan tersebut. Benar saja pintu besi itu telah terbuka, Bella semakin merapatkan tubuhnya pada tembok dan bermaksud melihat lebih dalam seperti apa lawan yang akan dihadapinya sekarang.

lampu diruangan ini lebih terang dari pada di luar, terlihat dengan jelas seorang pria dengan setelan jas tengah memunggunginya, Bella memutuskan untuk masuk keruangan tersebut dan menodongkan pistolnya ketengkuk pria itu.

"Menyerahlah!"

Pria tersebut tampak tidak mengangkat tangannya seperti penjahat yang baru tertangkap basah, tubuhnya tampak tenang dan pria tersebut mulai berbalik dan menunjukan mata setajam elangnya.

Mulut Bella terbuka sempurna, dia terkejut dengan sosok pria dihadapannya, senjata ditangannya pun hampir terjatuh, namun Bella cukup cerdas untuk segera mengumpulkan kesadarannya kembali.

Bella justru kembali menodongkan moncong pistolnya ke arah pria tersebut.

"Ada apa kau kesini?"

"Jawab aku Bell, apa kau benar anak dari Mr.Johanson Harrison"

Ternyata benar, pria ini sudah mengetahui semuanya sejak awal dan rapat tadi apakah hanya sandiwara semata.

"Apa urusanmu Rey"

"Bell"

"Jika aku berkata tidak"

"Jangan bohong kepadaku Bella, kau anak dari Amy Harisson benar bukan?"

Hati Bella berdegup saat nama ibunya kembali dia dengar. Dia tidak bisa mengatakan tidak untuk ucapan yang dilontarkan oleh pria tampan dihadapannya, sepandai apapun dia berbohong ibunya tetap kelemahan terbesar bagi Bella.

"Cukup sweet heart wajah cantikmu sudah memberikan jawabannya" Reyhan kembali membelakangi Bella dan melanjutkan kegiatan yang tertunda tadi, dan ya akhirnya setelah cukup lama dia mencari Reyhan ahirnya menemukan kaset CD yang dia cari.

"Berhenti Rey, apa yang akan kau lakukan dengan itu" Bella semakin gencar menodongkan senjatanya kearah pria yang justru tidak terlihat tidak takut sama sekali dengan ancamannya.

"Hentikan itu Sweet heart, lagipula kau tidak akan berani menembakku"

"Siapa bilang"

"Baiklah, kalau begitu lakukan" Reyhan merentangkan tangannya, dia menantang wanitanya untuk melakukan seperti yang dia ucapkan.

"Lakukan sekarang sweet heart"

"Lakukan Bella, Sekarang!"

Bella memejamkan matanya, tangannya tidak mampu untuk menarik pelatuk pelurunya, Bella menjatuhkan pistolnya.
Reyhan menunjukan senyumnya, sepertinya Rey bisa membaca pikiran wanita cantik ini.

Reyhan menarik tangan Bella keluar ruangan tersebut, Rey juga memaksimalkan cahaya ruangan diluarnya. Dia mendudukan wanita cantik tersebut ke sofa kosong disebelahnya dan meraih laptop yang sengaja dia bawa.

"Apakah kau sempat membuka ini sweet heart?"

Bella menggelengkan kepalanya. Bella tahu apa isi di dalamnya tentu saja dia tahu bersama berkas yang dia temukan bersama dengan kaset CD itu namun Bella tidak berani membuka rekaman tersebut.

Reyhan memutarnya, rekaman tersebut terlihat amatir mungkin si perekam menggukanan kamera handphon saat merekam kejadian tersebut.

Terlihat orang-orang berkumpul di jalan raya. Bella membenamkan wajahnya dibahu Reyhan, dia terlalu takut untuk melihat selanjutnya.
Rey berusaha menenangkan Bella dengan membelai kecil rambutnya. Rekaman tersebut menarik kembali ke masa kejadian berlangsung, dimana Mrs.Harisson dan nona Alisson mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Saat kejadian berdarah tersebut sudah berlalu, Rey mempause rekaman tersebut dan berusaha membujuk Bella agar mau melihatnya.

"Aku tidak mau Rey"

"Semua sudah berlalu Bell, percaya padaku"

"Tidak Rey"

"Sweet heart percaya padaku, semua baik-baik aja"

Bella membuka matanya perlahan, dia melihat rekaman tersebut sudah dijeda dan memperlihatkan seorang pria dengan hoodie hitam, masker dan kacamata hitam pria tersebut tampak tidak tertarik dengan kejadian yang sukses membuat banyak orang berkumpul.

"Siapa dia Rey?"

"Dia adalah pembunuhnya"

He is ghost CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang