Seharian ini, Radika tidak berhenti memberi Kia berbagai macam hadiah. Setelah memberikan kejutan penuh balon di kamarnya, Dika juga menyiapkan makan malam romantis. Puncaknya adalah saat ini. Mereka sedang menikmati kembang api yang Radika pesan khusus.
"Semenit lagi, hari ulang tahun kamu berakhir" bisik Radika.
Kia mengangguk. Senyumnya lebar sekali. "Ini ulang tahun paling mengagumkan buat aku, Dik. Aku gak tahu kamu bisa seromantis ini" Kia kemudian menoleh, menatap Dika. "Aku gak mau ini berakhir"
"Kamu gak perlu takut ini berakhir, Ki." kata pemuda itu merengkuh Kia ke dalam pelukannya. "Kamu juga gak perlu ulang tahun setiap hari.. Karna sebisa mungkin aku bakal usahain kamu bahagia setiap saat"
Kia mendengus. "Kamu tahu aku gak butuh janji, Dik. Kamu tahu aku udah gak percaya janji"
"Kalau gitu biarin aku buat buktiin. Terima aku dan aku akan tunjukin" jawab Radika tersenyum manis.
Mendadak Kia merasakan dia butuh nafas buatan.
***
"Kia, lo habis ini ada acara gak?" kata Amelia agak keras. Cewek itu membereskan buku-bukunya dengan susah payah.
Kia yang sudah selesai beres-beres pun refleks menolehkan kepalanya pada Radika yang masih sibuk sendiri. "Gue langsung pulang aja kayaknya" jawabnya akhirnya.
"Ikut gue beli buku yuk"
Kia menelan ludah. Belum ada yang tahu soal perjodohan antara dirinya dan Radika. Dia juga gak bisa meninggalkan Radika untuk pulang sendiri karna dia sudah memutuskan untuk memberikan jawaban.
Kia ingin mencoba menerima hubungannya dan Dika.
"Gue gak bisa, Mel, sorry ya"
"Mau kemana emang?"
"Udah ada janji mau pulang bareng sama orang hehehe" Kia melirik Dika sedikit dan melihat cowok itu tengah tersenyum mendengar jawabannya.
"Yah yaudah deh" gumam Amelia kecewa.
Setelahnya barulah Kia kembali menatap lurus ke depan. Hendak memakai tasnya ketika kemudian Dika mengusap puncak kepalanya lembut.
"Makasih udah pilih aku sekali ini"
Kia langsung melengos. Takut ketauan sedang tersipu.
Setelah di rasa Sekolah sudah agak sepi, baru lah mereka memutuskan untuk keluar kelas bersama. Ada sesuatu hal yang membuat Kia bingung, yaitu, sikap Radika yang terlihat normal. Padahal semalam dia baru saja mengutarakannya pada Kia kan?
Seharusnya dia canggung atau malu. Tapi Radika masih kelihatan biasa saja.
"RADIKAAAAA"
Radika menoleh. Kia ikut menoleh. Disana ada seorang gadis yang berlari kecil ke arah mereka.
Mereka-Radika dan cewek itu- terlibat percakapan seru yang Kia tidak mengerti. Entah bagaimana selanjutnya, tetapi tiba-tiba Dika menatapnya menyesal.
"Ki, maaf aku gak bisa nganter kamu pulang. Ada masalah yang harus aku tangani. Aku udah pesen gojek buat kamu. Kalau sudah sampai kabarin aku ya? Aku pergi" pamitnya kemudian mengecup sekilas kening Kia.
Kia mematung. Matanya menatap nanar ke arah punggung Dika dan gadis di sebelahnya. Kemudian meraba dadanya, jantungnya.
Kok sakit ya?
***
Masih ada gak yang nungguin cerita ini?
Aku tau banget cerita ini tuh gaje dan yah gak layak dibaca. Tapi aku berterima kasih banget sama yang udah sempatin baca dan vote dan komen juga. Thank you guys..
Kalian gak tahu betapa senengnya aku ngeliat karya tak bermutu ini di sukai.
Btw aku butuh cover baru. Ada yang bisa bantu gak?
-D
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEEU
Teen FictionKia benci sekali dengan yang namanya Dika. Alasannya bukan karna Dika ini nakal, doyan ngupil, menyebalkan, dan jahil. Tetapi yang membuat Kia sangat sangat membencinya adalah karna namanya dan Dika yang nyaris sama. Seolah tak cukup hanya disitu, D...