Part 21 : Jangan

1K 58 2
                                    

"Gue udah mutusin, Dik. Kayanya mau dipaksa kaya apa juga kita gak bakal bisa bareng" Dalam satu tarikan napas, Kia berhasil mengatakannya tanpa gemetar.

Radika mengerutkan keningnya. Sepertinya mereka sudah sepakat untuk menggunakan aku-kamu. Tapi hari ini Kia mendadak mengubahnya kembali. Dika tidak ingat dia telah melakukan kesalahan.

Tanpa aba-aba, Dika menggenggam tangan Kia. "Aku salah?"

"Enggak" kata Kia langsung. "Lo gak salah sama sekali. Gue cuma.. gak mau kejadian sama Sandy terulang lagi. Gue gak siap kalau harus diselingkuhin lagi"

Kia masih ingat. Perempuan yang kemarin berjalan dengan Radika itu cantik sekali. Dalam sekali lihat, sudah dapat di pastikan kalau Kia dan gadis itu bukanlah lawan yang sebanding.

Sama seperti Kia dan selingkuhan Sandy. Kia jelas bukan apa-apa. Buktinya Sandy meninggalkannya kan?

Tidak ada alasan untuk Kia mempercayai Dika kali ini. Tidak ada juga alasan untuk memberikan Dika kesempatan karna saat ini Kia sudah terlanjur merasa kalah dengan perempuan itu. Hari ini mungkin Dika mencintainya, tapi bukan tidak mungkin esok hari dia bermain belakang.

"Ya ampun, Ki. Masalah itu lagi? Berapa kali gue harus bilang sama lo kalau gue gak akan ngelakuin itu sama lo? Gimana juga cara gue ngebuktiin kalau lo gak ngasih celah?"

"Gue gak bisa, Dik" Kia menggeleng lelah. "Kita gak bisa. Lo.. ehm.. Perempuan kemarin lebih cocok buat lo.. gue.. gabisa"

Dika mengangguk. "Gue paham sekarang. Lo cemburu"

"Gue enggak"

"Lo iya!"

"Enggak, Dik! Enggak! Gue cuma gak mau kejadian dulu keulang. Gue cuma.. takut.."

"Apa yang lo takutin?"

Tangan Kia mulai gemetar. "Takut kalau gue udah sayang sama lo, terus lo pergi. Lo telat sadar kalau.." tenggorokan Kia tercekat. "Kalau sebenernya lo gak cinta sama gue tapi sama cewe kemarin"

Senyuman Radika mengembang tipis. Cowok itu maju selangkah, merengkuh Kia yang rapuh dan kebingungan ke dalam pelukannya. Lengan kokoh itu melingkar posesif.

Mumpung lagi sepi.

"Gue udah ngabisin bertahun-tahun buat mastiin perasaan ini. Inget?"

Dalam diamnya, Kia membenarkan. Radika sudah mencintainya sejak dia dengan Sandy.

Tapi hatinya kembali membantah. Radika masih seorang laki-laki dan laki-laki gak akan pernah puas hanya dengan satu wanita saja.

***

"Mel"

"Hm"

"Kalau ada cowok yang suka sama gue gimana?" Kia menggigit ujung sedotannya sambil melamun. Mereka sedang ada di kantin saat ini.

"Gimana apanya?" Amelia menatapnya dengan alis terangkat. "Justru bagus lah. Lebih bagus lagi kalau lo mau ngasih kesempatan buay cowok itu. Udah waktunya lo lupain kejadian sama cowok brengsek itu, Ki"

Kia menoleh, bergumam panjang. "Gitu ya?"

"Iyalah! Mau sampai kapan lo trauma? Emangnya mau lo kalau jadi perawan tua?" Cewek itu mendengus. "Sandy aja anaknya udah gede loh.. Kalau masih sama brengseknya sih gue jamin dia udah mau punya anak enam"

Kia tergelak. "Emangnya dia kucing?"

Mengibas-ngibaskan tangannya, Amelia menjawab. "Emangnya sapa sih cowok yang naksir sama lo? Khilaf kali ya?"

"Sialan lo!"

Amelia gantian tergelak.

Setelah dipikir-pikir yang dikatakan oleh Amelia ada benarnya juga. Kia mungkin akan benar-benar mencobanya kali ini.

"Eh eh liat deh.. Radika bareng cewek woy. Gila cakep lagi cewenya. Pacarnya kali ya?"

Kia meliriknya sekilas. Sial cewek yang kemarin!

Ting!

Radika : Jangan salah paham. Jangan cepat ngambil kesimpulan. Jangan tolak aku lagi. Jangan nangis. Jangan pulang duluan.

LOVEEUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang